"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan berbuat amal saleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka; dan Dia pasti akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka; dan pasti Dia akan memberi mereka keamanan dan kedamaian sebagai pengganti sesudah ketakutan mencekam mereka. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang durhaka.(QS. An-Nur: 55)
Semenjak runtuhnya Dinasti Utsmaniyah dengan berakhirnya kepemimpinan Sultan Abdul Mejid II di Istanbul, Turki yang resmi dibubarkan pada 3 Maret 1924, maka umat Islam tidak lagi memiliki kepemimpinan global sebagai pemersatu umat, Jamaah Ahmadiyah tampil dengan khalifah yang dikenal dengan ajaran Islam yang damai.
Dalam beberapa tahun ini di jagat media sosial, khususnya twitter sering muncul tagar #KhilafahAjaranIslam, #UmatIslamRinduKhilafah, #KhilafahSebagaiSolusi, dan berbagai macam tagar lainnya yang berkaitan dengan Khilafah. Ini menggambarkan ada kelompok dalam umat Islam yang merindukan sosok pemimpin untuk mempersatukan umat.
Sayangnya, ketika mendengar kata khilafah kini telah terpatri buruk di sebagian benak masyarakat Indonesia, disebabkan ideologi khilafah yang dicita-citakan oleh salah satu golongan yang selalu melakukan aksi-aksi demonstrasi dan bercita-cita mengganti ideologi pancasila dengan sistem Khilafah.
Jamaah Ahmadiyah sendiri mengkampanyekan agar umat Islam bersatu di bawah naungan Khilafahnya yang sudah ada sejak 113 tahun lalu, yakni tepatnya pada 27 Mei 1908, Khilafah Ahmadiyah terbukti tetap eksis hingga kini, yang sedang dipimpin oleh Khalifah Al-Masih ke-V, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad.
Melalui laman resmi Jamaah Ahmadiyah Indonesia dijelaskan bahwa Jamaah Ahmadiyah menyebarkan Islam dengan cinta damai, menentang setiap pemaksaan dan kekerasan, serta lebih menonjolkan missi kepedulian terhadap kemanusiaan.Â
Khilafah Ahmadiyah tidak bercita-cita untuk mengganti undang-undang dasar negara yang sudah berlaku. Khilafah Ahmadiyah tidak memiliki tujuan politik untuk meraih kekuasaan, melainkan Khilafah sebagai tokoh sentral pemimpin spiritual dan pemersatu umat Islam di seluruh dunia.Â
Pengertian Kata "Khalifah" atau "Khilafah"
Untuk memahami lebih jauh, di sini perlu dipaparkan tentang makna Khalifah atau Khilafah, serta perlu juga melihat kepada sejarah perjalanan umat Islam ketika dipimpin dengan sistem Khilafah dan mungkinkan dalam kondisi sekarang diperlukan adanya Khilafah Islam.
Secara Etimologi, kata Khalifah berasal dari akar kata bahasa arab Khalafa-Yakhlifu-Khalfan, artinya mengganti, mendatangi dari arah belakang, menggantikan berbeda, memperbaiki (Lihat kamus arab Al-Munawwir, halaman 362).
Dalam Alqur'an kita dapati setidaknya ada sembilan ayat yang menggunakan empat bentuk kata yang berasal dari akar kata Khalafa. Keempat bentuk kata itu ialah khaliifah, khulafaa'u, khalaaifu dan yastakhlifu.
Secara terminologi, khalifah bermakna "Orang yang ditugasi oleh Allah SWT untuk memimpin dan mengadakan perbaikan (ishlah) di kalangan umat manusia". Makna yang kedua yaitu, "orang yang menggantikan utusan Allah atau nabi".
Banyak orang yang tidak bisa membedakan makna dan jenis-jenis khalifah, sehingga menjadi rancu ketika mencampur-adukkan makna khalifah sebagai "manusia pribadi" dan khalifah sebagai "pemimpin".Â
Kemudian makna kata Khalifah dan Khilafah juga jelas terdapat perbedaan. Jika seorang diri maka disebut Khalifah, jika banyak maka disebut Khulafaa'u. sedangkan kata Khilafah itu sendiri sebagai lembaga atau institusinya.
Tiga Macam Jenis Khalifah
Menelisik dari bunyi ayat-ayat Alqur'an, Khalifah terbagi ke dalam tiga jenis.Â
Khalifah jenis pertama adalah Khalifatullah. Itu terdapat dalam Alqur'an Surah Albaqarah ayat 30 dan Surah Shad ayat 26. Kata Khalifah di situ bermakna sebagai nabi, contohnya nabi Adam dan nabi Daud disebut sebagai "Khalifah fil ardh". Dan memang umumnya setiap nabi bertugas sebagai Khalifatullah, artinya sebagai wakil Allah di muka bumi ini.
Khalifah jenis kedua adalah Khalifatur Rasul. Itu tercantum dalam Alqur'an surah An-Nur ayat 55. Kata Khalifah di situ bermakna sebagai pengganti seorang Rasul yang telah wafat, sebagaimana fakta sejarah Islam, empat orang Khulafa'ur Rasyidiin menjadi pemimpin pasca kewafatan Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan Khalifah jenis ketiga adalah Khalifatun Naas. Bisa dilihat dalam Alqur'an surah Al-An'am ayat 165, surah Al-A'raf ayat 129 dan di berbagai ayat lainnya. Khalifah jenis ini menunjukkan bahwa setiap manusia disebut juga sebagai khalifah.
Namun, yang banyak orang tidak pahami bahwa khalifah yang dijanjikan Allah SWT akan tegak kembali di akhir zaman itu merujuk kepada Surah An-Nur ayat 55, yakni Khalifatur Rasul. Itulah juga yang diisyaratkan dalam salah satu sabda Nabi Muhammad SAW bahwa akan ada kembali "Khilafatan 'alaa minhaajin nubuwwah", yakni Khilafah yang diawali dengan pola kenabian. (Musnad Ahmad dan Baihaqi dalam Kitab Misykat, halaman 461).
Atas dasar khalifah jenis pertama dan jenis kedua itulah yang melandasi kokohnya pondasi keyakinan Jamaah Ahmadiyah. Umumnya diketahui bahwa Nabi Besar Muhammad SAW 14 abad yang silam dalam berbagai Hadits beliau telah menubuwatkan bahwa sebelum berakhirnya dunia, Allah Ta'ala akan mengutus seseorang dari umat beliau yang terpilih, wujud itu akan menyandang gelar sebagai Al-Mahdi, sekaligus juga Al-Masih Mau'ud (Almasih Yang Dijanjikan).
Al-Mahdi dan Al-Masih Mau'ud Munculnya Dari Sebelah Timur
Pada abad ke 18 Masehi, di suatu kampung terpencil bernama Qadian, di daratan India ada seseorang bernama Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, beliau mengumumkan dalam berbagai selebarannya kepada khalayak ramai bahwa beliau diutus oleh Allah SWT sebagai Al-Mahdi dan Al-Masih Mau'ud.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad lahir pada 13 Februari 1835, wafat pada 26 Mei 1908. Dalam kehidupan beliau telah menulis lebih dari 86 buku dalam bahasa arab, urdu dan parsi. Beliau menerbitkan selebaran-selebaran dan surat-menyurat dengan banyak ulama. Buku-buku karya beliau menambah khazanah rohani dan keilmuan, serta banyak dipuji baik kawan maupun lawan.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad mengaku diperintahkan oleh Allah SWT melalui wahyu-wahyu dan ilham-ilham yang beliau terima untuk mendirikan satu jamaah, lalu beliau mengambil bai'at untuk pertama kalinya sebanyak 40 orang pada tanggal 23 Maret 1889 di Ludhiana, Provinsi Punjab, India. Semenjak itu berlanjut orang-orang datang ke beliau meminta dibai'at, sehingga Jamaahnya semakin hari terus bertambah.
Walaupun Jamaah Ahmadiyah mendapatkan penentangan sangat keras sejak mula berdirinya, namun fakta yang tidak bisa dinafikan oleh umat Islam adalah Jamaah Ahmadiyah memiliki Khalifah-Khalifah sebagai estafet kepemimpinan setelah kewafatan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad.Â
Pola Khilafah Ahmadiyah mengikuti jejak pola Khulafa'ur Rasyidiin, yang diawali kenabian. Khulafa'ur Rasyidiin diawali utusan Allah, yakni Nabi Muhammad SAW. Dan Khulafaa'ul Masiih akhir zaman juga diawali dengan diutusnya Al-Mahdi dan Al-Masih Mau'ud.
Dalam Kitab-kitab Tarikh Khulafaa kita bisa menemukan catatan sejarah tentang empat orang yang digelari Khulafa'ur Rasyidiin seperti Hadhrat Abu Bakar Siddiq, Hadhrat Umar bin Khattab, Hadhrat Usman bin Affan dan Hadhrat Ali bin Abi Thalib. Itulah yang disebut juga sebagai Khalifatur Rasul, khalifah pengganti Rasul.
Kemudian setelah wafatnya keempat orang Khulafa'ur Rasyidin tersebut, umat Islam dipimpin kekhalifahan namun lebih bersifat Mulkiyah (kerajaan), seperti Khalifah-khalifah yang datang silih berganti mulai dari Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, sampai kepada Dinasti Utsmaniyah yang berjalan selama 1300 tahun lamanya.
Setelah itu muncul periode "Khilaafatan 'alaa minhaajin nubuwwah" yakni tertuju kepada Khilafah Al-Mahdi, ini bersesuaian dengan sabda-sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa ia akan muncul dari sebelah timur.
Salah satunya terdapat dalam Hadits yang diriwayatkan oleh 'Abdullh bin al-rits bin Juz'ra menyatakan bahwa Nabi Suci Muhammad SAW bersabda:
"Sekelompok orang akan keluar dari timur sehingga mereka mempersiapkan kekuasaan bagi Al-Mahdi", (Sunan Ibni Mjah, Kitb al-Fitan, Bb Khurj al-Mahd, no. 4088).
Didukung juga dalam hadits riwayat Muslim nomor 2937 yang menyebutkan bahwa Nabiyullah Isa di akhir zaman akan muncul di sebelah timur Damaskus. Kita ketahui posisi Desa Qadian, India berada di sebelah timur dari arah Damaskus, Syiria. Sebelah timur juga jika dilihat dari negeri Khurasan. Dan sebelah timur juga jika dilihat dari Arab Saudi, tempat dimana Rasulullah SAW mengucapkan itu.
Upaya-Upaya Umat Islam Untuk Mendirikan Khilafah
Negara Turki yang awalnya dikuasai sistem Khilafah atau Dinasti Utsmaniyah, lalu memutuskan menjadi negara sekuler, semenjak itulah pemimpin negara-negara Islam berusaha untuk meneruskan adanya penegakan khilafah.
Misalnya keinginan untuk menjadi khalifah bagi umat Islam pernah diutarakan oleh raja-raja yang ada di Arab Saudi, seperti Syarif Husain di Kota Makkah. Bahkan Raja Faisal pada tahun 1974 mengutarakan ingin mendaulat dirinya sebagai khalifah, namun keinginannya itu tidak kesampaian karena ia malah dibunuh oleh keponakannya sendiri, Faisal bin Musaid. Termasuk juga King Abdul Aziz, berkeinginan untuk menjadi khalifah namun tidak didukung oleh negara-negara Islam lainnya.
Dari negara Mesir, ada Raja Fuad dan Raja Faruq yang juga mempunyai rencana untuk menjadi khalifah, namun gagal. Termasuk juga tokoh negara Uganda, Idi Amin yang memiliki keinginan yang sama.
Di Pakistan, Presiden yang terkenal ambisius, Zulfikar Ali Bhuto juga pernah ingin menjadi khalifah umat Islam, namun ia dihukum pancung oleh penerusnya, Jenderal Zia ul Haq.
Sedangkan di Indonesia sendiri, organisasi Hizbut Tahrir pernah berupaya untuk menegakkan Khilafah dengan mengadakan 2 kali Konferensi Khilafah Internasional di Senayan dengan dihadiri puluhan ribu massa yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi nasional, TVRI. Itu terjadi pada 28 Mei 2000 dan 10 Agustus 2007.
Upaya-upaya yang diperjuangkan sebagian umat Islam untuk menjadikan seseorang sebagai Khalifah tidak pernah terwujud hingga sekarang, semuanya hanya tinggal promosi dan slogan-slogan tentang kerinduan akan adanya khilafah.
Allah Ta'ala Yang Menegakkan Khilafah
Merujuk kepada surah An-Nur ayat 55, jika ditelaah kalimat per kalimat, jelas sekali bahwa khilafah itu tidak akan tegak jika dengan upaya manusia semata. Namun harus juga ada dukungan dan mandat langsung dari Allah SWT berupa wahyu-Nya.
Kalimat "Wa'adallaahullaziina aamanuu wa 'amilus shoolihaati", yakni Allah Ta'ala sendiri yang berjanji kepada umat Islam, dengan janji yang bersyarat. Jika di dalam umat ini dalam pandangan Allah SWT benar-benar beriman dan beramal saleh maka Dia sendiri yang akan menganugerahkan khilafah itu.
Kalimat "layastakhlifannahum" menurut kaidah bahasa arab, jika ada huruf taukid "lam", ditambah lagi "nun tasydid" pada suatu kalimat, maka mengandung suatu kesangatan atau kepastian. Jadi kalimat tersebut bermakna "pasti Kami akan menjadikan mereka khalifah-khalifah, sebagaimana orang-orang sebelumnya telah dijadikan khalifah-khalifah".
Dalam kalimat "layastakhlifannahum" jika dihitung menurut kaidah nilai-nilai huruf, maka jumlahnya 1305. Jumlah tersebut mengisyaratkan tahun Hijriyah, yang bertepatan juga dengan tahun 1888 Masehi ketika Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu diangkat Allah SWT sebagai Al-Mahdi.
Kiprah Khilafah Ahmadiyah Sebagai Duta Islam Rahmatan lil Alamin
Setelah kewafatan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad tahun 1908, terpilih Hadhrat Alhajj Hafiz Hakim Nuruddin sebagai Khalifah al-Masih pertama.Â
Berikut kiprah Khalifah al-Masih Pertama selama menjabat:
- Membangun kantor pusat Baitul Maal.
- Mendirikan perpustakaan umum.
- Memulai pembangunan Masjid Nur Qadian.
-Memulai pembangunan Ta'limul Islam School.
- Menerbitkan Majalah Al-Haqq.
- Mengirimkan beberapa orang sahabat migrasi ke Afrika Timur untuk berdakwah.
- Mengirim utusan ke Inggris dan berhasil mendirikan missi Islam Ahmadiyah pertama pada tahun 1913.
Setelah menjabat sebagai khalifah selama 6 tahun, Hadhrat Hakim Nuruddin wafat dalam usia 73 tahun pada 1914, kemudian terpilih Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad sebagai Khalifah al-Masih kedua.
Berikut kiprah Khalifah al-Masih Kedua selama menjabat:
- Membentuk Majelis Musyawarah.
- Beliau tampil di Konferensi Agama-Agama di Kota London, Inggris pada tahun 1924.
- Beliau terpilih sebagai Ketua Comitee All India Kasymir.
- Membentuk Dewan Qadha.
- Mencanangkan program Tahrik Jadid dan Waqfi Jadid
- Mengirimkan Mubaligh pertama Ahmadiyah ke Inggris, Sierra Leon, Srilanka, Amerika, Afrika, Indonesia dan banyak negara-negara lainnya.
- Beliau membangun Markaz Internasional Ahmadiyah di Rabwah, Pakistan.
- Membentuk institusi perkumpulan para wanita ahmadi bernama Lajnah Imaillah, perkumpulan para pria ahmadi berusia 40 tahun lebih bernama Ansharullah, perkumpulan pemuda Ahmadiyah bernama Khuddam dan perkumpulan anak-anak ahmadi seperti Athfal, Nasirat.
Beliau juga menulis tafsir Alqur'an dengan jumlah ribuan halaman, yang syarat dengan ilmu. Bahkan tafsir beliau dijadikan rujukan oleh Alqur'an Tafsir cetakan Departemen Agama RI tahun 1979, yang kemudian dihilangkan kembali karena khawatir kalau-kalau diketahui oleh umat Islam bahwa itu bersumber dari Khalifah Ahmadiyah.
Beliau terpilih menjadi Khalifah dengan umur yang relatif muda, yakni 24 tahun. Sepanjang hidup beliau telah menulis sebanyak 225 buku dengan tema rohani, perbandingan agama, ekonomi dan situasi politik dunia. Dan beliau menjabat sebagai khalifah terlama sampai tutup usia 75 tahun, pada 1965.
Kemudian terpilih Hadhrat Mirza Nasir Ahmad sebagai Khalifah al-Masih ketiga, beliau menjabat sampai tahun 1982.Â
Berikut kiprah Khalifah al-Masih Ketiga selama menjabat:
- Memerintahkan para Amir seluruh dunia untuk program menjamin tidak ada anggota yang kelaparan.
- Membentuk Fadl-e-Umar Foundation dan Hospital.
- Mencanangkan gerakan Ta'lim Alqur'an dan waqaf ardhi.
- Mendirikan Missi Islam pertama di Canada.
- Membangun Khilafat Library Rabwah, Pakistan.
- Berpidato dalam Konferensi Agama di London tentang Mengungkap Misteri Penyaliban Yesus.
- Mencanangkan gerakan sosial membangun Rumah Sakit dan sekolah gratis di Afrika dalam program Nusrat Jahan Scheme.
- Program menterjemahkan Alqur'an ke dalam 50 bahasa di dunia supaya banyak orang mengerti tentang keindahan ajaran Islam.
- Melakukan kunjungan ke negara-negara Eropa dan mendirikan Masjid-Masjid.
- Meletakkan batu pertama Masjid Basharat di Pedro Abad, Spanyol, yang mana Islam pernah berjaya di masa silam selama 700 tahun di negeri andalusia tersebut.
Motto beliau yang sangat terkenal adalah "Love For All, Hatred For None", yakni cinta untuk semua orang dan tiada kebencian bagi siapapun.
Tahun 1982 Hadhrat Mirza Nasir Ahmad wafat dalam usia 71 tahun. Kemudian terpilih Hadhrat Mirza Tahir Ahmad menjadi Khalifah al-Masih yang keempat hingga tahun 2003.Â
Berikut kiprah Khalifah al-Masih Keempat selama menjabat:
- Melakukan kunjungan ke Spanyol untuk peresmian Masjid yang baru selesai dibangun.
- Mencanangkan pembuatan 100 buah rumah untuk orang miskin dalam Buyutul Hamd.
- Mencanangkan progam Waqf-e-Nou, mewaqafkan anak yang masih dalam kandungan untuk berkhidmat kepada Islam.
- Membangun panti jompo dan Bilal Fund.
- Membangun Tahir Heart Hospital, Rumah Sakit khusus jantung di Kota Rabwah, Pakistan.
- Mengembangkan sistem pengobatan homeopathic di seluruh cabang-cabang Ahmadiyah dunia.
- Membangun International Research Institute.
- Program Alqur'an diterjemahkan ke dalam 100 bahasa di dunia.
- Melakukan kunjungan ke negara-negara Afrika.
- Mendirikan Maryam Fund untuk membantu biaya nikah orang-orang miskin.
Beliau hijrah ke London setelah 2 tahun menjadi Khalifah, akibat penentangan terhadap Jamaah Ahmadiyah semakin meningkat semenjak ditetapkan oleh pemerintah Pakistan sebagai minoritas non-muslim.
Dengan berkantor pusat di London, Khalifah Ahmadiyah membentuk Moslem Television Ahmadiyya yang menyiarkan dakwah Islam 24 jam nonstop tanpa iklan ke seluruh dunia.
Hadhrat Mirza Tahir Ahmad sempat mengadakan lawatan ke Indonesia pada tahun 2000 untuk bertemu para anggota Ahmadi, beliau juga diterima oleh Presiden Abdurrahman Wahid dan Ketua MPR Amien Rais. Tiga tahun setelah kunjungan dari Indonesia beliau wafat dalam usia 75 tahun.
Ketika diadakan pemilihan Khalifah al-Masih kelima tahun 2003, terpilihlah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad yang memimpin Jamaah Ahmadiyah hingga sekarang.Â
Berikut kiprah Khalifah al-Masih Keempat selama menjabat:
- Mendirikan Institusi pendidikan mubaligh, Jamiah Canada.
- Mencanangkan gerakan waqf para dokter ahmadi di seluruh dunia.
- Membentuk Tahir Foundation.
- Meresmikan Masjid Baitul Futuh di Morden, Inggris, sebagai Masjid terbesar di Eropa Barat.
- Melakukan kunjungan ke Afrika Barat dan Afrika Timur dengan meresmikan 21 Masjid baru.
- Meresmikan Masjid Baitul Ahad, Masjid terbesar di Jepang.
- Meresmikan Masjid Baitun Nur, Masjid terbesar di negara Kanada.
- Mendirikan Institusi pendidikan mubaligh, Jamiah United Kingdom.
- Mendirikan Bank Mata dan Fire Rescue di Rabwah.
- Membangun Madrasah Hafiz Qur'an di negara Ghana.
- Melakukan kunjungan German, Spanyol, Swiss, Belgia dan Prancis untuk bertemu para tokoh-tokoh negara dan beliau berpidato di Parlemen Inggris dan di Parlemen Eropa.
- Melakukan kunjungan ke Mauritius, Belgia, Jerman, Singapore, Jepang dan Australia. Beberapa tempat untuk peresmian Masjid-Masjid.
- Membentuk suatu badan amal sosial yang diberi nama Humanity First, yang perwakilannya ada di setiap negara.
Humanity First juga selalu berperan serta dalam membantu masyarakat yang terdampak oleh bencana alam seperti tsunami besar yang terjadi di Aceh dan gempa-gempa bumi di berbagai belahan dunia.
Humanity First juga membawahi program donor darah yang dilakukan oleh seluruh ahmadi setiap tiga bulan sekali, mencanangkan program donor kornea mata, membangun Rumah Sakit dan sekolah-sekolah gratis, terutama di negara-negara tertinggal seperti di Benua Afrika. Dan masih banyak program-program sosial lainnya di seluruh dunia.
Konsep Khilafah yang sudah ada di Jamaah Ahmadiyah bisa menjadi solusi bagi umat Islam yang merindukan kepemimpinan, terutama sekali golongan yang sangat mengebu-gebu ingin terbentuknya Khilafah.Â
Khilafah Islam Ahmadiyah bukanlah khilafah politik yang menghendaki suatu teritorial kekuasaan, melainkan hanya sebagai pemimpin spiritual dalam mempersatukan umat di seluruh dunia. Setiap umatnya tetap harus patuh kepada hukum yang berlaku di negaranya masing-masing, dengan tidak mengurangi ketaatannya kepada Khalifah atau Amirul Mukminin.
Berkat adanya institusi Khilafah maka missi Jamaah Ahmadiyah saat ini telah berdiri di 213 negara di dunia dengan populasi pengikutnya lebih dari setengah milyar.Â
Ahmadiyah datang bukan untuk membawa suatu ajaran baru, melainkan tetap melanjutkan missi Nabi Suci Muhammad SAW dalam menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'alamiin ke seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H