Ada juga kelompok lain berseragam rompi dan bertopi hitam. “Badan Pengawas Pemilu Luar Negeri Kota Kinabalu (Bawaslu),” begitu tertulis pada rompi dan topi mereka.
Ya, mereka adalah Warga Negara Indonesia (WNI) di Sabah yang membantu pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, khususnya di Wilayah Kerja Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) KK.
Selama dua hari itu, mereka ber-tungkus-lumus di SICC untuk proses penghitungan suara secara serentak, seperti juga dilaksanakan di seluruh Indonesia pada waktu yang sama.
Sebelumnya mereka sudah bertugas lebih dahulu untuk pelaksanaan pemungutan suara baik melalui Kotak Suara Keliling (KSK) di berbagai daerah pada 4-7 Februari 2024, atau melalui Tempat Pemungutan Suara (TPS) di KJRI KK dan Sekolah Indonesia KK pada 11 Februari 2024.
Pemilihan SICC sebagai tempat pelaksanaan penghitungan suara juga bukan tanpa alasan. Awalnya panitia punya tiga pilihan tempat: KJRI KK, SIKK, atau SICC.
Namun atas berbagai pertimbangan (kondisi tempat, aturan waktu yang ditetapkan KPU dan pertimbangan lain), maka akhirnya SICC yang terpilih untuk disewa guna keperluan acara akbar dan penting itu.
Berdasarkan data dari sumber yang sahih, jumlah keseluruhan para petugas itu adalah lebih dari 2354 orang.
Baik dari unsur Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) dan sekretariat, unsur Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) dan Petugas Ketertiban, unsur Panitia Pengawas Luar Negeri (Panwaslu) dan sekretariat, atau unsur Panwas dan pendukung umum.
Belum lagi perwakilan dari partai politik peserta pemilu yang menjadi saksi proses penghitungan suara.
Para petugas itu berasal dari berbagai daerah dan suku di Indonesia. Juga beragam profesi: diplomat, ekspatriat, mahasiswa, guru, pekerja ladang, pekerja kilang, ibu rumah tangga dan lain-lain.
Usia mereka juga bervariasi: ada yang muda, dewasa, juga tua. Malah banyak juga anak kecil yang ikut dengan pendamping karena kedua orangtua mereka sama-sama menjadi petugas.