Mohon tunggu...
MOH NASUKHIN ASRORI
MOH NASUKHIN ASRORI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Berproses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Santri Milenial untuk Bangsa Indonesia

16 Oktober 2022   21:04 Diperbarui: 16 Oktober 2022   21:14 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bangsa indonesia merupakan salah satu nagara mayoritas beragama islam terbesar didunia Seiring berkembangnya waktu, perkembangan teknologi informasi komunikasi dan perubahan era tidak dapat terlewati. Era millennial sendiri berhasil melahirkan generasi, salah satunya yaitu santri yang di dominasi para pemuda. Santri termasuk dalam generasi milenial dimana peran nya tidak jauh dari optimalisasi media untuk kebermanfaatan umat manusia.. Sehingga masyarakat mengharapkan sikap generasi milenial terutama santri menjadi cerminan bagi generasi selanjutnya.

Tradisi seorang santri  adalah semangat berkorban, mandiri, bersahaja, egaliter, tawaduk, dan moderat, yang merupakan karakter dalam berbangsa. Dimana sikap dan sifat ini telah dicontohkan dengan baik oleh tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang berlatar belakang santri dari masa ke masa. Sikap mandiri menjadikan santri tumbuh sebagai generasi yang independen menolak segala bentuk penjajahan. Mengungkit masa kolonialisme, santri telah membuktikan bahwa mereka adalah kekuatan utama dalam mengusir penjajah, dan tidak segan-segan mengorbankan jiwanya untuk memperjuangkan Indonesia. 

Setelah kemerdekaan diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, para santri pun terpanggil untuk mempertahankannya. Terutama saat mereka secara ikhlas mau menghapuskan tujuh kata--"dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya"--dalam Piagam Jakarta. Karakter santri yang moderat dan inklusif

termanifestasi dalam sikap kenegarawan para tokoh Islam pendiri bangsa,  Pada era kemerdekaan mampu melahirkan tokoh-tokoh santri yang bersahaja. Perjuangan politik mereka jalankan dengan penuh amanah untuk menciptakan negara yang adil dan sejahtera. Pengorbanan dan semangat berkorban dilakukan demi menjaga dan mewujudkan tujuan terbentuknya NKRI.

Karakteristik santri yang semangat berkorban, mandiri, bersahaja, egaliter, tawaduk, dan moderat akan menjadi kekuatan besar  bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Maka peran santri perlu ditingkatkan untuk menopang karakter bangsa  dalam menyesuaikan diri dan menghadapi tantangan-tantangan globalisasi. Kemampuan mereka dalam mengendalikan dan menyesuaikan perkembangan global akan berdampak positif demi mencegah dampak-dampak negative akibat globalisasi.

Kehidupan santri merupakan tantangan dan harapan. Santri diharuskan berfikir kritis, memiliki jiwa sosial yang tinggi, serta sikap yang sesuai dengan ajaran pesantren. Lahirnya santri bertransformasi menjadi kekuatan intelegensia muslim maupun urban muslim yang patut diapresiasi. Keduanya harus didekatkan agar  sempurna dalam bekerja samai guna membangun, memperkuat karakter bangsa dan menopang agar  tetap kukuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi diera revolusi  industry 5.0 nanti, pastinya agama sangat dibutuhkan dalam memimpin perkembanagannya, Pra-spiritualisasi masyarakat merupakan tugas besar bagi santri untuk membimbing perkembangan masyarakat modern. Secara tidak langsung, peradaban manusia sebenarnya bergantung pada peran santri dalam memecahkan dan mengendalikan masalah-masalah global yang krusial.

Era Milenium merupakan era perkembangan teknologi yang pesat. Pikiran yang jernih dan kapasitas intelektual yang tinggi diperlukan untuk berkontribusi dan secara aktif membentuk perkembangan teknologi.

Santri terlibat di pondok pesantren yang mengajarkan didikan disiplin ilmu yang lebih tinggi dan maju. Santri juga bisa mengajarkan etika dan moral kepada teman-temannya. Toleransi, persatuan, empati, simpati terhadap orang lain, dll. Tindakan ini mengikuti ajaran yang diturunkan oleh Nabi Muhammad (sallallahu 'alaihi wassalam). sebagai panutan bagi umat Islam.

Masalah pada zaman digital atau era milinial ini di dunia maya sudah banyak konten yang mempengaruhi kebudayaan Indonesia, dengan menyuguhkan konten-konten yang tidak sama dengan nilai budaya Indonesia atau menyimang terhadab budaya Indonesia. dengan demikian  di era ini menginstruksikan santri untuk menjadi cerdas. Hal ini menjadikan Santri bertanggung jawab atas pengetahuan mereka untuk mengembangkan masyarakat di sekitar mereka.

Efek dari pandemi memiliki efek yang negatif dan positif. Teknologi bisa bermanfaat tergantung bagaimana menggunakannya, jadi alangkah baiknya jika teknologi diisi dengan hal-hal rohani. Santri yang berintelektual pasti akan pintar tentang media sosial. Seiring dengan merosotnya moral para muda yang seharusnya menjadi nenek moyang bangsa saat ini, seharusnya Santri menjadi fasilitator untuk kebaikan bukan ikut terlibat didalamnya. Menjadi penggerak dan pengaplikasi ilmu, walaupun sedikit, tetap memberikan efek positif.

Bahwa santri identik dengan ilmu agama sudah menjadi fakta kehidupan. Ajaran agama islam yang banyak menjelaskan tentang tata cara menjadi orang yang bermoral. Masyarakat mempercayai dan mengakui ilmu akhlak ini karena bersumber langsung dari Al-Quran dan As-Sunnah. Al-Qur'an sendiri menyuruh kita untuk menerapkan setiap ilmu dalam kehidupan kita sehari-hari. Masyarakat juga percaya bahwa setiap santri memiliki kecerdasan mental di atas rata-rata dan itu bisa dijelaskan. Dengan cara ini, para santri secara tidak langsung menjadi pembela moralitas umat dan pemersatu bangsa yang kuat.

santri sendiri merupakan agen perubahan yang melekat dari dirinya. Tetapi setelah diperiksa lebih dekat, multitelen yang dimiliki santri memberi peluang lebih besar dalam membawa perubahan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai agen perubahan, santri harus memiliki karakter pemimpin. Contoh sifat kepemimpinan mampu memiliki visi dan misi yang jelas, gigih dan antusias dalam mencapai tujuan apapun, kritis, dan mampu memahami keadaan lingkungan sekitar.

Ternyata masih ada santri yang belum memahami fungsi dan peran Suntri. Bahkan di lingkungan sekitar kita pun, kita menemukan Santri yang perbuatannya tidak sesuai dengan ajaran etik Santri dan syariat Islam, karena Hukum Islam merupakan simbol yang diasosiasikan dengan santri.

Dengan demikian, peran Suntri dalam generasi milenial menjadi beban yang sangat berat. Tuntutan dan tanggung jawab yang begitu besar membutuhkan lebih banyak dukungan dari orang-orang terdekat. berharap orang-orang terdekat tersebu dapat memaksimalkan fungsi kami sebagai support system dalam membimbing, mendukung dan memperkuat prinsip-prinsip seorang santri agar mereka tetap pada jalurnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun