Namun seiring dengan berjalannya waktu, bisnis berubah, banyak perusahaan yang memindahkan kantor pusat perusahaan mereka ke ibu kota untuk mencari modal tambahan untuk diinvestasikan dalam bisnis yang tidak terkait dengan bisnis inti mereka.Â
Dalam prosesnya, pemegang saham menjadi pemangku kepentingan utama. Obsesi pemegang saham ini juga dipengaruhi oleh ekonom pasar bebas yang mengatakan bahwa tujuan bisnis adalah untuk menghasilkan keuntungan, akibatnya perusahaan tidak memiliki tanggung jawab sosial. Tentu saja obsesi nilai pemegang saham ini masih berlanjut hingga hari
Sheth (2020) mengatakan Covid-19 dengan jelas menunjukkan betapa rapuhnya bisnis. Covid-19 telah menciptakan gangguan dalam rantai pasokan baik secara domestik maupun global, terutama yang berkaitan dengan makanan dan energi. Sulit membayangkan bagaimana bisnis dapat berjalan hari ini tanpa smart phone, internet, eCommerce, dan Zoom meeting. Sheth (2020) melanjutkan, Covid-19 juga menunjukkan saling ketergantungan antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat setempat.
 Singkatnya, bisnis, alam, dan masyarakat saling bergantung untuk kelangsungan hidup bersama selama ancaman pandemi Covid-19 saat ini. Dan dalam semua situasi krisis, saling ketergantungan antara bisnis dan masyarakat harus dilandasi untuk melayani orang lain diatas kepentingan pribadi.
Sisodia, Wolfe, dan Sheth (2007) dengan jelas mendokumentasikan bahwa perusahaan yang mengurus karyawan, pemasok, komunitas, dan pelanggan secara finansial lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang hanya didorong oleh pemegang saham.Â
Hubungan simbiosis ini akan menjadi semakin penting karena media sosial, ancaman pandemi, dan populisme menciptakan ketidakpastian yang lebih besar bagi bisnis untuk beroperasi dan bertahan secara finansial.Â
Dana talangan pemerintah atas bisnis di seluruh dunia merupakan salah satu indikator kebutuhan dan relevansi hubungan simbiosis. Sehingga pada masa pademi ini adalah waktu yang paling tepat untuk mendefinisikan kembali tujuan bisnis.
Pimpinan perusahaan harus merangkul dan menganjurkan orientasi pemangku kepentingan dan memperluas tujuan bisnis. Bisnis lebih dari sekedar urusan bisnis dan investor hanyalah salah satu pemangku kepentingan serta bukan satu-satunya pemangku kepentingan. Menjadi semakin perlu untuk menyuntikkan tujuan bisnis yang melampaui motif keuntungan.Â
Media sosial, gerakan populisme, dan retensi talenta muda menuntut agar bisnis secara sadar berusaha memberikan triple bottom line (keuntungan, masyarakat, dan alam). Meskipun menantang, ini akan sangat bermanfaat. Win-win solution antara perusahaan, masyarakat, dan alam akan memberikan perasaan emosional yang berbeda.
Krisis ekonomi yang ditimbulkan oleh kebijakan pembatasan sosial untuk memerangi virus corona telah menjadi sinyal yang baik bagi para pelaku bisnis.Â
Cara terbaik untuk bertahan hidup adalah belajar dari masa lalu di mana bisnis lebih dari sekadar bisnis, dimana hubungan simbiosis antara masyarakat, pemasok, dan karyawan seringkali menyelamatkan kepentingan semuanya. Lebih dari itu, hal tersebut merupakan syarat dari perekonomian Negara yang sehat