Dengan pupuk itu, Hamzah kembali bekerja di ladangnya. Ia mengolah tanah dengan penuh semangat, seakan-akan semua ejekan dan kesulitan yang ia hadapi tidak pernah terjadi. Dalam hatinya, ia terus berdoa agar usahanya kali ini membuahkan hasil.
Beberapa bulan kemudian, saat musim panen tiba, ladang Hamzah berubah menjadi hamparan hijau yang subur. Jagung-jagung yang ia tanam tumbuh besar dan sehat. Hasil panennya bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Kabar tentang keberhasilan Hamzah menyebar ke seluruh desa. Banyak orang yang sebelumnya meremehkan Hamzah kini mulai mendatangi ladangnya. Bahkan Hasan, yang dulu paling sering mengejeknya, datang untuk meminta maaf.
“Hamzah, aku salah menilaimu. Kau benar, rezeki yang halal memang lebih baik. Ajari aku caranya, supaya aku juga bisa hidup lebih tenang seperti dirimu,” ujar Hasan dengan nada penuh penyesalan.
Hamzah tersenyum hangat. “Tentu, Hasan. Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Mulailah dengan niat yang baik, lalu bekerja keras. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan.”
Keberkahan yang Meluas
Keberhasilan Hamzah menjadi inspirasi bagi banyak pemuda di desanya. Perlahan, mereka mulai meninggalkan kebiasaan buruk seperti berjudi dan meminjam uang dengan riba. Sebaliknya, mereka belajar untuk mengolah ladang dan berdagang dengan cara yang jujur. Desa yang sebelumnya dipenuhi kemalasan dan keputusasaan kini berubah menjadi desa yang penuh semangat kerja dan keberkahan.
Hamzah sendiri merasa bersyukur atas semua yang telah ia lalui. Ia sadar, semua keberhasilan itu bukan semata-mata hasil kerja kerasnya, tapi juga doa dan kepercayaan kepada Allah. Hadis yang menjadi pedomannya selama ini terbukti benar: kerja keras yang dilandasi niat baik akan membawa keberkahan.
Setiap pagi, saat melangkah ke ladangnya, Hamzah selalu berbisik dalam hati: “Ya Allah, jadikan peluh ini sebagai saksi atas ibadahku kepada-Mu. Berikanlah keberkahan pada setiap usaha yang kulakukan, agar tidak hanya aku, tapi juga orang-orang di sekitarku bisa merasakan nikmatnya rezeki dari-Mu.”Keberhasilan panen Hamzah menjadi buah bibir di desa. Banyak orang memuji kesabarannya, tetapi Hamzah tahu betul bahwa ini bukan semata-mata hasil usahanya. Ia menyadari ada campur tangan Allah di setiap langkah yang diambilnya.
Namun, perjalanan hidup tidak pernah sepenuhnya mulus. Ujian lain datang menghampiri ketika harga hasil panennya anjlok di pasar. Banyak pedagang dari desa tetangga menjual hasil tani mereka dengan harga lebih murah karena menggunakan pupuk dan pestisida subsidi ilegal.
“Hamzah, kalau kau tidak ikut menjual dengan harga seperti mereka, jagungmu tidak akan laku,” ujar salah satu pedagang di pasar.