Mohon tunggu...
Ni Putu Orisa Natalia Putri
Ni Putu Orisa Natalia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Ganesha

Saya adalah Mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Univeristas Pendidikan Ganesha.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Nyentana di Tabanan : Peluang dan Tantangan di Tengah Fenomena "Marry is Scary"

26 Desember 2024   14:18 Diperbarui: 26 Desember 2024   22:10 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tradisi nyentana adalah salah satu elemen unik dari budaya Bali yang membalikkan sistem patriarki tradisional. Dalam tradisi ini, seorang laki-laki yang menikah bergabung dengan keluarga istrinya, mengambil nama keluarganya, dan menjadi penerus garis keturunan perempuan. Tradisi ini tidak hanya melambangkan penghormatan terhadap peran perempuan dalam keluarga, tetapi juga memberikan fleksibilitas sosial dalam struktur keluarga Bali. Namun, di tengah fenomena "Marry is Scary," yang mencerminkan ketakutan generasi muda terhadap pernikahan, tradisi nyentana menghadapi tantangan yang signifikan.

Fenomena "Marry is Scary" muncul sebagai respons generasi muda terhadap tekanan sosial, ekonomi, dan psikologis yang sering menyertai pernikahan. Ketakutan akan kehilangan kebebasan, tanggung jawab finansial yang besar, dan ekspektasi masyarakat menjadi beberapa faktor utama yang menyebabkan fenomena ini. Dalam konteks ini, tradisi nyentana tidak hanya menghadapi tantangan untuk bertahan, tetapi juga dituntut untuk relevan dengan pola pikir modern generasi muda.

Pelajaran Multikultural dalam Tradisi Nyentana

Tradisi nyentana memiliki nilai multikultural yang relevan untuk dipelajari. Dalam konteks pelajaran multikultural, tradisi ini mengajarkan penghormatan terhadap keberagaman struktur keluarga dan nilai-nilai budaya lokal. Nyentana mengakui pentingnya peran perempuan dalam menjaga garis keturunan keluarga, sesuatu yang jarang ditemukan dalam tradisi patriarki lainnya.

Konsep ini sejalan dengan prinsip multikulturalisme yang menghargai keberagaman dan kesetaraan. Dalam masyarakat Bali yang kaya akan tradisi dan budaya, nyentana mencerminkan fleksibilitas sosial yang memungkinkan perempuan dan laki-laki untuk menjalankan peran yang setara dalam keluarga. Tradisi ini juga mengajarkan pentingnya harmoni dalam hubungan keluarga, yang merupakan fondasi utama dalam masyarakat multikultural.

Peluang Penguatan Tradisi Nyentana

Di tengah tantangan modernisasi, tradisi nyentana memiliki sejumlah peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat posisinya di masyarakat. Pertama, tradisi ini dapat menjadi alat untuk mempromosikan kesetaraan gender. Dengan menempatkan perempuan sebagai penjaga garis keturunan, nyentana mengangkat peran perempuan dalam struktur keluarga tradisional Bali. Ini dapat membuka diskusi yang lebih luas tentang pentingnya pengakuan terhadap hak-hak perempuan.

Kedua, tradisi nyentana dapat memberikan solusi terhadap keresahan generasi muda terkait beban tanggung jawab pernikahan. Dalam tradisi ini, laki-laki yang menikah sering kali mendapat dukungan dari keluarga perempuan, baik secara emosional maupun finansial. Hal ini dapat meringankan tekanan yang sering dirasakan oleh pasangan muda yang baru menikah.

Ketiga, tradisi nyentana dapat menjadi simbol identitas budaya Bali di era globalisasi. Di tengah pengaruh budaya asing yang semakin kuat, melestarikan tradisi ini dapat menjadi cara efektif untuk mempertahankan nilai-nilai lokal. Edukasi melalui program sekolah, workshop budaya, dan kegiatan komunitas dapat membantu generasi muda memahami pentingnya tradisi ini.

Keempat, tradisi nyentana memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata. Dengan menjadikannya sebagai bagian dari pengalaman wisata budaya, masyarakat lokal dapat memperkenalkan tradisi ini kepada wisatawan. Selain membantu pelestarian budaya, hal ini juga memberikan manfaat ekonomi bagi komunitas setempat.

Tantangan dalam Pelestarian Tradisi Nyentana

Meskipun memiliki banyak peluang, tradisi nyentana juga menghadapi tantangan yang tidak bisa diabaikan. Pertama, perubahan pola pikir generasi muda menjadi tantangan terbesar. Dalam masyarakat modern, banyak individu yang lebih memilih kebebasan individu dibandingkan tanggung jawab tradisional. Ketidakpahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi nyentana dapat menyebabkan penolakan terhadap praktik ini.

Kedua, tekanan ekonomi juga menjadi hambatan. Dalam beberapa kasus, keluarga perempuan yang menjalankan tradisi nyentana menghadapi beban finansial yang berat. Hal ini dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap tradisi ini sebagai sesuatu yang membebani, bukan sebagai nilai yang harus dilestarikan.

Ketiga, globalisasi dan modernisasi turut memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap tradisi. Budaya populer yang cenderung mengedepankan individualisme dan gaya hidup modern sering kali bertentangan dengan nilai-nilai tradisional. Jika tidak diadaptasi dengan baik, tradisi nyentana berisiko kehilangan relevansinya di masa depan.

Strategi Penguatan Tradisi Nyentana

Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan strategi yang komprehensif untuk melestarikan tradisi nyentana. Pertama, edukasi adalah kunci. Generasi muda perlu diberi pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini. Program pendidikan berbasis budaya dapat menjadi langkah awal untuk memperkenalkan tradisi nyentana kepada anak-anak sejak dini.

Kedua, adaptasi terhadap perubahan zaman sangat penting. Tradisi nyentana harus mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan generasi muda. Misalnya, memberikan fleksibilitas dalam pembagian peran dan tanggung jawab dalam keluarga dapat menjadi cara untuk membuat tradisi ini lebih relevan.

Ketiga, pemerintah dan komunitas lokal perlu bekerja sama untuk mendukung pelestarian tradisi nyentana. Penyediaan insentif bagi keluarga yang menjalankan tradisi ini dapat menjadi salah satu cara untuk meringankan beban finansial. Selain itu, kampanye budaya melalui media sosial dan platform digital dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melestarikan tradisi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun