Asal mula terciptanya alam semesta telah digambarkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'n yang telah diturunkan lebih dari 1.400 tahun yang lalu dalam surat As-Sajdah ayat 4, yang artinya "Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya di atas air agar Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah) 'Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sudah mati', niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata 'ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata'."
Dalam ayat ini jelas sekali menerangkan bahwa Allah-lah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Kebenaran al-Qur'n ini telah dibuktikan oleh para ilmuwan pada abad ke-20. Konsep kuno seperti model alam semesta statis dihancurkan oleh pengetahuan dan teknologi selama abad ke-20. Setelah banyak percobaan, pengamatan, dan perhitungan, para ilmuwan menemukan bahwa alam dimulai dengan suara keras. Kesimpulan ini juga menyatakan bahwa alam semesta bergerak, mengembang, dan memuai setiap saat, bertentangan dengan pendapat kaum materialis.Â
Meskipun teori Big Bang adalah konsep ilmiah yang didasarkan pada pengamatan dan bukti empiris, beberapa ayat dalam Al-Qur'an telah ditafsirkan oleh beberapa ilmuwan dan ulama Muslim sebagai konsisten dengan teori tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ada ruang untuk dialog yang konstruktif antara sains dan agama, di mana keduanya dapat saling melengkapi dalam memahami asal-usul dan sifat alam semesta.
Kesimpulan
Teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta bermula dari sebuah ledakan besar dan terus mengembang memiliki beberapa kesamaan dengan deskripsi penciptaan alam semesta dalam Al-Qur'an. Beberapa ayat dalam Al-Qur'an, seperti Surah Al-Anbiya (21:30), telah ditafsirkan oleh para ulama dan ilmuwan Muslim sebagai gambaran yang konsisten dengan teori Big Bang dan ekspansi alam semesta. Hal ini dapat memperkuat harmonisasi antara sains dan agama, menggarisbawahi kebesaran Allah dalam menciptakan alam semesta dengan cara yang dapat dipahami melalui penelitian ilmiah. Dengan demikian, dialog antara sains dan agama dapat saling melengkapi dalam memahami asal-usul dan sifat alam semesta.