Pada akhirnya proses sosialisasi yang tidak sempurna dari lembaga keluarga dan khususnya lembaga pendidikan menjadi salah satu penyebab demoralisasi pendidikan pada perilaku siswa.
Media Sosial Pengaruh Buruk Bagi Siswa
Proses sosialisai yang dijalankan oleh siswa bukan hanya dari lembaga keluarga dan juga lembaga pendidikan, ada pula teknologi yang memberikan pengaruh terhadap berkurangnya moralitas siswa, dan yang paling mempengaruhi adalah media massa yang terlebih khususnya untuk media sosial.Â
Dalam pembelajaran daring, siswa paling banyak berinteraksi dengan gadgetnya, mulai dari tugas-tugas yang dikerjakan ada di google classroom, atau ada di whatsapp yang mengganggu konsentrasi siswa dan memilih media sosial sebagai bahan hiburan mereka atau terkadang dari adanya teknologi seperti smartphone yang memudahkan seseorang terdistraksi kepada aplikasi media sosial seperti Twitter, Instagram, atau juga ada media hiburan seperti game online.
Pembelajaran daring di saat pandemi sulit untuk mengontrol perilaku atau hal yang dilihat oleh para siswa-siswi. Hal ini membuat siswa-siswi terpapar akan hal negatif dari media sosial seperti ujaran kebencian, informasi yang terlalu banyak juga membuat siswa-siswi susah memilah dan memilih yang menjadi informasi yang sebenarnya atau informasi tidak benar seperti hoax karena sosialisasi nilai dan norma yang berkurang akibat adanya pandemi.
Ada juga statement di media sosial mengenai sikap-sikap antisosial atau sikap yang nyeleneh yang dipaparkan di media sosial, sehingga bisa menimbulkan siswa-siswi untuk menjadi seperti itu. Selain itu juuga ada tayangan-tayangan yang bersifat pornografi membuat moralitas siswa-siswi akan menurun. Lalu adanya iklan-iklan ataun disebut racun shoppe, tokopedia, dll membuat anak-anak juga lebih mudah menghabiskan uangnya dengan keinginan yang tidak penting. (Sunarto 2004, 26-27).
Dalam pelaksanaannya di sekolah, teknologi khususnya media sosial membuat siswa menjadi tidak bisa dikontrol dan tidak bisa lepas lagi dari genggaman gadget, ketika guru menjelaskan mereka akan memainkan smartphonenya hanya untuk cekout belanjaan di e-commerce, sekedar scroll timeline instagram, atau scroll timeline twitter yang tidak sesuai dengan pembelajaran di sekolah.
Sehingga sikap moral dalam menghargai guru pun tidak dilakukan lagi atau susah untuk membentuk kepribadian dalam menghormati guru ketika guru sedang menjelaskan materi di depan. Ketika menjelaskan materi tidak dijelaskan setidaknya murid bisa mengerjakan tanggungjawab dengan baik, namun siswa tersebut tetap tidak menjalankan tanggungjawabnya seperti mengerjakan tugas pun tidak.
Perlu diketahui bahwa dalam (Sunarto 2004, 28) di penelitiannya Fuller dan Jacobs dampak dari media masaa memberikan sumbangan bagi tumbuh dan dipertahankannya suatu tingkat kekerasan yang tinggi, lalu memberikan pesan yang rancu, dan saling bertentangan.Â
Di media sosial pun juga seperti itu, ketika mereka melihat konten-konten yang bermanfaat dan menambah wawasan memungkinkan konten-konten tersebut akan sesuai dengan apa yang dia lihat, namun banyak juga hal-hal yang nyeleneh di media sosial yang bisa diikuti, dan pada dasarnya manusia terkadang mengikuti hal-hal nyeleneh dibanding hal-hal yang baik dan yang sesuai dengan nilai norma yang berkembang.
Konten TikTok khususnya yang paling mempengaruhi siswa-siswi di masa pandemi karena pada masa ini, aplikasi TikTok sangat booming dengan konten-konten video pendek dengan musik yang adiktif yang dirancang untuk membuat para pengguna dan pembuat semakin senang untuk menggunakan aplikasi tersebut .Â