Dalam hitungan hampir 30 hari, sejak kudeta terjadi, 480 demonstran di tewas, 8.000 terluka, 1.500 ditangkap, 9 channel TV ditutup. Demikian info dari Sinai Mesir.
Peristiwa subuh 27 Juli, sangat mengenaskan. Dalam waktu singkat militer sudah membantai hampir 200 para demonstran damai.
Korban pembantaian yang tewas akan terus bertambah, mengingat 8.000 yang terluka, sebagiannya terluka dibagian vital, yaitu kepala dan dada.
Untuk melegalkan tindakan tersebut, Jendral Asisi meminta mandat kepada rakyat, saat pelantikan wisuda militer, untuk melakukan pembantaian terhadap demonstran damai pro legitimasi.
Apakah ada yang lebih kejam dari Asisi, meminta mandat kepada rakyat untuk membantai rakyatnya juga ???!
Sebenarnya keberpihakan rakyat kepada Asisi sangat rendah. Hal ini terlihat baik pada saat kudeta terjadi maupun pada saat pembantaian subuh tgl 27 Juli 2013.
Saat Kudeta, jumlah pro kudeta menurut analisa BBC hanya ratusan ribu orang. Sedangkan pro legitimasi berjumlah Jutaan orang.
Namun dengan kerjasama yang apik dengan Media yang dikuasi militer dan korni Mubarak, masa di pro legitimasi disebut sebagai masa pro kudeta.
Saat Asisi menyerukan masa pro kudeta turun ke jalan. Massa pro kudeta hanya menguasa 2 bundaran sedangkan masa pro legitimasi menguasi 34 mundaran di kota Kairo.
Jumlah yang menyambut seruan Assisi diprediksi hanya 200 ribu, itu pun sudah termasuk tentara yang berbaju sipil. Sedangkan Pro legitmiasi mencapai puluhan juta orang.
Begitu juga para ulama Mesir, Assisi hanya mendapatkan legitimasi dari seorang ulama saja yaitu syekh al-Azhar. Sedangkan dewan syuro ulama dan 700 ulama Mesir turun kejalan menentang kudeta Mesir.
Tokoh pemikir Mesir, seperiti Muhamad Imarah dan Thariq Bisyri pun, menolak kudeta Mesir. Mereka berpendapat bahwa Mesir harus kembali ke konstitusi hasil referendum, dimana 62% rakyat menyetujuinya.
Namun mengapa Asisi tetap tidak bergeming ? Dan terus melakukan pembantaian ?
Karena Asisi mewakili kepentingan Amerika dan Israel, yang tidak ingin lahirnya Turki baru. Turki sudah mengguncangkan Eropa. Dan Mesir harus dihancurkan sebelum mengguncangkan Timur Tengah.
Asisi memwakili kepentingan kroni Mubarak, yang menguasai 45 persen kendali ekonomi Mesir, Mereka tidak ingin kendali itu lepas lalu dihancurkan oleh revolusi 25 Januari.
Sisi juga mengetahui jika dia mundur atau menarik diri akan menyebabkan dirinya kehilangan kekuatan dan harus lari serta mengakhiri masa depannya untuk selama-lamanya ke dalam tanah. Ia akan menghapus sejarah keluarganya dan anak-anaknya dari Mesir.
Dan kita tahu bahwa Sisi tidak akan mundur dari sikapnya, ia akan terus melanjutkan pembantaiannya dengan mengandalkan posisi dan jabatannya. Dia tidak memiliki kekuatan kecuali senjata pembunuh pembantaian dan penumpahan darah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H