Masalah pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan masih terjadi di Indonesia. Beberapa wilayah di Indonesia, khususnya daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan masyarakatnya masih belum semua menikmati pelayanan kesehatan yang bermutu.
Hal ini diakibatkan, dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di daerah terpencil dan perbatasan seringkali mengalami hambatan. Seperti, sulitnya medan yang dipengaruhi oleh suatu kondisi topografi, geografis, tidak ada/kurangnya akses transportasi, dan komunikasi. Tingginya tingkat kemiskinan serta kondisi sosial lainnya juga menjadi hambatan yang harus dihadapi.
Upaya pelayanan kesehatan di daerah terpencil Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus. Untuk meningkatkan pelaksanaan pemeliharaan kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan individu dan masyarakat secara optimal. Dalam mencapai derajat kesehatan tersebut, tidak terlepas dari seorang perawat dalam melakukan praktik keperawatan.
Praktik keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, baik individu, keluarga, kelompok atau masyarakat, dalam keadaan sakit maupun sehat (UU No.38 Tahun 2014).
Perawat menjadi tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien seperti memenuhi kebutuhan dasar pasien serta mendengarkan keluh kesah pasien. Dalam diri perawat terdapat sikap-sikap yang harus dibentuk dan ditanamkan sejak masa pendidikan,dikarenakan hal ini sangat berkaitan erat terhadap pemberian pelayanan yang tepat dan bermanfaat. Sikap tersebut adalah sikap altruisme yang termasuk ke dalam suatu nilai profesional dalam keperawatan.
Menurut Berman et al., 2008, Altruisme merupakan kepedulian untuk membantu tanpa pamrih terhadap kesejahteraan orang lain. Penerapan dari nilai altruisme dalam praktik keperawatan yaitu kebutuhan klien lebih utama daripada kebutuhan seorang perawat itu sendiri (AANC, 2008). Nilai altruisme dapat diterapkan melalui beberapa sikap dan perilaku. Seperti peduli (caring), murah hati (genorasity), mengasihi (compassion), komitmen, tekun (perseverance), dan sabar.
Tugas dan tanggung jawab yang dilakukan oleh perawat, terutama yang bertugas di daerah tertinggal jauh lebih vital dan juga sangat berat. Bukan sebuah ungkapan hiperbola, hal ini dikarenakan dalam menjalankan praktik keperawatan dihadapkan dengan fasilitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang belum memadai, medan tugas yang penuh tantangan baik karena topografi pegunungan atau kepulauan dengan sarana transportasi yang sulit, maupun jarak tempat tinggal penduduk yang jauh dan terisolasi.
Tantangan tersebut pernah dialami oleh perawat Cornelia (27) asal Kupang (NTT), yang sedang bertugas sebagai tenaga kesehatan Nusantara Sehat Tim di Papua. Dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu posyandu dan posbindu di daerah terisolir dengan berjalan kaki selama 10 jam setiap bulannya, dikarenakan akses jalan tidak memungkinkan untuk dilewati oleh transportasi. Hal yang dilakukan perawat tersebut menunjukkan nilai profesionalisme dalam keperawatan berupa sikap altruisme.
Sikap altruisme itu ditunjukkan saat perawat tersebut tetap memberikan asuhan keperawatan tidak hanya di fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi juga terjun langsung ke tempat tinggal masyarakat yang terisolir, disebabkan sulit bagi mereka untuk mengakses puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di daerah tersebut.
Contoh hal sederhana penerapan sikap dan altruisme yang dilakukan perawat yaitu dengan menunjukkan pemahaman tentang kepercayaan, perspektif, dan budaya orang lain, mengadvokasi pasien terutama yang paling rentan atau mengambil risiko atas nama pasien (Taylor et al., 2011)
Dari sedikit uraian diatas cukup jelas bahwa karakter altruisme merupakan salah satu faktor yang mendukung nilai dan sikap profesional seorang perawat. Karakter altruisme yang dimiliki akan menyebabkan seorang perawat atau calon perawat untuk lebih mudah memaafkan, keraguan yang berkurang saat ingin menolong seorang yang memerlukan bantuan, memiliki sikap peduli yang responsif dan sensitif dalam berinteraksi terhadap individu yang lain (Batson 2011 dalam Dewi & Hidayati 2015).
Terbentuknya karakter altruisme sangat berkaitan erat dengan sikap empati, sikap tersebut menghasilkan motivasi terhadap seorang individu untuk berperilaku altruistic. Menurut Baston 2011, teori ini dikenal dengan empathy-altruism hypothesis. Empati dapat menunjukkan sikap peduli (caring)Â perawat kepada pasien untuk membentuk hubungan dalam proses membantu penyembuhan (Berman et al., 2016). Untuk mengembangkan altruisme dalam diri seorang perawat, perawat dapat belajar berempati sejak dini dan pada masa pendidikan agar dapat diterapkan pada pasien.
Menurut Jean Watson dalam mengidentifikasi sepuluh carative factor, karakter altruisme juga dipengaruhi oleh nilai humanistik-altruistik. Nilai humanistik-altruistik merupakan kepuasan dalam memberi yang asalnya dari dalam diri sendiri, dibangun dari pengalaman, belajar serta dapat ditingkatkan melalui pengalaman bekerja dan selama masa pendidikan perawat. Wujud yang mencerminkan nilai humanistik-altruistik adalah perawat yang memberikan kebaikan dan kasih sayang serta membuka diri untuk melakukan tindakan dalam proses penyembuhan pasien (Potter & Perry, 2009).
Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk membentuk dan mengembangkan karakter altruisme dan nilai profesional lainnya dalam menyelenggarakan praktik keperawatan yang baik dan berkualitas. Hal ini untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa citra negatif mengenai profesi perawat tidak benar adanya, dengan membentuk karakter altruisme diharapkan dapat meningkatkan mutu, kepuasan pelayanan kesehatan, dan membangun citra positif di masyarakat.
Membentuk karakter altruisme dan nilai profesional keperawatan lainnya tidak hanya di daerah perkotaan saja, yang masyarakatnya memiliki pendidikan tinggi, mampu berpikir kritis, serta sarana dan prasarana yang menunjang pelayanan kesehatan. Akan tetapi, karakter altruisme perlu juga dibentuk di daerah tertinggal dengan cara dikembangkan, diasah, serta dibiasakan pada saat melakukan praktik keperawatan. Agar mutu dan kualitas pelayanan yang dirasakan oleh masyarakat di daerah tertinggal tidak berbeda jauh dengan yang dirasakan oleh masyarakat perkotaan walaupun dengan keterbatasan fasilitas dalam memberikan asuhan keperawatan.
Daftar Pustaka
UU No.38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
Berman,A.,Snyder, S.J.,Kozier,B., & Erb, G. (2008). Fundamentals of Nursing Concepts, Process, and Practice 8 th Ed. USA: Pearson Education, Inc
AACN. (2008). The Essentials is of Baccalaureate Education for Professional Nursing. Retrieved from http://repository.unimus.ac.id/2695/4/BAB%20II.pdf
Batson, C. D. (2011). Altruism in Humans. New York: Oxford University Press, Inc.
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erbs fundamentals of nursing: concepts, practice, and process (10th ed). Boston: Pearson.
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H