Hidup kok bergantung sama "Yang Di Sana". Tapi, emang sih, kalau orang lemah kaya kalian, butuh yang namanya sandaran seperti Dia. Dasar orang aneh, kok bisa-bisanya mau menggantungkan kebahagiaan dan menggantungkan kehidupan kepadaNya. Sudah gila.
Terlalu sesak berada di perkotaan. aku butuh angin segar. Sejak saat itu juga, aku memilih untuk meninggalkan rumah, aku ingin menempati tempat yang jauh dari perkotaan, di suatu desa yang indah. Dari situlah, aku menyadari, mati sangat menyenangkan.
'Ahhh.. enak sekali udara disini' gumam ku.
'Sudah lama aku tidak merasakan udara sebersih ini, tidak seperti di perkotaan. Bikin sesak.'
"Sudah selesai." Kata ku, ketika aku selesai merapihkan tempat tidur ku.
'Sudah saatnya aku hidup, hidup dalam mimpi yang sebenarnya.' gumam ku lagi.
Saat itu juga, wanita yang setiap pagi meneriaki ku, menangis bersama dengan kekasihnya. Apa rasanya melihat orang yang lebih muda dari mereka sudah menuju kehidupan sebenarnya. Kehidupan yang tidak ada lagi sesak akibat teriakan dan pesan di aplikasi chat yang terus menerus menghantuinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H