Mohon tunggu...
Naswa Nelina Rahayu
Naswa Nelina Rahayu Mohon Tunggu... Penegak Hukum - selalu biasa-biasa saja

Welcome to my...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sesal Berlabuh di Masa

13 November 2020   18:25 Diperbarui: 13 November 2020   18:32 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ehm.... hai. Untuk dapat membacanya lebih hikmat, aku ingin memperkenalkan diriku. Ya, namaku Naswa Nelina Rahayu. Teman-temanku banyak memanggilku Naswa, sedangkan saudara, mamah, bapakku selalu memanggilku Wawa. 

Aku merupakan anak yang tak seperti lainnya. Bukan, bukan seperti yang dipikirkan kalian. Sejak kecil aku sangat dikekang oleh orang tuaku, terutama mamah. Mungkin aku baru menyadarinya sekarang, mereka mengekang karena khawatir terjadi hal yang tak diinginkan pada diriku. Tapi ketika kecil, pikiranku lain. "Mengapa mereka terus mengekangku? Padahal aku ingin bermain bersama teman-teman yang lainnya." Pikirku kala itu.

     Dari TK sampai SD kelas 4, aku selalu diantar oleh mamahku ke sekolah. "Anak mama." Kata-kata yang sering terlontar dari mereka, teman sekolahku. Tapi, aku merupakan anak yang bisa dibilang bawel. Karena menurutku, itulah diriku. Senang bisa bertemu dan bersosialisasi bersama teman-teman. Selain di sekolah, bagaimana aku bisa bermain, maka dari itu aku jarang bersosialisasi dengan teman sebaya. Ya mungkin terdengar lucu, ketika aku bermain boneka aku hanya bergumam-gumam tak jelas, menggerakan bibir tanpa suara sedikit pun.

     Ketika kelas 4 aku mengikuti ekstrakurikuler drum band, yang mana membuat tubuhku yang lemah kala itu sering drop, karena terlalu banyak berlatih. Tetapi aku bahagia sekali daripada di rumah yang selalu bersedih.

     Teman-teman di daerahku selalu ketakutan jika ingin mengajakku bermain bersama mereka, karena mamah yang selalu melarangku untuk ikut bermain. Padahal jika dipikirkan sekarang, itu sangat membantu terhadap proses perkembangan anak. Anak menjadi bisa dalam hal apapun. Tidak denganku, yang sampai sekarang kurang bisa bermain loncat tinggi, galah, dan lainnya.

     Saat itu kelas 2, mamah menyuruhku tampil di acara pentas kenaikan kelas seorang diri. Hatiku berdegup kencang. Untuk pertama kalinya, aku menari di panggung, di hadapan orang banyak. Tetapi, hal itu membuat aku menjadi bintang kelas terpercaya diri di kelas. 

     Ketika kelas 4, terkadang aku berfikir "aku sangat ingin mengikuti perlombaan Calistung, mengapa hanya dia yang ikut?." Tetapi aku berfikir karena mungkin tulisanku jelek, aku tidak masuk 3 besar, walau selalu 10 atau 15 besar. 

Sumber: pinterest
Sumber: pinterest
     Saat itu, guruku mengumumkan bahwa ada sebuah perlombaan biantara bahasa sunda (pidato berbahasa sunda). 

     "Siapa yang akan ikut dalam perlombaan ini?." Semua teman sekelasku menunjuk diriku, aku yang saat itu tidak tahu menahu mengenai pidato hanya diam tak bisa bicara apa-apa. Bingung, berkata ya atau tidak. Tapi, akhirnya aku memilih ya.

     Berlatih terus berlatih, lelah letih lesu semuanya ada pada diriku. Bagaimana tidak, saat umur yang dimana teman-temanku bermain dan bergurau, aku di rumah hanya bisa menghafal naskah untuk perlombaan. Mumet nya tiada terkira.

     Tapi saat perlombaan, alhamdulillah aku mendapatkan juara 1 Sekecamatan. Aneh tapi nyata. Senang dan sedih bercampur. 

     Aku pun mengikuti lomba biantara bahasa sunda sekabupaten. Alhamdulillah aku mendapatkan juara harapan 1. Bersyukur karena aku sudah berusaha walau tidak masuk seprovinsi.

     Sebenarnya sangat senang sekali aku bisa mendapatkan juara dalam perlombaan biantara tersebut. Yang aku tidak sukanya, mengapa rambutku harus memakai hairspray, wajahku didandan. Rumitnya tiada tara dan sangat ingin menangis.

     Ketika kelas 4 semester 2, mamahku terkena penyakit hamil diluar kandungan. Yang mana harus dioperasi di rumah sakit. Seperti ada batu besar yang menghantamku dari langit. Setiap pulang sekolah, aku harus pergi ke rumah sakit. Ohya, saat itupun aku yang aktif mengikuti les musik biola sering izin untuk menemui mamahku di rumah sakit.

