Mohon tunggu...
naswarosyida
naswarosyida Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hoby berenang, suka menari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyikapi Hadist Bekerja Keras

2 Desember 2024   15:13 Diperbarui: 2 Desember 2024   15:18 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hamzah menggeleng tegas. “Aku tidak akan menjual hasil panen dengan harga yang merugikan petani lain atau cara yang tidak benar. Lebih baik aku sabar mencari pembeli yang jujur.”

Teman-temannya kembali mencibir. “Hamzah ini memang aneh. Dia punya hasil panen bagus, tapi tetap saja sulit mendapat untung. Apa gunanya bekerja keras kalau tidak pandai memanfaatkan peluang?”

Hamzah diam, menelan semua komentar pedas itu dengan hati lapang. Ia tetap yakin bahwa Allah akan memberinya jalan terbaik.

Pertolongan yang Tak Terduga
Suatu sore, saat Hamzah sedang memikirkan cara memasarkan jagungnya, seorang pria berpakaian rapi datang ke ladangnya. Pria itu memperkenalkan diri sebagai Ridwan, seorang pengusaha yang sedang mencari pemasok jagung organik untuk usaha pengolahan makanan sehat.

“Saya mendengar dari Pak Ahmad bahwa jagung yang Anda tanam berkualitas tinggi dan ditanam tanpa bahan kimia berbahaya. Apakah Anda tertarik untuk bekerja sama dengan perusahaan kami?” tanya Ridwan.

Hamzah terkejut, tetapi ia segera menjawab, “Alhamdulillah, tentu saja saya bersedia. Namun, jagung saya tidak sebanyak petani lain.”

Ridwan tersenyum. “Tidak masalah, Pak Hamzah. Yang penting adalah kualitas dan kejujuran Anda.”

Kerja sama itu menjadi titik balik bagi Hamzah. Kini, hasil panennya tidak hanya laku terjual, tetapi juga dihargai lebih tinggi karena kualitasnya. Pendapatannya meningkat, dan ia mampu memperbaiki ladangnya serta membantu ibunya lebih banyak.

Dampak Keberkahan
Keberhasilan Hamzah kembali menginspirasi penduduk desa. Para petani mulai meninggalkan cara-cara curang seperti menggunakan pupuk ilegal atau menekan harga pasar. Mereka belajar dari Hamzah bahwa kejujuran dan kerja keras selalu membawa hasil yang lebih baik.
Salah satu yang paling terpengaruh adalah Hasan. Setelah melihat perubahan Hamzah, ia memutuskan untuk meninggalkan perjudian dan mulai belajar bertani.
“Hamzah, aku ingin berubah. Maukah kau membantuku belajar bertani seperti yang kau lakukan?” tanya Hasan suatu hari.
“Tentu, Hasan. Aku senang bisa berbagi ilmu. Kita bisa bekerja sama agar desa ini semakin makmur,” jawab Hamzah dengan senyum lebar.
Hari demi hari, Hamzah tidak hanya bekerja untuk dirinya sendiri, tetapi juga membantu para petani di desanya. Ia membentuk kelompok tani kecil, mengajarkan teknik bercocok tanam yang lebih baik, serta mengingatkan mereka untuk selalu melibatkan Allah dalam setiap usaha.
Puncak Keberkahan
Tahun berganti, desa kecil tempat Hamzah tinggal kini berubah menjadi desa yang subur dan penuh keberkahan. Penduduknya tidak hanya lebih sejahtera secara ekonomi, tetapi juga lebih harmonis karena mereka saling membantu dan mengedepankan nilai-nilai kejujuran. Hamzah tidak lagi hanya dikenal sebagai petani sederhana, tetapi juga sebagai pemimpin yang dihormati. Ketika ia ditanya tentang rahasia keberhasilannya, jawabannya selalu sama:
“Peluh, doa, dan keyakinan kepada Allah. Ketika kita bersungguh-sungguh dalam usaha dan menyerahkan hasilnya kepada Allah, keberkahan akan datang dengan cara yang tidak pernah kita duga.”

Hamzah menyadari bahwa rezeki bukanlah soal seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa besar manfaatnya bagi orang lain. Dan ia bersyukur, peluh yang ia cucurkan selama ini bukan hanya menjadi saksi amalnya, tetapi juga menjadi jalan untuk menyebarkan keberkahan ke seluruh desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun