Mohon tunggu...
Natalia Oetama
Natalia Oetama Mohon Tunggu... Penulis - Engineering murtad yang banting stir jadi penulis serabutan

life traveler, story collectors, sky admirer, sunset lover, crafting stories.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menggenapi Mimpi di Lopburi

29 Desember 2020   11:04 Diperbarui: 29 Desember 2020   11:09 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karpet alam bewarna kuning berupa seladang penuh bunga matahari melambai-lambai diterpa angin pagi. Seperti dikomando semesta, dengan pelan mereka bergerak seirama. Semburat sinar surya di kulit dan wangi musim panas, membantu saya yakin ini nyata. Mata berkaca-kaca, sebuah mimpi terpenuhi. Terima kasih Lopburi!

 

Berlokasi 150 km dari Timur Laut Bangkok, sebuah kota tua menyimpan rapi pesonanya. Lopburi adalah salah satu kota sejarah yang pernah menjadi ibu kota kedua Thailand, berabad silam. Selain candi-candi bergaya Khmer yang menghiasi sudut kota tuanya, Lopburi juga terkenal sebagai pemilik ladang bunga matahari terluas di Thailand.

Memasuki musim panas, ribuan hektar tanah di pinggiran kota akan berubah menjadi permadani kuning. Bunga-bunga ini akan dipanen dan diolah menjadi minyak masak dan bijinya untuk penganan. Sebelum hal tersebut terjadi, ladang bunga kuning dengan latar perbukitan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong, seperti saya.

Untuk menyinggahi Lopburi ada beberapa moda transportasi yang dapat dipilih. Menggunakan minibus, bus, kereta atau berkendaraan dengan mobil. Perjalanan akan memakan waktu 2-3 jam dari Bangkok.

Berkereta ke Lopburi

Sebagai pejalan dengan dana terbatas yang mengandrungi kereta, saya memilih kereta api kelas 3 seharga 20 bath. Namun jangan cemas, meskipun dilabeli kereta ekonomi, gerbong-gerbongnya bersih dan bebas dari bau tak sedap. Hanya saja tak ada nomer kursi ataupun nomer gerbong pada tiket. Bagi yang ingin mendapatkan tempat nyaman, seperti kursi di sebelah jendela. Saran saya, datanglah lebih pagi ke Stasiun Hualambong Bangkok untuk mengamankan tempat tersebut.

Selain kereta ekonomi, ada juga pilihan kereta diesel ataupun kereta cepat. Perbedaannya terletak pada kenyamanan kursi, waktu tempuh dan tentu saja harganya. Kereta cepat dengan fasilitas mumpuni bisa dinikmati dengan harga sekitar 200-300 baht.

Perjalanan dari Bangkok ke Lopburi akan dipenuhi dengan warna hijau. Dengan cepat, hiruk-pikuk kota Bangkok terlupakan, rumah-rumah semakin berjarak, tergantikan dengan petak-petak hijau sawah.

dokpri
dokpri
Sekilas tentang Lopburi

Konon katanya, Lopburi adalah kota yang diberikan Rama kepada Hanoman, sang raja kera. Sebuah patung kera bercat merah yang menyambut kedatangan saya di Stasiun Lopburi seperti menegaskan mitos tersebut.

Sesaat setelah keluar dari Stasiun Lopburi yang hanya memiliki dua peron, sebuah kuil bergaya Khmer akan menyambutmu. Kuil Wat Phrasi Rattana Mahathat seluas 8 hektar yang berbata merah, terlihat kontras dengan langit biru kala itu.

Mitos kera rupanya tak hanya berhenti di patung-patung kera yang ada di sekitaran kota. Reruntuhan kuil Khmer memang menjadi rumah bagi para kera. Kera-kera ini menjadikan kota taman bermainnya. Bergelantungan di kabel-kabel telepon dan kadang kala terlihat menyeberangi jalan. Mereka tak lagi takut dengan manusia.

Di kota ini, kera dipuja dan dijaga. Setiap tahun di akhir bulan November, diadakan Festival khusus untuk kera. Meja-meja yang penuh dengan kudapan disiapkan. Bak pesta, kera-kera akan makan hingga puas. Tak heran jika kuil Phra Prang Sam Yot, tempat festival ini berlangsung, selalu dipenuhi dengan kera sepanjang tahun. Patung Hanoman besar di depan kuil meneguhkan betapa pentingnya keberadaan kera-kera ini. Perlu diingat, berhati-hatilah dengan barang bawaan, kera tertarik dengan benda-benda berwarna terang.

Perjalanan Menuju Ladang Bunga 

Berjarak 40 km ke arah Timur kota Lopburi, Phatthana Nikom menjadi kawasan ladang bunga matahari terluas di Thailand. Sepanjang akhir bulan November hingga awal Januari, kawasan ini berselimut kuning. Tak perlu waktu lama, keindahan tempat ini segera menarik para pelancong untuk datang ke Lopburi.

Untuk dapat mencapai kawasan ini dari pusat kota, ada beberapa cara. Cara termurah bisa dilakukan dengan menggunakan bus antar kota seharga 15 bath. Namun, pertimbangkan kemampuan berjalanmu, karena rute ini akan melibatkan jarak sekitar 1-2km yang harus ditempuh dengan berjalan kaki jika tak menemukan tumpangan dari masyarakat.