     Hari itu, aku sedang berlatih musik dengan teman-temanku untuk pentas kenaikan kelas, guru atau wali kelasku datang menemuiku. Beliau berkata "Naswa, alhamdulillah kamu ranking 3." Senang sekali rasanya, aku dapat masuk ranking 3 besar saat itu. 

     Sepertinya akan sangat berkesan jika aku memberikan sebuah hadiah untuk mamahku. Ya, mungkin dengan mendengar kabar aku ranking 3, mamah akan bahagia dan cepat sembuh. 

     Setahun setelah itu, dimana aku naik ke kelas 5, guruku menyuruh aku mengikuti perlombaan biantara basa sunda lagi. Namun, aku yang memiliki pergaulan bisa dibilang agak bebas saat itu mengakibatkan berteman dengan teman sekelas yang toxic. Bukan seperti urak-urakan. Tapi, mereka sering banyak bermain dan pikirannya lebih dewasa dibanding aku.

     "Naswa kamu ikut lagi lomba biantara ya." Ucap guruku. Hari itu, aku layaknya kura-kura-kura yang keluar dari cangkangnya. Aku sudah bisa bebas, berteman dengan siapa saja. Aku sudah memiliki teman di rumah, walau teman sepengajian. Tapi, kenapa aku harus dibebankan oleh hal-hal yang tidak mau aku rumiti lagi. Pikirku saat itu. 

     Tetapi, mau tidak mau aku menyetujui mengikuti perlombaan itu. Setiap sedang asik-asiknya bermain dengan teman, aku berlatih untuk pidato ini, pulang agak terlambat dibanding teman lainnya (walau dari dulu aku sering seperti ini).

1b6f1c4865ac7bf10c21244908d56f7b-5fae5d3bd541df7eb6766782.jpg
1b6f1c4865ac7bf10c21244908d56f7b-5fae5d3bd541df7eb6766782.jpg
Sumber: pinterest  

     Satu hari, dimana ada pelajaran olahraga. Yang membuatku enggan dispen dari pelajaran tersebut. Guruku mendatangiku ke kelas, menyuruhku untuk berlatih. Aku tidak tahu pasti mengenai kejadian itu. Yang jelas, aku menolak untuk berlatih. Jika dipikirkan sekarang, rasanya sangat ingin aku memukul diriku sendiri. Karena perlombaan tersebut adalah perlombaan terakhir di masa SDku.

     Namun, aku berpikir aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Satu hal, saat itu tulisanku berubah total. Menjadi jelek. Yang membuat, aku tidak mendapatkan juara 1 di perlombaan. Walaupun, aku mendapat juara 3. Senang dan menyesal bercampur saat itu.

     Walaupun seperti itu, aku senang memiliki banyak prestasi akademik maupun non akademik di masa SD. Awalnya aku bahagia, karena memiliki beberapa piala. Eh, melihat teman-teman lainnya yang mana di rumahnya memiliki banyak piala, seperti ternak piala. Dan benar pribahasa ini, di atas langit pasti ada langit.

     Tidak berhenti disana, saat menginjak masa SMP aku mengikuti perlombaan pidato antarkelas. Aku sangat percaya diri saat itu, awalnya. Saat aku berpidato di hadapan banyak orang, entah kenapa aku sangat gugup saat itu. Seperti aku tak pernah berpidato sebelumnya. Membuat aku tak juara. Sangat sangat menyedihkan.

-------------------------------------------

     Mungkin dulu aku sangat dikekang oleh orangtuaku, dipaksa untuk menghafalkan naskah pidato sampai berkali-kali harus mengisak tangisan karena tak bisa menghafalnya. Mungkin, aku tak seperti masa kecil kalian. Yang mana kenyang akan bermain sepeda, kenyang akan bermain kucing-kucingan. 

     Dan bagiku, aku sangat menyesali diriku saat itu. Yang mana tidak bisa menggunakan kesempatan untuk mengasah kemampuanku dalam berbicara di depan umum. Tetapi untuk apa menyesali masa lalu itu hanya membuat diriku tak akan maju di masa depan.

     Selain itu, aku memberikan sebuah pelajaran penting bagi diriku sendiri dan kalian yang membaca cerita sejarahku. Ada kalimat yang sangat ingin aku bagikan untuk kalian semua. Gunakanlah waktu dan kesempatanmu sebaik mungkin saat ini. Karena kita tidak akan pernah tahu, hal mengejutkan apa yang akan terjadi di masa depan. Jika kamu berusaha keras saat ini, mungkin hal mengejutkan yang terjadi akan sebanding dengan usahamu.

     Ohya, satu hal lagi yang aku sesali dan jangan sampai terulang oleh kalian. Cinta orangtua. Tak apa disebut anak mama, anak papa, anak manja, karena itu bentuk kasih sayang mereka. Karena jika mereka sudah tak bisa lebih memanjakan kita, rasa rindulah yang akan memeluk kita.

Terima Kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun