Kali ini saya akan berbagai bagaimana membuat kerangka kerja dalam menyusun strategi intervensi pada komunitas. Sebelumnya menyusun strategi intervensi pada komunitas digunakan dalam metode community work atau community organization/community development (COCD). Untuk bisa melakukan intervensi yang tepat maka perlu adanya analisis komunitas yang tepat juga agar pekerja sosial memahami secara holistrik kelompok komunitas yang tengah dihadapinya. Berikut ini gambaran sederhana kerangka kerja dalam melakukan analisis komunitas yang saya pelajari dalam mata kuliah Manajemen Perubahan Komunitas di Poltekesos Bandung, sebagai berikut:
HIPOTESIS ETIOLOGI
Sistem Sumber
HIPOTESIS INTERVENSI
Karena faktor-faktor yang terjadi:
Rata-rata angka KMS anak didesa tersebut ada dibawah garis merah
Beberapa anak terlihat berperut buncit
Â
Angka absensi anak di SD tersebut dari 6 bulan terakhir meningkat
Kebiasaan hidup sehat kurang dilakukan, beberapa anak terlihat makan tanpa cuci tangan
Warga desa tersebut tidak memiliki MCK sendiri sehingga menggunakan air sungai
Perlu waktu 2 jam lebih untuk bisa mencapai pasar agar membeli bahan makanan
Â
Rata-rata bermata pencaharian petani namun hasilnya dijual tidak untuk dinikmati
- Pencatatan KMS diposyandu
- Riwayat pemeriksaan anak-anak berperut buncit di puskesmas
- Daftar absen di satu-satunya SD didesa tersebut
- Bidan desa, ibu PKK dan petugas posyandu untuk penyuluhan
- Dana desa, dana swadaya dari penggiat lingkungan, pengajuan pada pemerintah daerah hingga kabupaten
- Mengajukan adanya ewarong untuk penerima PKH yang memiliki usaha dan bisa dikembangkan menjadi toko sembako
- Penyuluh pertanian, dinas pertanian
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
Bila intervensi dilaksanakan:
Meningkatkan angka rata-rata KMS anak didesa tersebut
Anak-anak berperut buncit bisa diperiksa dan diketahui latar belakang berperut buncit
Absensi di SD bisa dikurangi
Â
Kebiasaan hidup sehat dapat dbiasakan sehingga bisa cuci tangan sebelum makan
Â
Membuatkan MCK yang layak sehingga tidak menggunakan air sungai
Â
Membuatkan toko-toko agar mereka tidak terlalu jauh untuk membeli bahan makanan
Â
Bila mengadakan toko dan dipasok oleh petani lokal dengan memastikan kualitas hasil pertanian mereka baik akan memperkuat ekonomi mereka dan memastikan penghasilan ini berkesinambungan
Berakibat:
Jumlah anak stunting atau kurang gizi berkurang atau tidak ada dengan pemberian makanan tambahan gratis
Anak berperut buncit bisa diberikan perawatan kesehatan dan diberikan obat
Minat belajar anak bisa kembali ditingkatkan dengan memastikan absensi tidak berkurang dengan memantau tiap anak yang tidak hadir karena kurang gizi atau bermasalah pencernaan
Kebiasaan mencuci tangan dilakukan dengan sadar oleh setiap orang dengan disosialisasikan berkala dan masive
MCK yang sesuai standar dibangun ditiap beberapa rumah memungkinkan mereka untuk terhindar dari penyakit
Sistem sumber seperti toko bahan makanan yang dekat akan memperbaiki kualitas makanan yang mereka konsumsi
Petani diberikan pengetahuan soal kualitas padi yang baik dan dijadikan pemasok utama toko-toko bahan makanan didesa tersebut
Â
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
Maka hasil berikut dapat dicapai:
Anak stunting dikurangi dan ditiadakan
Â
Anak berperut buncit dikurangi dan ditiadakan
Â
Anak sekolah bisa berprestasi karena menghadiri KBM
Â
Pengetahuan Hidup Sehat dan Bersih dipahami dan diterapkan masyarakat
Â
Kualitas air sungai tidak tercemar dan kesehatan masyarakat dapat dijamin
Â
Kualitas makan sehat dan bergizi untuk anak bisa diperoleh dengan mudah
Penghasilan warga sekitar menjadi stabil dan menjauhkan dari kemungkinan gizi buruk terulang kembali
Kesimpulan:
Intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya gizi buruk dan stunting di Desa X adalah dengan memberikan makanan tambahan selama pelayanan posyandu dan memastikan semua anak ditimbang dan diukur tingginya dengan benar, memeriksakan semua anak yang berperut buncit tak normal dan memberikan pengobatan segera, memastikan angka absensi di SD dalam desa tersebut tidak kembali meningkat, memberikan sosialisasi mencuci tangan sebelum makan pada seluruh warga melalui kegiatan khusus atau bekerja bersama ibu-ibu PKK atau petugas posyandu dan bidan desa untuk memastikan semua masyarakat memahami PHBS, membangun MCK untuk setiap dusun yang memang belum mampu memiliki MCK sendiri dirumahnya, membangun toko bahan makanan yang menyediakan makanan bergizi untuk anak, dan memberikan pengetahuan terkait benih padi yang baik dan menjadikan petani lokal pemasok utama di toko yang dibangun oleh desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H