Sesaat setelah keluar dari Stasiun Lopburi yang hanya memiliki dua peron, sebuah kuil bergaya Khmer akan menyambutmu. Kuil Wat Phrasi Rattana Mahathat seluas 8 hektar yang berbata merah, terlihat kontras dengan langit biru kala itu.
Mitos kera rupanya tak hanya berhenti di patung-patung kera yang ada di sekitaran kota. Reruntuhan kuil Khmer memang menjadi rumah bagi para kera. Kera-kera ini menjadikan kota taman bermainnya. Bergelantungan di kabel-kabel telepon dan kadang kala terlihat menyeberangi jalan. Mereka tak lagi takut dengan manusia.
Di kota ini, kera dipuja dan dijaga. Setiap tahun di akhir bulan November, diadakan Festival khusus untuk kera. Meja-meja yang penuh dengan kudapan disiapkan. Bak pesta, kera-kera akan makan hingga puas. Tak heran jika kuil Phra Prang Sam Yot, tempat festival ini berlangsung, selalu dipenuhi dengan kera sepanjang tahun. Patung Hanoman besar di depan kuil meneguhkan betapa pentingnya keberadaan kera-kera ini. Perlu diingat, berhati-hatilah dengan barang bawaan, kera tertarik dengan benda-benda berwarna terang.
Perjalanan Menuju Ladang Bunga
Berjarak 40 km ke arah Timur kota Lopburi, Phatthana Nikom menjadi kawasan ladang bunga matahari terluas di Thailand. Sepanjang akhir bulan November hingga awal Januari, kawasan ini berselimut kuning. Tak perlu waktu lama, keindahan tempat ini segera menarik para pelancong untuk datang ke Lopburi.
Untuk dapat mencapai kawasan ini dari pusat kota, ada beberapa cara. Cara termurah bisa dilakukan dengan menggunakan bus antar kota seharga 15 bath. Namun, pertimbangkan kemampuan berjalanmu, karena rute ini akan melibatkan jarak sekitar 1-2km yang harus ditempuh dengan berjalan kaki jika tak menemukan tumpangan dari masyarakat.
Cara termudah, yang tentunya bukan yang termurah, adalah dengan menggunakan tuk-tuk. Tuk-tuk adalah transportasi umum yang serupa dengan bajaj. Tak jauh dari stasiun, beberapa supir tuk-tuk akan mendekatimu dan menawarkan jasa. “Sunflower... sunflower... cheap!” begitu teriakan para supir tuk-tuk. Sebagian lain siap dengan foto candi-candi di Lopburi, menjajakan paket lengkap berkeliling Lopburi dengan kunjungan ke ladang bunga matahari menjadi salah satunya. Kebanyakan dari mereka tak fasih berbahasa Inggris, cukup berbekal gambar dan sebuah kalkultor.
Berjalan menjauhi kerumunan, seorang ibu yang berdiri agak jauh mendekati dan menawarkan tuk-tuknya. Pada selembar kertas, dia menggambar bentuk jam dan menuliskan harga yang dia minta. Saya tersenyum menyadari kelihaiannya menyiasati kendala bahasa. Kemampuan manusia bertahan hidup selalu meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya. 400 baht untuk waktu tiga jam menikmati seladang penuh bunga matahari, saya bayar lunas.
Mimpi yang Jadi Nyata
Dalam perjalanan 45 menit menuju ladang bunga matahari, saya tak banyak bicara. Menenangkan hati sembari mata tetap awas pada jendela. Pada lima menit terakhir, bunga-bunga kuning mulai terlihat di kiri kanan jalan. Namun sesaat setelah mobil berbelok ke arah kawasan Phatthana Nikhom, saya bersorak bahagia.Sejauh mata memandang, Jalan Chong Sharika seperti ketumpahan cat bewarna kuning. Warna ini begitu kontras bersanding dengan tangkai hijau dan langit birunya. Indah!
Sebagian pemilik ladang memungut biaya untuk memasuki ladangnya, sebagian lainnya membebaskan pengunjung. Ada juga yang menyediakan peminjaman sepeda, bahkan gajah untuk sesi foto dan berkeliling. Tak jarang juga yang menyediakan spot untuk berfoto, seperti ayunan maupun tulisan-tulisan ikonik.