Cara termudah, yang tentunya bukan yang termurah, adalah dengan menggunakan tuk-tuk. Tuk-tuk adalah transportasi umum yang serupa dengan bajaj. Tak jauh dari stasiun, beberapa supir tuk-tuk akan mendekatimu dan menawarkan jasa. “Sunflower... sunflower... cheap!” begitu teriakan para supir tuk-tuk. Sebagian lain siap dengan foto candi-candi di Lopburi, menjajakan paket lengkap berkeliling Lopburi dengan kunjungan ke ladang bunga matahari menjadi salah satunya. Kebanyakan dari mereka tak fasih berbahasa Inggris, cukup berbekal gambar dan sebuah kalkultor.

Berjalan menjauhi kerumunan, seorang ibu yang berdiri agak jauh mendekati dan menawarkan tuk-tuknya. Pada selembar kertas, dia menggambar bentuk jam dan menuliskan harga yang dia minta. Saya tersenyum menyadari kelihaiannya menyiasati kendala bahasa. Kemampuan manusia bertahan hidup selalu meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya. 400 baht untuk waktu tiga jam menikmati seladang penuh bunga matahari, saya bayar lunas.

Mimpi yang Jadi Nyata

Dalam perjalanan 45 menit menuju ladang bunga matahari, saya tak banyak bicara. Menenangkan hati sembari mata tetap awas pada jendela. Pada lima menit terakhir, bunga-bunga kuning mulai terlihat di kiri kanan jalan. Namun sesaat setelah mobil berbelok ke arah kawasan Phatthana Nikhom, saya bersorak bahagia.Sejauh mata memandang, Jalan Chong Sharika seperti ketumpahan cat bewarna kuning. Warna ini begitu kontras bersanding dengan tangkai hijau dan langit birunya. Indah!

Sebagian pemilik ladang memungut biaya untuk memasuki ladangnya, sebagian lainnya membebaskan pengunjung. Ada juga yang menyediakan peminjaman sepeda, bahkan gajah untuk sesi foto dan berkeliling. Tak jarang juga yang menyediakan spot untuk berfoto, seperti ayunan maupun tulisan-tulisan ikonik.

Senyum tak henti-henti menghiasi muka. Berjalan di antara bunga matahari yang berukuran sebesar kepala bayi, lekukan bibir ini seperti tak sudah untuk terbuka. Angin yang bertiup pelan membuat hamparan bunga kuning terang ini menari seirama. Lanskap yang tersuguh di depan mata mau tak mau membuat saya terharu.

Sembari menikmati hembusan angin di kulit, saya menebak-nebak cerita manis apa yang sedang didegungkan bunga-bunga ini. Hingga lamunan saya disadarkan oleh sang ibu tuk-tuk yang menunjuk-nunjuk pergelangan tangannya. Tanpa terasa, sejam sudah saya berkencan dengan bunga-bunga indah ini.

Dengan berat hati, saya berjalan ke arah tuk-tuk yang terpakir. Di sana terlihat sebentang meja yang dijaga oleh beberapa ibu. Minyak bunga matahari, kuaci dan permen asam dijajakan di sana dengan sepotong kertas yang bertuliskan harga.

Bersama dengan mimpi yang tergenapi, saya kunyah permen asam seharga 100 baht. Hati saya penuh dan senyum terpasang lebar pada wajah. Terpanjat doa dan rasa syukur untuk kesempatan yang diberikan,merasakan sepotong surga kuning rasa Lopburi yang hangat.

Cara Mencapai Lopburi

Tertarik menikmati keindahan ladang bunga matahari? Gunakan pesawat dari Jakarta ke Bangkok dan lanjutkan perjalanan menggunakan mini van dari Monumen Victoria atau kereta dari Stasiun Kereta Hua Lamphong Bangkok. Menurut saya, perjalanan menggunakan kereta jauh lebih nyaman dan menyenangkan.

Setiap tahunnya, Pemerintah Thailand juga menyediakan kereta wisata yang dikhususkan untuk festival bunga matahari ini. Kereta ini akan membawamu melewati ladang-ladang bunga matahari. Tak perlu berganti banyak transportasi,  duduk nyaman menikmati pemandangan akan menjadi sebuah solusi cerdas. Bagi yang berminat, kereta wisata ini biasanya akan ada pada akhir minggu di bulan Desember. Untuk jadwal dan harga pastinya, pantau langsung situs kereta api Thailand berikut: http://www.railway.co.th/

Hal yang Bisa Dilakukan

Selain mengunjungi ladang bunga matahari, beberapa kuil bergaya Khmer yang terletak di sekitar kota tua layak untuk dikunjungi. Ada juga museum Phra Narai Ratchaniwet yang merupakan bekas istana dari King Narai, raja Ayutthaya. Istana ini didesain oleh arsitek Prancis dengan mengabungkan gaya Thailand dan Eropa. Museum dan Kuil-kuil di Lopburi buka dari hari Rabu hingga hari Minggu, pada pukul 9.00 -16.00. 

Tempat Menginap

Bagi para traveler dengan budget terbatas, Noon Guesthouse bisa jadi pilihan yang tepat. Lokasinya terletak berdekatan dengan Stasiun kereta api dan terletak persis di tengah kota tua tentu jadi poin tambahan. Harganya ramah di kantong.

The Little Lopburi Village bisa jadi pilihan bagi yang ingin dimanja dengan fasilitas. Posisi hotel yang berdekatan dengan sungai membuat tempat ini menjadi semakin sempurna.  

Tempat Untuk Makan

Di sekitar Jalan Na Sanprakan yang terletak tak jauh dari Stasiun kereta api terdapat beberapa kedai makan yang bisa dipilih sesuai dengan selera. Bisa juga mencoba Restoran Phadthaiburi yang menyajikan makanan laut bercita rasa Thailand.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun