Setelah lima menit aku menunggu di kelas. aku memutuskan untuk turun dan menunggu Noah di parkiran. Noah berlari ke arah ku dan berkata "Ayo kita pulang." Aku langsung menaiki motor Noah dan ia berpamitan dengan teman-temannya lalu berucap, "Sampai ketemu di basecamp." Mereka memiliki basecamp yang tidak semua orang tau. Basecamp yang berisi anak-anak sekolahku dan sekolah lain. Mereka berteman untuk menjaga tali silaturahmi antar sekolah dan juga untuk melawan anak-anak yang ingin bertawuran dengan sekolahku atau sekolah yang lain.Â
Saat ini banyak kasus tawuran yang beredar. Aku selalu mencoba untuk memperingati Noah agar tidak tawuran dan fokus belajar. Tapi kadang-kadang aku mendengar bahwa Noah dan teman-temannya habis tawuran melawan sekolah lain. Aku hanya bisa tersenyum percuma marah jika diulangi lagi kesalahannya.Â
Selama satu minggu lebih aku bersama Noah, akhirnya kami resmi berpacaran. Tidak ada yang berubah setelah berpacaran dan sebelum berpacaran. Noah tetap bertawuran jika ditantang oleh lawan. Noah tetap memperlakukanku dengan baik dan aku menyukainya.
Sungguh aku tidak menyangka bahwa aku dan Noah berpacaran. 1 bulan bersama sangat cepat bagiku. Selama satu bulan pun tidak mulus. Berita bahwa aku dan Noah berpacaran tersebar luas seantero sekolah.Â
Aku hanya bisa tersenyum kala itu. Aku sangat bangga memiliki Noah tapi banyak sekali fans fanatik yang tidak sedikit melabrakku di kantin atau di kelas maupun di parkiran. Mereka protes jika aku menjadi pacarnya. Tapi tidak sedikit yang mendukung aku dan Noah. Di sekolah pun aku berusaha untuk tidak bercengkrama secara intens dengan noah karena aku takut itu akan jadi masalah baru untuk aku dan Noah. Menurut ku, sudah sangat cukup bermasalah dengan fans-fans fanatik Noah. Hari libur pun tiba, aku dan Noah sudah merencanakan untuk nonton bersama.
Ibu dan ayah belum tau jika aku dan Noah sudah berpacaran. Aku belum siap memberitahu kepada mereka. Aku takut akan respon mereka terhadap itu. Aku sudah izin pada ibu dan ayah bahwa aku akan menonton dengan Noah. Jujur saja saat meminta izin, aku menggunakan embel-embel teman-temanku akan ikut bersama kami. Pada kenyataannya, aku hanya berdua dengan Noah karena aku ingin bersama Noah seharian penuh. Alasan lainnya, karena Noah hanya bisa bermain saat hari libur. Saat hari sekolah Noah sangat sibuk dengan teman-temannya dan ekstrakulikuler yang dia ikuti.Â
Sampai di mall yang kami tuju. Aku dan Noah langsung membeli tiket untuk menonton. Setelah beli tiket, aku dan Noah berkeliling sambil menunggu jam nonton tiba. Setelah menonton, kami memutuskan untuk makan karena aku lapar.Â
Setelah makan kami lanjut berkeliling mall sampai malam pun tiba. Aku sudah diberitahu oleh ibu untuk segera pulang. Jujur saja, aku belum puas berpacaran dengan Noah. Aku masih ingin bermain dengannya tapi aku tidak bisa melawan ibu. Aku putuskan untuk memberitahu Noah bahwa aku harus pulang dan Noah mengantarku pulang.
Saat sampai rumah, aku menawarkan Noah untuk singgah sebentar. Tapi Noah menolak karena dia harus ke basecamp sekarang, menemui teman-temannya yang sudah menunggunya. Hari minggu pun tiba. Aku, ayah dan ibu menjalani rutinitas kami yaitu berlari di sekeliling komplek rumah agar tetap sehat dan bugar. Â
Setelah selesai aku memutuskan untuk membersihkan diri ku yang sangat berkeringat. Setelah membersihkan diri aku melihat ponselku bahwa banyak sekali pesan dan telfon dari teman-temanku. Aku membaca pesan mereka satu persatu. Mereka mengatakan bahwa semalam Noah bertawuran dengan lawannya yang sangat Noah benci.Â
Noah memiliki banyak luka lebam dimuka nya. Aku khawatir dan menelpon Risa untuk menemaniku ke rumah Noah. Aku berkata kepada Risa untuk membawa pacarnya bersama ku ke rumah Noah. Aku meminta izin pada ibu dan ayah untuk pergi kerumah Noah.