Maka, dengan semangatnya saya berteriak "Kuat banget!"
Bisa dikatakan media menggiring masyarakat untuk ikut terjun dalam euforia sebuah berita atau peristiwa. Dan tidak ada yang meragukan kekuatan dari massa. Orang-orang yang berkumpul dengan tujuan yang sama, berjuang keras untuk mewujudkan keinginannya, lebih menyeramkan dari dedengkot jin. Hitung saja, jika kekuatan 1 orang adalah 10, maka kalikan dengan banyaknya massa yang terkumpul. Kekuatan akhirnya akan sangat besar.
Meskipun, viralnya sebuah berita masih menjadi misteri bagaimana caranya. Tidak ada metode pasti agar sebuah berita bisa viral. Lebaran kemarin contohnya, sebuah iklan yang menyongsong tema jadul, bisa tenar karena adanya ibu-ibu dalam magic jar. Semua orang membagikan iklan tersebut pada media sosial masing-masing.Â
Siapa yang menyangka? Atau kebalikan dari susahnya memviralkan adalah film Rafthar dengan budget mencapai Miliaran, namun penonton mentok di angka 400 ribuan. Tangan dingin Raffi Ahmad beserta jajaran teman-teman artisnya yang mempromosikan tidak berhasil mencetak angka 1 juta. Padahal jika dijumlahkan, jumlah pengikut artis-artis itu jauh di angka 1 juta.
Sebenarnya, zaman sekarang cukup menguntungkan bagi kita jika ingin memviralkan sesuatu. Banyak media yang bisa digunakan, mulai dari media sosial, youtube, ataupun blog. Namun, berita tersebut tidak akan viral jika tidak ada massa yang terlibat didalamnya. Jika dilihat dari dua kasus yang saya sebutkan diatas, ada satu titik dimana kabar tersebut bisa meletus. Untuk yang pertama, bisa dikatakan sebagai kondisi yang urgent.Â
Bayangkan, ketika kita membaca berita bahwa pertolongan kita menentukan hidup seseorang. Kita akan merasa bahwa sedikit apapun dana yang kita berikan, tentu akan berdampak pada keberlangsungan hidup keduanya. Dan pemikiran itu tidak hanya mengendap pada satu orang. Beribu-ribu orang memiliki pemikiran yang sama. Apalagi, begitu banyak orang yang membagikan halaman kitabisa tersebut. Viral!
Pada kasus kedua, titik puncaknya adalah ketika pelaku akan diwisuda dengan kasus yang masih menggantung. Sisi iba manusia digores melihat berita tersebut. Di tengah desas desus kabar yang tak jelas, sebuah unit jurnalisme mahasiswa dari kampus terkait angkat suara. Membeberkan sejumlah fakta yang tidak diketahui orang eksternal kampus. Pemilihan kata ditujukan untuk membela korban. Orang-orang yang sakit hatinya, menanda tangani petisi, lalu menyebarkannya lewat media. Viral!
Nah, jika kita renungkan, media bisa menjadi alat yang luar biasa untuk mengumpulkan kekuatan. Lantas, apakah kita yang notabene nya masyarakat biasa bisa memanfaatkan kekuatan media? Bisa. Sembari mencari titik yang menggemparkan, bisa dilakukan pengenalan target audience. Jika dalam jurnalistik, maka harus dikerucutkan bagaimana target audience yang ingin diraih.Â
Bangun imagenya terlebih dahulu, dan perlahan massa akan terkumpul. Percayalah, kekuatan sebuah citra sangat besar. Tidak harus memiliki stasiun televisi untuk bisa dikenal. Cukup buat karya yang mengundang massa. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H