Teuku umar adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang terkenal karena perlawanannya terhadap kolonialisme Belanda di Aceh. Teuku Umar lahir pada tahun 1854, putra dari balang ulee bernama Teuku Ahmad Mahmud. Dia memiliki dua saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki. Teuku umar dianggap sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan terkadang suka berkelahi dengan teman-temannya. Ia memiliki karakter yang ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Teuku umar pertama kali mengikuti saat perang beliau masih berumur sekitar 20 tahun, teuku umar memiliki pengaruh besar dalam perang aceh pertama yang terjadi pada tahun 1873-1904, karna keberanian, kegigihan dan jiwa kepemimpinan yang tinggi beliau di angkat menjadi panglima perang, sehingga teuku umar menjadi salah satu orang yang paling di segani di era kolonialisme.
Ada dua peristiwa besar yang di lewati Teuku umar,peristiwa pertama yaitu " Kapal Nisero" Pada bulan November 1883, kapal berbendera Inggris yang bernama Nisero karam di Pantai tenom. Nisero adalah kapal pengangkut barang yang memiliki berat 1800 ton, kapal tersebut di pimpin oleh Woodhous dengan 27 awak kapal nya, kapal dengan muatan Gula tersebut kemudian disita oleh Teuku Raja Muda Teunom. Saat itu Inggris dan Belanda berupaya mengirimkan kapal perang untuk menyelamatkan teman-teman mereka, namun upaya tersebut gagal.
Setahun setelah kejadian tersebut tepat juli 1884 pemerintah gubernur Aceh meminta teuku umar berangkat dan menyelesaikan permasalah tersebut ,saat itu teuku umar berangkat menggunakan kapal belanda , teuku umar juga meminta bantuan seorang ulee balang untuk menunjukan arah menuju daerah tenom. Dalam perjalanan sempat terjadi perselisihan antara komandan kapal dengan teuku umar. Komandan kapal meminta pasukan teuku umar menyerahkan senjata yang mereka bawa , komandan kapal berdalih demi keselamatan, Teuku umar menyetujui permintaan tersebut dengan syarat senjata-senjata tersebut harus di kembalikan setibanya di Lambesi.
Sesampainya Teuku Umar di Lambesi , pasukan Aceh menyerang awak kapal Belanda, Teuku Umar melihat kejadian tersebut merasa menyesal, namum Teuku Umar tidak menghukum para pasukan Aceh yang melakukan penyerangan itu, setelah penyerangan itu Teuku Umar pun memilih kembali ke Lampisang dan tidak jadi berkerjasama dengan pihak Belanda. Belanda pun menarik pasukannya yang berada di daerah VI, dan Teuku Umar memilih untuk kembali bersatu dengan para pasukan Aceh, namun para pasukan Aceh masih ragu dengan Teuku Umar mengingat beliau pernah bersatu dengan Belanda, Teuku raja tenom pun meminta bayaran 100.000 dollar kepada Belanda jika mereka ingin kapal nisero beserta awak nya di bebaskan
Peristiwa besar kedua yang di alami teuku umar yaitu "Peristiwa Kapal Hok Canton"Pada hari Senin 14 Juni 1886 pasukan Aceh bersama Teuku Umar menyerang sebuah kapal Belanda yang bernama Hok canton, kapal yang di nahkodai oleh Hansen itu sedang berlayar berhenti di perairan rigaih untuk membeli rempah-rempah dan mereka menjual senjata secara diam-diam, peristiwa penyerangan kapal Hok canton ini di beritakan sampai ke luar negeri.
Dengan siasat cerdik nya Teuku Umar berpura-pura naik ke kapal untuk membeli beberapa senjata, dan para pasukannya masuk satu persatu, ketika pasukan Teuku Umar sudah berada di atas kapal, Teuku Umar memberikan perintah untuk menyerang. Hanya bermodalkan pedang dan rencong mereka menjatuhkan para awak kapal yang mencoba melawan.
Inggris pun marah dan menyuruh Belanda untuk mencari Teuku Umar, namun usaha mereka sia sia Belanda tidak dapat menemukan Teuku Umar, Pemerintah Aceh pun memberikan 25.000 dollar kepada Teuku Umar sebagai apresiasi, dengan jiwa kepemimpinan yang baik Teuku Umar tidak menggunakan uang itu sendirian beliau membagi rata uang itu dengan pejuang Aceh.
Karena sikap kepemimpinan Teuku Umar yang adil dan tidak pandang bulu, membuat Teuku Chik Ditiro tersentuh dan kembali memberikan kepercayaan kepada Teuku Umar untuk membantu pasukan Aceh di garda terdepan, bahkan Baginda Daud Syah yang menjadi Keumala di saat itu mengangkat Teuku Umar menjadi Panglima di Aceh Barat
Teuku Umar gugur dalam pertempuran "Alas Malang", Teuku Umar wafat pada tanggal 11 Februari 1899 di pertempuran alas malang, saat itu pasukan Belanda yang di komando kan oleh letnan kolonel Van daalen melakukan penyerangan di daerah pertahanan Aceh yang di jaga oleh pasukan Teuku Umar, Terjadi perperangan yang sengit antara pasukan Teuku Umar dan pasukan Belanda, di awal pertempuran pasukan Aceh cukup mendominasi, namun akhirnya mereka tersudut kan karena Belanda mengunakan persenjataan yang cukup moderenÂ
Pasukan Aceh di pimpin langsung oleh Teuku Umar, melakukan perlawanan yang sangat hebat, naas Teuku Umar harus gugur oleh tembakan senjata Belanda, Wafatnya Teuku Umar sangat menyayat hati para pejuang kemerdekaan Aceh, namun semangat para pejuang tidak pudar mereka terus berjuang demi membalas kematian Teuku Umar, dan Teuku Umar pun di makamkan di Mugo cut, kec. Panton Reu, kab Aceh Barat
Setelah semua perjuangan yang dilakukan oleh Teuku Umar untuk membela kemerdekaan, pada tanggal 6 November 1973 presiden Suharto memberikan gelar pahlawan Nasional kepada Teuku Umar sebagai apresiasi karena telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia,sesuai dengan SK presiden No.087/TK/ 1973, dan mengabadikan nama Teuku Umar di salah satu kapal perang TNI AL yang bernama KRI Teuku Umar, salah satu universitas di Aceh Barat juga bernama Universitas Teuku Umar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H