Pengakuan Budaya Lokal: Menghormati budaya lokal, seperti Papua dan Nusa Tenggara, yang secara alami memiliki keragaman warna kulit.
7. Peran Keluarga
Pendidikan di Rumah: Orang tua harus memberikan contoh dengan tidak memperkuat stereotip atau prasangka terhadap orang lain.
Membiasakan Komunikasi Positif: Mengajarkan anak untuk menggunakan kata-kata yang membangun, bukan merendahkan.
Melalui kombinasi langkah-langkah ini, masyarakat Indonesia dapat membangun budaya yang lebih inklusif, di mana setiap orang dihargai tanpa memandang warna kulit.
Saya disini ingin mengambil studi kasus yang bisa menjadi bukti bahwa di indonesia sudah menjadi hal yang lumrah bahwa dari dulu sudah ada sifat rasisme.
Shareefa Daanish, seorang aktris Indonesia, pernah mengungkapkan bahwa ia sering diejek karena memiliki kulit yang lebih gelap dibandingkan teman-temannya, terutama saat ia masih di bangku sekolah dasar. Alasan utama perundungan yang ia alami adalah karena standar kecantikan di masyarakat yang cenderung mengutamakan kulit cerah. Hal ini membuat warna kulitnya dianggap berbeda dan menjadi bahan ejekan.
Selain itu, lingkungan sosialnya yang kurang mendukung keberagaman mungkin juga berkontribusi pada pengalaman tersebut. Namun, Shareefa kemudian mampu menerima dirinya dan menjadikan perbedaan itu sebagai kekuatan dalam kariernya. Pengalamannya menjadi pengingat pentingnya membangun kesadaran masyarakat tentang keberagaman dan pentingnya menghormati perbedaan.
Shareefa Daanish menghadapi ejekan dan perundungan dengan cara yang menunjukkan ketangguhan dan penerimaan diri. Berikut adalah beberapa cara ia melawan perundungan yang pernah dialaminya:
1. Menerima Diri Apa Adanya
Shareefa memilih untuk mencintai dirinya sendiri dan menerima warna kulitnya sebagai bagian dari identitasnya. Ia tidak membiarkan komentar negatif dari orang lain mengurangi rasa percaya dirinya.