Mohon tunggu...
Natalia Kristiani
Natalia Kristiani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Prodi Pendidikan Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Demoralisasi Pendidikan pada Perilaku Siswa SMA Pasca Sekolah Offline di Masa Pandemi Covid-19

1 November 2022   18:23 Diperbarui: 1 November 2022   18:30 1653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang yang sudah berinteraksi serta mendapatkan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat dipengaruhi juga dari sosialisasi, sosialisasi nilai dan norma ini dilakukan untuk mengajari individu baru untuk menjalankan peran yang ada di masyarakat (Sunarto 2004, 24). 

Begitu pula dengan siswa-siswi di sekolah, mereka perlu berinteraksi di sekolah untuk mengetahui nilai dan norma yang berlaku di masyarakat untuk mengetahui peran mereka di masyarakat yaitu sebagai pelajar yang mempunyai nilai dan norma yang dipatuhi seperti siswa-siswi mempenyai moral yang baik dengan berperilaku sebagaimananya spelajar yaitu bersikap sopan dan santun kepada yang lebih tua.

Perilaku sopan dan santun sangat berpengaruh dari agen sosialisasi. Proses sosialisasi pada tahap awal tentu dari lembaga keluarga dan pada tahap ini sebagai tahap penting untuk membentuk pola perilaku dengan moral yang sesuai dengan masyarakat. Seperti penanaman nilai dengan hormat kepada orang tua, membantu orang tua, dan dalam hal konkretnya adalah mengucapkan salam sebelum dan setelah pulang sekolah. Begitu pula dengan proses sosialisasi yang dilakukan di lembaga pendidikan.

Semakin kompleksnya masyarakat terlebih dengan adanya teknologi menjadi lembaga pendidikan merupakan tempat sosialisasi yang penting untuk siswa supaya mereka dapat menyesuaikan dirinya kepada masyarakat sebelum benar-benar terjun ke dalam masyarakat ketika di dunia kerja, maka dari itu adanya lembaga pendidikan selain mengorganisasikan siswa-siswi untuk mendapatkan wadah pengalaman dan pengetahuan di dunia kerja nanti, maka disosialisasikan juga nilai-norma yang universal yang tidak seluruhnya dari nilai-norma yang berkembang di keluarga, sehingga bisa menimbulkan toleransi satu dengan yang lainnya (Hidayat 2014, 33).

Begitu pula yang dilakukan sekolah untuk memberikan nilai dan norma yang universal seperti ketika seorang guru memberikan nilai-nilai toleransi kepada setiap anak yang berbeda-beda dan tidak adanya diskriminasi, seperti menghormati kepada seluruh warga sekolah dan tidak hanya kepada guru saja, bersikap santun dalam berbicara kepada yang lebih tua dan tidak berkata kasar.

Pandemi covid-19 membuat proses sosialisasi nilai dan norma yang universal menjadi terganggu dan tidak sempurna. Apabila jika proses sosialisasi ini tidak ada, terganggu, dan tidak sempurna akan membuat seseorang tidak bisa berperan dengan baik dan tidak bisa berinteraksi dengan orang lain dengan baik. Proses sosialisasi yang dilakukan sekolah untuk membuat moral siswa menjadi yang sesuai dengan nilai dan norma masyarakat jadi berkurang. 

Siswa-siswi berkurang interaksinya dengan para guru yang mengajarkan akibat keterbatasan untuk bertemu secara langsung, terlebih tidak jarang ketika pandemi hanya memberikan tugas-tugas saja dan tidak bisa mengontrol siswa-siswi dengan baik. Dalam tindakan tanggungjawab sekedar mengerjakan tugas saja susah untuk diminta, sehingga proses sosialisasi nilai moralitas di masa pandemi menjadi berkurang.

Terlebih di dalam pembelajaran ketika pandemi sudah dipastikan anak-anak akan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah (Wahyuni 2021, 248) terkadang orang tua tidak bisa mengawasi anak-anaknya karena melakukan tugas lainnya seperti orang tua yang bekerja, selain itu mengurusi kebutuhan rumah tangga yang lainnya, sehingga tidak adanya pengawasan dan kontrol yang dilakukan oleh orang tua.

Dalam proses pembelajaran yang sulit untuk memasukan nilai dan norma moralitas kepada siswa-siswi di masa pandemi membuat siswa-siswi tidak bertindak dengan semestinya ketika mereka kembali sekolah offline lagi.

Masih belum mengerti peran dan tanggungjawabnya sebagai pelajar, tidak bisa memberikan perilaku sopan dan santun kepada yang lebih tua, memperlakukan seseorang dengan berbeda seperti ketika keluar kelas tidak meminta izin atau bahasa lainnya (nyelonong) hal ini kerap dilakukan oleh siswa-siswi.

Contoh lainnya juga, siswa-siswi hanya menyapa kepada guru yang mereka ajarkan saja, dan tidak menyapa guru yang tidak mengajarkan mereka, atau juga tidak menyapa beberapa staf pendidik seperti orang kebersihan atau TU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun