Mohon tunggu...
Ruli Nasrullah
Ruli Nasrullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penanganan Kumuh di Desa Kalibuntu, Kabupaten Probolinggo

19 Maret 2023   16:54 Diperbarui: 20 Maret 2023   08:05 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penanganan Kumuh di Desa Kalibuntu, Kabupaten Probolinggo.

 

Secara astronomis Desa Kalibuntu terletak pada wilayah dataran rendah kawasan pesisir Kabupaten  Probolinggo yaitu tepatnya berada di Kecamatan Kraksaan di sebelah utara Kabupaten Probolinggo dan menjadi kawasan pesisir yang sangat strategis dengan   luas   wilayah   140   Ha. Kawasan desa ini terletak di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata antara 0 -- 5 meter dari muka air laut dan letak desa ini merupakan yang paling utara dari wilayah sekitarnya. 

Jumlah Total Kepala Keluarga yang ada di Desa Kalibuntu  ada 1651 KK dengan jumlah penduduk 7419 jiwa. Dengan komposisi penduduk perempuan  4084 jiwa dan penduduk laki-laki 3335 jiwa. Penggunaan lahan di Desa Kalibuntu masuk dalam kategori perumahan dengan kepadatan tinggi dengan jarak antar bangunan yang sangat rapat.  

Hal ini dapat dilihat dengan dengan Luas Tanah kawasan  prioritas 2,3  ha  terdapat  153 kavling  rumah  yang  di  huni  oleh  237  KK Kepala keluarga (KK) yang menghuni dengan ukuran masing-masing rumah rata rata 50m2---100 m2 dengan jumlah penduduk total adalah 774 jiwa, selain itu juga terdapat beberapa fasilitas pemerintahan yang sudah tidak berfungsi kembali seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI) beserta kantornya yang terletak disisi utara Desa Kalibuntu dan juga kandang ternak yang tersebar di beberapa Desa Kalibuntu menjadikan kawasan Kalibuntu terlihat tidak tertata rapi dan sehat.

Tulisan ini memberikan analisis singkat tentang Kawasan Permukiman Kumuh di desa Kalibuntu Kabupaten Probolinggo, dengan fokus pada kondisi sosial ekonomi, tantangan infrastruktur, dan potensi peluang pembangunannya. Selain itu, tulisan ini menawarkan rekomendasi untuk meningkatkan kondisi kehidupan dan mempromosikan pertumbuhan berkelanjutan di daerah tersebut dengan mengatasi masalah mendasar dan memanfaatkan sumber daya yang ada.

 

Dengan memeriksa interaksi kompleks dari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keadaan kumuh saat ini, tulisan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman komprehensif yang dapat menginformasikan pengambilan kebijakan dan intervensi pembangunan yang efektif. Pentingnya Peningkatan Permukiman Kumuh dengan Mengatasi tantangan yang dihadapi oleh penduduk kumuh sangat penting untuk mempromosikan kesetaraan sosial, pertumbuhan ekonomi, dan kelestarian lingkungan. Secara khusus, perbaikan permukiman kumuh berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat global yang lebih adil dan inklusif pada tahun 2030.

Meningkatkan kondisi kehidupan di daerah kumuh tidak hanya meningkatkan kualitas hidup penduduknya, tetapi juga membantu mengurangi dampak negatif kemiskinan perkotaan terhadap kesehatan masyarakat, tingkat kejahatan, dan degradasi lingkungan. Selain itu, inisiatif perbaikan permukiman kumuh dapat mendorong kohesi dan ketahanan sosial di antara masyarakat yang terpinggirkan, memberdayakan mereka untuk berpartisipasi secara lebih efektif dalam proses sosial-ekonomi dan politik yang lebih luas di kota dan negara mereka. Konteks Sosial Ekonomi Permukiman Kumuh di desa Kalibuntu adalah Untuk memahami tantangan yang dihadapi oleh penduduk Permukiman Kumuh di desa Kalibuntu, penting untuk mengkaji konteks sosial ekonomi tempat mereka tinggal.

Permukiman kumuh ditandai dengan tingginya tingkat kemiskinan, pengangguran, dan pengucilan sosial, dengan mayoritas penduduknya bekerja di sektor informal atau terlibat dalam pekerjaan bergaji rendah dan tidak stabil. Faktor-faktor ini, dikombinasikan dengan kurangnya akses ke pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas, melanggengkan siklus kemiskinan antargenerasi yang sulit bagi individu dan keluarga untuk melepaskan diri. Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap situasi ini adalah ketimpangan pendapatan yang terus-menerus di Kabupaten Probolinggo yang lebih luas, yang memperburuk ketegangan sosial dan meningkatkan peluang mobilitas sosial di antara penduduk kumuh.

Selain itu, penyediaan layanan dan infrastruktur publik yang tidak memadai di Permukiman Kumuh di desa Kalibuntu memperburuk kerentanan warganya terhadap berbagai risiko dan bahaya, seperti wabah penyakit, bencana alam (banjir rob), dan kekerasan terkait kejahatan. Tantangan yang Dihadapi oleh Penghuni Kumuh di desa Kalibuntu adalah Untuk secara efektif mengatasi tantangan yang dihadapi oleh penghuni Kumuh di desa Kalibuntu, penting untuk terlebih dahulu mengidentifikasi masalah paling mendesak yang menghambat kesejahteraan dan perkembangan mereka secara keseluruhan.

Dalam tulisan ini, kita akan membahas strategi dan tantangan yang terkait dengan penanganan kumuh di Desa Kalibuntu, Kabupaten Probolinggo, yang secara khusus berfokus pada pelaksanaan program peningkatan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat.

Untuk memulai, kami akan memberikan gambaran umum tentang konsep kumuh dan implikasinya terhadap kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Selanjutnya, kita akan mengkaji secara spesifik kasus Desa Kalibuntu di Kabupaten Probolinggo dan bagaimana dampaknya terhadap kondisi kumuh, khususnya dalam hal kesehatan, pendidikan, dan pembangunan ekonomi. Akhirnya, kami akan mengeksplorasi berbagai inisiatif dan solusi yang telah diusulkan dan diimplementasikan untuk mengatasi penanganan kumuh di bidang ini, sambil juga mempertimbangkan potensi hambatan dan keterbatasan yang dapat menghambat keberhasilan mereka. Untuk mencapai pemahaman yang komprehensif, sangat penting bagi kita untuk terlebih dahulu menetapkan definisi dan konteks yang jelas untuk istilah kumuh, yang mengacu pada kondisi kehidupan yang miskin dan tidak sehat di daerah perkotaan yang padat penduduk. Pengertian Kumuh: Mendefinisikan Masalah dan Implikasinya Memahami Kumuh dengan melibatkan pengakuan bahwa itu mencakup berbagai faktor seperti perumahan yang tidak memadai, akses terbatas ke layanan dasar, dan kurangnya fasilitas sanitasi yang layak. Di Indonesia, istilah kumuh biasa digunakan untuk menggambarkan permukiman kumuh atau daerah lain yang ditandai dengan kondisi kehidupan di bawah standar.

Kondisi ini memiliki dampak besar pada kehidupan penduduk, karena sering menyebabkan peningkatan risiko kesehatan, kesempatan pendidikan yang terbatas, dan pertumbuhan ekonomi yang terhambat. Misalnya, penyebaran penyakit menular lebih banyak terjadi di daerah kumuh karena sanitasi yang buruk dan akses yang terbatas ke sumber air bersih. Selain itu, anak-anak yang hidup dalam kondisi ini sering berjuang untuk mengakses pendidikan berkualitas, karena sekolah mungkin penuh sesak atau kekurangan sumber daya, yang dapat melanggengkan siklus kemiskinan dan membatasi peluang masa depan untuk mobilitas sosial.

Selain itu, kondisi kumuh dapat menghambat pembangunan ekonomi dengan mengecilkan investasi dan mempromosikan pasar tenaga kerja informal, yang menawarkan jaminan kerja terbatas dan perlindungan sosial bagi pekerja. Dalam hal ini, mengatasi masalah kondisi kumuh tidak hanya masalah peningkatan standar hidup bagi masyarakat yang terkena dampak tetapi juga merupakan langkah penting untuk mempromosikan keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan secara keseluruhan di wilayah perkotaan di Indonesia.

Respon dan Solusi Kebijakan perlu mengkaji berbagai strategi dan inisiatif yang telah dilakukan baik oleh instansi pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat dalam upaya memperbaiki kondisi kehidupan dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan di bidang-bidang ini. Selama bertahun-tahun, berbagai respons kebijakan telah diterapkan untuk mengatasi kondisi kumuh di Indonesia. Salah satu pendekatan yang paling menonjol adalah Program KOTAKU atau program Kota Tanpa Kumuh, yang diharapkan dengan adanya program tersebut  dapat meningkatkan layanan dasar, infrastruktur, dan kualitas perumahan di daerah kumuh perkotaan.

Inisiatif penting lainnya adalah pendekatan Sanitasi Lingkungan Perkotaan yang Dipimpin Masyarakat (Relawan Sanitasi), yang diperkenalkan untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan, implementasi, dan pemeliharaan infrastruktur sanitasi di lingkungan mereka. Komponen kunci dari pendekatan ini adalah penekanannya pada pengambilan keputusan partisipatif, yang berusaha memberdayakan penduduk dan memastikan bahwa kebutuhan dan preferensi mereka. diperhitungkan ketika merancang dan menerapkan intervensi sanitasi.

Namun, terlepas dari respons dan inisiatif kebijakan tersebut, tantangan tetap ada dalam mengatasi kondisi kumuh di Indonesia. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya dana dan sumber daya berkelanjutan yang didedikasikan untuk mengatasi kondisi kumuh.

Hal ini mengakibatkan terbatasnya ruang lingkup intervensi dan ketidakmampuan untuk menerapkan solusi berkelanjutan secara efektif. Tantangan lainnya adalah penolakan dari beberapa warga yang enggan berpartisipasi dalam inisiatif berbasis masyarakat karena ketidakpercayaan terhadap lembaga pemerintah, hambatan budaya, atau kurangnya kesadaran dan pendidikan tentang manfaat dari program-program ini. Selain itu, kurangnya koordinasi dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam intervensi kondisi kumuh juga menghambat kemajuan. Terlepas dari tantangan ini, mengatasi kondisi kumuh di Indonesia khususnya di Desa Kalibuntu Kabupaten Probolinggo ini tetap menjadi prioritas penting untuk pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Sebagai kesimpulan, pemerintah daerah Kabupaten Probolinggo  dan berbagai pemangku kepentingan telah menerapkan beberapa pendekatan untuk mengatasi kondisi kumuh di Desa Kalibuntu ini, salah satunya melalui program KOTAKU di desa Kalibuntu pada tahun 2019 dan mengusulkan kegiatan penanganan kumuh di tahun 2024 melalui dana DAK Integrasi yang bersumber dana APBN. Dengan harapan  pendanaan dan sumber daya yang berkelanjutan, peningkatan partisipasi dan kesadaran masyarakat, dan koordinasi yang lebih baik di antara para pemangku kepentingan diperlukan untuk memastikan keberhasilan intervensi ini dan mencapai target yang diinginkan Bersama yaitu Desa Kalibuntu yang bebas dari Kawasan Kumuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun