Mohon tunggu...
Natalia Br Lumban
Natalia Br Lumban Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Membaca dan Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teori Asam Basa

2 Juli 2023   07:48 Diperbarui: 2 Juli 2023   07:51 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Belajar tentang asam basa merupakan hal yang penting dalam bidang kimia. Asam basa adalah salah satu konsep dasar dalam kimia. Memahami sifat asam basa membantu kita memahami bagaimana reaksi kimia terjadi, bagaimana zat-zat bereaksi satu sama lain, dan bagaimana produk yang terbentuk. Ini penting untuk membangun dasar pemahaman yang kuat dalam kimia secara umum. 

Memahami asam basa memungkinkan kita untuk memahami dunia kimia di sekitar kita dan menerapkannya dalam berbagai konteks. Dengan pemahaman ini, kita dapat mengembangkan solusi yang inovatif, menjaga lingkungan, memajukan teknologi, dan meningkatkan kualitas hidup.

1. Pengertian dan ciri-ciri asam basa

Asam dan basa adalah dua kategori senyawa kimia yang berbeda dalam sifat dan perilakunya.

  • Asam

Asam adalah senyawa kimia yang cenderung melepaskan ion hidrogen (H+) ketika dilarutkan dalam air. Secara umum, asam memiliki pH kurang dari 7.

Ciri-ciri:

- Rasanya asam atau masam.

- Mereaksi dengan basa dan menghasilkan garam dan air.

- Bersifat korosif dan dapat melarutkan logam.

- Mengubah indikator asam menjadi warna merah.

- Memiliki kemampuan konduktivitas listrik ketika dilarutkan dalam air.

Contoh: Asam klorida (HCl), asam asetat (CH3COOH), dan asam sulfat (H2SO4).

  • Basa

Basa adalah senyawa kimia yang cenderung menerima ion hidrogen (H+) atau melepaskan ion hidroksida (OH-) ketika dilarutkan dalam air. Secara umum, basa memiliki pH lebih dari 7.

Ciri-ciri:

- Rasanya pahit.

- Mereaksi dengan asam dan menghasilkan garam dan air.

- Bersifat korosif terhadap jaringan hidup.

- Mengubah indikator basa menjadi warna biru atau ungu.

- Memiliki kemampuan konduktivitas listrik ketika dilarutkan dalam air.

Contoh: Natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), dan amonium hidroksida (NH4OH).

Perlu diingat bahwa ada juga zat yang bersifat netral, yaitu tidak termasuk dalam kategori asam atau basa. Air murni (H2O) adalah contoh zat netral dengan pH 7. Skala pH digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan, di mana 7 adalah netral, kurang dari 7 adalah asam, dan lebih dari 7 adalah basa.

2. Teori Asam Basa Arhenius

          Teori asam basa Arhenius, yang dikembangkan oleh ahli kimia Swedia Svante Arrhenius pada akhir abad ke-19, adalah salah satu teori yang paling awal dan paling sederhana dalam menjelaskan sifat asam dan basa. Teori ini berfokus pada peran ion hidrogen (H+) dan hidroksida (OH-) dalam larutan. Menurut teori Arhenius, berikut adalah konsep dasarnya:

a. Asam

Menurut teori Arhenius, asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen (H+) dalam larutan air. Contohnya, asam klorida (HCl) akan menghasilkan ion H+ dan ion klorida (Cl-) ketika dilarutkan dalam air. Contoh lainnya adalah asam sulfat (H2SO4) yang akan menghasilkan dua ion H+ dan satu ion sulfat (SO4^2-) ketika dilarutkan dalam air.

b. Basa

Menurut teori Arhenius, basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) dalam larutan air. Contohnya, natrium hidroksida (NaOH) akan menghasilkan ion Na+ dan ion OH- ketika dilarutkan dalam air. Contoh lainnya adalah kalium hidroksida (KOH) yang akan menghasilkan ion K+ dan ion OH- ketika dilarutkan dalam air.

c. Reaksi netralisasi

Teori Arhenius juga menjelaskan reaksi netralisasi antara asam dan basa, di mana ion hidrogen (H+) dari asam bereaksi dengan ion hidroksida (OH-) dari basa, membentuk air (H2O). Contoh reaksi netralisasi adalah reaksi antara asam klorida (HCl) dan natrium hidroksida (NaOH) yang menghasilkan air (H2O) dan garam natrium klorida (NaCl).

Namun, teori Arhenius memiliki beberapa kelemahan. Teori ini hanya berlaku untuk larutan air, tidak dapat menjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut lain seperti pelarut organik. Selain itu, teori Arhenius tidak dapat menjelaskan sifat asam basa gas atau padat. Meskipun demikian, teori Arhenius memberikan dasar penting dalam pemahaman sifat asam dan basa, dan menjadi landasan bagi pengembangan teori asam basa yang lebih komprehensif seperti teori Brønsted-Lowry dan teori Lewis.

3. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry

          Teori asam basa Brønsted-Lowry, yang diperkenalkan oleh ahli kimia Denmark Johannes Nicolaus Brønsted dan ahli kimia Inggris Thomas Martin Lowry pada tahun 1923, mengajukan definisi yang lebih luas dan lebih umum untuk asam dan basa dibandingkan dengan teori Arhenius. Teori ini berfokus pada pertukaran pasangan ion hidrogen (H+) antara asam dan basa dalam suatu reaksi. Berikut adalah konsep dasar teori asam basa Brønsted-Lowry:

a. Asam

Menurut teori Brønsted-Lowry, asam adalah zat yang dapat memberikan ion hidrogen (H+) kepada basa. Dalam konteks ini, ion hidrogen (H+) dapat diterima oleh pasangan elektron yang tersedia pada basa. Contohnya, asam klorida (HCl) akan melepaskan ion H+ ketika bereaksi dengan air (H2O), sehingga air bertindak sebagai basa dalam reaksi tersebut dengan menerima ion H+.

b. Basa

Menurut teori Brønsted-Lowry, basa adalah zat yang dapat menerima ion hidrogen (H+) dari asam. Dalam konteks ini, basa dapat menerima ion H+ dengan menggunakan pasangan elektron yang tersedia. Contohnya, dalam reaksi antara asam klorida (HCl) dan air (H2O), air bertindak sebagai basa dengan menerima ion H+ dari HCl dan membentuk ion hidroksida (OH-).

c. Reaksi asam-basa

Menurut teori Brønsted-Lowry, reaksi asam-basa terjadi ketika asam dan basa saling bertukar ion hidrogen (H+). Asam kehilangan ion H+ dan menjadi basa konjugat, sedangkan basa menerima ion H+ dan menjadi asam konjugat. Reaksi ini membentuk pasangan asam-basa konjugat. Contohnya, dalam reaksi antara asam klorida (HCl) dan air (H2O), HCl berperan sebagai asam dengan melepaskan ion H+, sedangkan air berperan sebagai basa dengan menerima ion H+. Ini membentuk asam konjugat (H2O+) dan basa konjugat (Cl-).

Teori Brønsted-Lowry lebih luas dan lebih fleksibel dibandingkan dengan teori Arhenius, karena tidak terbatasi pada larutan air dan dapat menjelaskan sifat asam-basa dalam berbagai pelarut. Teori ini juga memperkenalkan konsep pasangan asam-basa konjugat, di mana asam konjugat dan basa konjugat memiliki hubungan yang terkait dalam reaksi asam-basa. Teori asam basa Brønsted-Lowry menjadi dasar penting dalam pemahaman sifat asam basa dan digunakan secara luas dalam kimia dan ilmu terkait.

4. Teori Asam Basa Lewis

          Teori asam basa Lewis, yang diperkenalkan oleh ahli kimia Amerika Gilbert N. Lewis pada tahun 1923, memberikan konsep yang lebih luas dalam menjelaskan sifat asam dan basa dibandingkan dengan teori Arhenius dan teori Brønsted-Lowry. Teori ini berfokus pada peran pasangan elektron dalam reaksi asam basa. Berikut adalah konsep dasar teori asam basa Lewis:

a.  Asam

Menurut teori Lewis, asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron. Dalam konteks ini, asam dapat menerima pasangan elektron dari basa untuk membentuk ikatan koordinasi. Asam Lewis tidak bergantung pada kemampuan asam untuk melepaskan ion hidrogen (H+), seperti dalam teori Brønsted-Lowry. Contohnya, ion logam seperti aluminium (Al^3+) atau ion hidronium (H3O+) dapat bertindak sebagai asam Lewis dengan menerima pasangan elektron dari basa.

b. Basa

Menurut teori Lewis, basa adalah zat yang dapat menyumbangkan pasangan elektron. Dalam konteks ini, basa dapat menyumbangkan pasangan elektron kepada asam untuk membentuk ikatan koordinasi. Basa Lewis tidak bergantung pada kemampuan basa untuk menerima ion hidrogen (H+), seperti dalam teori Brønsted-Lowry. Contohnya, molekul amonia (NH3) atau air (H2O) dapat bertindak sebagai basa Lewis dengan menyumbangkan pasangan elektron kepada asam.

c. Reaksi asam-basa

Menurut teori Lewis, reaksi asam-basa terjadi ketika pasangan elektron dari basa disumbangkan kepada asam untuk membentuk ikatan koordinasi. Dalam reaksi ini, asam dan basa Lewis membentuk kompleks koordinasi. Contohnya, dalam reaksi antara ion logam aluminium (Al^3+) sebagai asam dan molekul amonia (NH3) sebagai basa, amonia menyumbangkan pasangan elektronnya kepada aluminium, membentuk ikatan koordinasi dan membentuk kompleks koordinasi Al(NH3)6^3+.

Teori asam basa Lewis sangat luas dalam cakupannya karena tidak terbatas pada larutan air atau pertukaran ion hidrogen (H+). Teori ini memberikan kerangka kerja yang kuat dalam menjelaskan sifat asam-basa dalam berbagai konteks kimia, termasuk reaksi dalam larutan non-air, reaksi dalam fase gas, dan reaksi asam-basa padatan. Teori asam basa Lewis juga melengkapi teori Brønsted-Lowry, karena setiap reaksi Brønsted-Lowry dapat dilihat sebagai reaksi Lewis yang melibatkan transfer pasangan elektron. Dengan demikian, teori Lewis memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang sifat asam basa dalam kimia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun