Dengan begitu fokus penulis adalah apa penyebab dari demoralisasi pendidikan yang terjadi pada siswa-siswi ketika sekolah offline sudah berlangsung, adakah kaitannya dengan sosialisasi kurang sempurna yang dilakukan oleh sekolah sebagai salah satu agen sosialisasi, lalu adakah cara untuk mengatasi demoralisasi pendidikan yang terjadi pada siswa-siswi yang bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk proses internalisasi norma dan nilai yang berlaku pada masyarakat, karena pada (Peterson 1974, 40) Durkheim meyakini bahwa dengan adanya lembaga pendidikan, individu yang belum siap ke masyarakat bisa membangun moralnya di sekolah dengan sistem pengajaran yang ada serta bertumbuh dengan adanya interaksi yang terjadi dari individu satu dengan individu yang lainnya.
TEMUAN DAN ANALISIS
Kebijakan Pendidikan yang Belum Jelas
Banyak faktor yang dikeluhkan oleh para pendidik dalam melihat kemerosotan akhlak yang dialami siswa, ada salah satunya yang mengatakan bahwa sistem penerimaan siswa baru yaitu zonasi, serta dilihat dari umur menyumbangkan salah satu penyebab demoralisasi pendidikan.
Zonasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pendidikan yang merata bagi Indonesia, tidak ada lagi sekolah favorit dan non favorit jika diterapkan di Indonesia, tidak ada lagi kesenjangan yang sangat terlihat mulai dari sarana dan prasarana (Syakarofath, Sulaiman and Irsyad 2020, 123). Namun, perlu diingat dari adanya sistem zonasi dan juga umur, dilihat dari lingkungannya, apa lingkungan di zonasi tersebut adalah lingkungan yang baik atau tidak.Â
Jika ternyata sekolah yang dituju dan lingkungan tersebut mempunyai banyak masalah tandanya sekolah tersebut sudah mengumpulkan orang-orang di lingkungan yang tidak baik di satu sekolah, hal ini bukan hanya reputasi sekolah yang menjadi tidak bagus, melainkan juga demoralisasi pendidikan akibat berkumpulnya siswa yang sudah dari lingkungan keluarganya tidak mendapatkan pendidikan moral dengan baik.
Adanya pendapat mengenai sistem zonasi yang akhirnya berdampak buruk pada moral siswa, bukan sebagai kritik namun ada hal yang perlu juga dibenahi bahwa jika ingin seperti negara-negara lain yang sudah menerapkan sistem zonasi, perlunya pemerataan kualitas pendidikan bukan hanya dari segi sarana dan prasaran, tetapi kualitas pendidik juga perlu disamaratakan, serta memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk mengeksplore metode pembelajaran yang cocok untuk siswa di Indonesia.
Sistem zonasi yang berdampak buruk pada moral, ternyata juga menjadikan kualitas kemampuan anak-anak dalam menerima materi menjadi berkurang, pasalnya ketika memakai nilai nem untuk masuk ke sekolah memungkinkan murid untuk tersaring siapa saja yang benar-benar pintar dan juga yang tidak, sehingga memungkinkan guru masih bisa mengontrol murid yang hanya beberapa saja.Â
Semakin banyak masalah yang ditimbulkan, membuat guru semakin sulit untuk guru mengontrol terlebih lagi ketika hanya beberapa guru, namun murid terlalu banyak.
Sosialisasi Tidak Sempurna Akibat Pandemi Covid-19
Manusia merupakan mahluk sosial yang selalu berproses, dalam proses tersebut terjadinya interaksi yang terjadi baik dalam lembaga keluarga, lembaga sekolah, dan juga lembaga di masyarakat. Interaksi tersebut akan berdampak pada kehidupan seseorang karena ada timbal balik dan pemaknaan yang didapatkan oleh seseorang. Dalam (Harahap 2020, 47) dikatakan bahwa kemungkinan seseorang akan menyesuaikan dengan orang yang sedang berinteraksi tersebut, atau bisa juga sebaliknya, sehingga dalam proses interaksi tersebut seseorang dapat menyesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku.