Indonesia sebenarnya tidak luput dari kasus-kasus yang membawa cerminan pelanggaran terhadap Pancasila. Pancasila sebagai dasar serta pusat kehidupan berbangsa dan bernegara yang memiliki ragam latar belakang sangat berpotensi dalam memperbaiki segala persoalan yang timbul di tengah masyarakat. Pancasila merupakan landasan dan gaya hidup bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai kebangsaan yang harus ditanamkan sebagai penerus bangsa di kalangan anak-anak (Jurnal PEKAN Vol. 6 No.1 Edisi April 2021. Devyanne Oktari, Dinie Anggraeni Dewi).
Saya tertarik untuk mengambil pemaparan ini terkait Pancasila, sebab sebagaimana identitas kita sebagai warga negara yang baik, maka kita harus memikirkan dan mewujudkan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kasus-kasus yang menjadi gambaran jelas kelunturan Pancasila karena ini merupakan hal yang genting.
 Jadi, saya memandang bahwa kegentingan ini dapat diatasi dengan beberapa jenis penyelesaian, yakni: Preventif, Persuasif, dan Represif. Ketiga cara dapat terimplementasi dari sudut pandang pemerintah, maupun masyarakat (siswa, mahasiswa, pekerja), sebab semua pihak dapat berkontribusi melalui ide, tindakan, dan hak sebagai warga negara dalam mengatasi keruntuhan kehidupan Bangsa Indonesia. WNI yang utuh ialah mereka yang bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam hal ini Republik Indonesia, itulah bentuk dari sikap cinta tanah air. Apa itu definisi dari strategi Preventif, Persuasif, dan Represif?Â
Strategi Preventif dapat dikatakan sebagai upaya penyelesaian sebuah kasus secara mengakar dan mendasar, strategi Persuasif artinya upaya penyelesaian sebuah kasus secara hangat melalui dialog yang bersifat ajakan, sedangkan strategi atau upaya Represif menunjuk kepada pencegahan potensi terjadinya sebuah kasus dengan mengadakan sanksi yang sangat berat bagi para pelakunya. Realita menyatakan bahwa kasus-kasus yang terjadi di Indonesia merupakan hal yang tentunya mengganggu keharmonisan masyarakat dan mencerminkan kelunturan nilai-nilai dalam Pancasila.
Kasus pertama yang akan kita bahas ini adalah mengenai :
Pelecehan Seksual dalam Lembaga Pendidikan
- Sila dan nilai-nilai apa yang dilanggar dalam kasus tersebut?
Dalam kasus yang tertera seperti kasus di atas, telah menggambarkan adanya pelanggaran terhadap Pancasila khususnya pada sila pertama dan kedua. Nilai yang terukir pada sila pertama dalam kasus di atas, menyatakan masyarakat Indonesia diarahkan untuk dapat beritikad dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tidak melakukan hal-hal yang melanggar norma agama, dan nilai yang terukir pada sila kedua dalam kasus di atas menunjukan agar negara dapat mengangkat tinggi-tinggi derajat serta martabat seluruh manusia. Pada sila ini juga memiliki nilai agar masyarakat Indonesia dapat memiliki sikap saling menghormati dan memiliki sikap kemanusiaan, yang mana masyarakat Indonesia diharapkan dapat bersikap menghargai lawan jenis.
Di sini juga masyarakat Indonesia ditekankan untuk memiliki sikap ramah dengan lingkungan, dan saling menyayangi antar sesama manusia. Selain itu, dari kedua sila ini menunjukan bahwa bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan negara beragama dan beradab dijalankan menurut nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan nilai kemanusiaan.
-Preventif : Pemerintah harus memperketat izin pendirian Lembaga Pendidikan keagamaan, serta pemerintah juga diharapkan membentuk tim pemantau Lembaga Pendidikan keagamaan, dan pemerintah mewajibkan adanya Pendidikan Pancasila sebagai materi pembelajaran wajib dalam proses kegiatan belajar mengajar pada seluruh asrama di Indonesia.
-Persuasive : Baiknya pemerintah membuka potensi dari adanya jalur kerjasama antara lembaga-lembaga agama dengan asrama tersebut, sehingga diharapkan di waktu mendatang para pemuka agama bisa membuka dialog berkelanjutan dengan seluruh warga asrama akan pentingnya Hak Asasi Manusia (HAM) berdasarkan kitab suci terkait esensi dari nilai-nilai yang tercantum dalam sila-sila Pancasila. Jadi, tindakan persuasive ini mampu mencegah kelunturan nilai-nilai Pancasila seperti yang telah terjadi pada contoh kasus di atas.
-Represif : Pemerintah harus mempertegas hukuman bagi para pelaku sesuai Undang-Undang yang berlaku. Dalam hal ini, pemerintah beserta jajaran pelaksana hukum mampu mengimplementasikan sanksi hukum secara lebih tegas dan adil terhadap para korban.
- Relevansi Pancasila di era saat ini untuk mengatasi hal-hal tersebut.
Pada dasarnya, nilai-nilai yang tertera pada Pancasila merupakan dasar pola pikir yang menyangkut moral serta selalu menjadi dasar atas tindakan manusiawi, dan juga tidak akan pernah bisa bertentangan dengan dogma-dogma agama apapun.
Jadi, Pancasila selalu terbuka dengan adanya perkembangan zaman. Dari kasus di atas, maka nilai-nilai Pancasila yang sudah seharusnya diimplementasikan oleh seluruh masyarakat dapat dipahami betul-betul melalui berbagai hasil perkembangan teknologi dan dari meluasnya pergaulan masa kini. Pancasila tidak akan pernah ketinggalan zaman.
Kasus kedua: Terorisme
- Sila dan nilai-nilai apa yang dilanggar dalam artikel tersebut?
Terorisme merupakan tindakan menakut-nakuti berbagai kalangan yang tidak sepaham dengan kelompok pelaku, sehingga dalam kasus yang tertera, menggambarkan adanya pelanggaran terhadap Pancasila khususnya sila ketiga dan keempat. Pada sila ketiga ini, terkandung nilai untuk dapat menunjukan rasa cinta tanah air atau nasionalismenya, serta dapat hidup dengan damai atau akur tanpa harus meributkan masalah mengenai beragam perbedaan pendapat dan masyarakat Indonesia harus dapat meningkatkan diri dalam kesatuan serta persatuan berbangsa dan bernegara.
Begitu juga dalam nilai yang terukir pada sila keempat, di mana terkandung masyarakat yang diharapkan dalam memecahkan suatu masalah dilakukan dengan melaksanakan kegiatan berunding atau bermusyawarah untuk mencapai mufakat atau keputusan yang terbaik buat masyarakat, serta menunjukan perilaku sama-sama menghormati pendapat sesama. Pada sila ini, nilai kerakyatan mesti dijalankan oleh semua orang saat melakukan aktivitas hidup berbangsa dan bernegara.
- Bagaimana cara mengatasinya baik secara preventif, persuasive, dan represif?
-Preventif : Menurut saya, ada baiknya bila jaksa harus lebih intensif dalam menyaring setiap bukti terkait aktivitas buruk dari Munawarman berdasarkan ketetapan undang-undang. Jadi, sikap penggalian dari akar persoalan ini dapat membawa pihak pemerintah lebih selektif terhadap gugatan Munawarman dan juga bisa menilai apakah keputusan naik banding atau pembelaan yang diajukan oleh Munawarman adalah subjektif atau objektif. Dengan ini, maka jelaslah bagaimana pelaksanaan sila keempat bisa dilaksanakan dengan lebih efektif, dan ujungnya dapat memperjelas kesatuan bangsa Indonesia sebagaimana yang menjadi tujuan dari sila ketiga dalam Pancasila.
-Persuasive : Terkait masalah ini, ada baiknya jika diadakan dialog terbuka dengan kepala dingin supaya berdasarkan bukti-bukti dari pihak-pihak terkait dapat diputuskan bagaimana realita yang sedang terjadi berdasarkan kasus tersebut. Jadi, melalui ide persuasive ini dapat menjadi sarana bagi pihak jaksa untuk memperjelas fakta kasus yang menyangkut Munawarman.
-Represif : Pemerintah dapat memberi ancaman bagi Munawarman apabila benar-benar jelas bahwa pembelaan terhadap dirinya adalah salah. Hal ini dilakukan supaya dapat menangkal kemungkinan terjadinya perilaku-perilaku terorisme di tanah air Indonesia.
- Relevansi Pancasila di era saat ini untuk mengatasi hal-hal tersebut.
Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa perlu dijadikan pedoman dalam menumbuhkan sifat dan sikap yang bijaksana untuk mencapai suatu permusyawaratan untuk menghindari konflik-konflik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara supaya terjaganya kerukunan antar masyarakat Indonesia dan keutuhan bangsa dari serangan internal maupun eksternal bangsa.
Dalam hal ini, nilai-nilai Pancasila sangat mempengaruhi daya guna hidup dari munculnya cikal bakal pemberontakan maupun terorisme, seperti kasus yang terjadi di atas mengenai pembelaan Munawarman, yang juga kita ketahui bersama bahwa Munawarman sempat diakui oleh banyak pihak sebagai dalang terorisme di Indonesia.
Kasus ketiga: Joki Vaksinasi Covid-19
- Sila dan nilai-nilai apa yang dilanggar dalam artikel tersebut?
Dalam kasus yang tertera menggambarkan adanya pelanggaran terhadap Pancasila khususnya sila kelima. Nilai yang terukir pada sila kelima dalam kasus di atas mengandung makna agar masyarakat dapat memiliki sikap peduli terhadap sesama, memiliki sikap empati tanpa bermaksud menguntungkan diri sendiri, serta dapat mewujudkan keadilan sosial dengan selalu berusaha menunjukan diri melalui kepatuhan terhadap aturan pemerintah.
Jadi dengan sikap masyarakat yang enggan menerima vaksin, telah menjadi cerminan dari sikap ketidakpedulian akan keselamatan bersama. Yang kedua, jika melihat dari sisi kesalahan dari hadirnya joki, maka terdapat pelanggaran terhadap nilai Pancasila, yaitu ketika sang joki menerima tawaran untuk membatalkan vaksin yang seharusnya diterima oleh beberapa warga, sehingga kehadiran joki sama saja memperluas potensi penularan virus Covid-19 di Indonesia.
- Bagaimana cara mengatasinya baik secara preventif, persuasive, dan represif?
-Preventif : Secara preventif, pemerintah dapat membentuk tim pengawas dalam rangka memberikan pendataan yang lebih spesifik terkait absensi peserta vaksin covid-19. Sehingga dengan dibentuknya tim-tim pengawas ini diharapkan dapat mencegah kehadiran joki-joki di waktu vaksinasi Covid-19 berikutnya.
-Persuasive : Pemerintah dapat meluncurkan tim-tim yang melakukan pendekatan bagi setiap keluarga di rumah-rumah warga. Dalam hal ini, pihak kelurahan yang mencakup RT dan RW mengutus setiap kelompok perwakilan pemerintah untuk membuka dialog bagi setiap masyarakat terkait pentingnya melakukan vaksinasi Covid-19.
-Represif : Pemerintah mempertegas hukuman berdasarkan Undang-Undang bagi masyarakat yang kedapatan tidak melakukan vaksinasi Covid-19 secara sengaja sampai batas waktu yang ditentukan, juga pemerintah boleh menyebarluaskan bukti pelaksanaan sanksi atau hukuman bagi pelanggar Vaksinasi Covid-19 di hadapan khalayak ramai, sehingga memberikan efek jera bagi rakyat yang menolak vaksinasi. Pemerintah juga harus mempertegas sanksi bagi para joki yang kedapatan telah melakukan tugasnya demi keuntungan pribadi. Ide-ide represif ini diharapkan dapat memberikan pencegahan terhadap lunturnya efektivitas pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.
- Relevansi Pancasila di era saat ini untuk mengatasi hal-hal tersebut.
Mengingat kondisi kehidupan saat ini yang sedang dilanda wabah covid-19 sesungguhnya esensi dari nilai Pancasila dapat menjadi pijakan yang tepat bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa kebijakan pemerintah mengadakan vaksinasi covid-19 merupakan bentuk pelaksanaan dari sila kelima dalam Pancasila untuk mencapai keadilan sosial, yang mana pelaksanaan vaksinasi covid-19 tentu memiliki kaitan yang erat dengan pelaksanaan nilai Pancasila dalam hal ini sila kelima.
Jadi, terciptanya keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia yang sejahtera dan aman terkait tujuan dari hadirnya Pancasila, kebijaksanaan pemerintah dalam memberantas joki-joki nakal dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi covid-19 di masa kini merupakan cerminan dari relevansi Pancasila di era sekarang untuk mengatasi adannya kasus-kasus di atas, sebab Pancasila adalah dasar teguh yang tidak pernah ketinggalan zaman, Pancasila sebagai agenda bangsa Indonesia yang terus belajar dan berkembang.
Kesimpulan dan Penutup :
Indonesia dengan berpegang teguh pada Pancasila harus berperan aktif dalam menyelesaikan segala perkara di wilayah Nusantara demi menghalau kasus-kasus yang dapat merugikan warga negara sebagai korban dari tindak pelanggaran nilai-nilai Pancasila. Maka dari itu, perlu adanya peran yang strategi diupayakan baik secara preventif, persuatif, maupun represif guna tercapainya tujuan-tujuan baik sebagaimana Pancasila ada.
Daftar Pustaka :
Jurnal PEKAN Vol. 6 No.1 Edisi April 2021. Devyanne Oktari, Dinie Anggraeni Dewi. Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Cibiru Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
https://liff.line.me/1454988026-zWDdDpKq/v2/article/9m2gayg?utm_source=copyshare
https://liff.line.me/1454988026-zWDdDpKq/v2/article/XYBrjGl?utm_source=copyshare
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H