Alhamdulillah, hari ini Minggu merupakan hari terakhir puasa untuk Ramadhan tahun 2022. Karena hari terakhir maka umat Islam akan menyambut hari idul Fitri esok harinya.
Di Aceh, satu hari sebelum Idul Fitri disebut dengan hari "Meugang" yaitu, hari di mana umat Islam di Aceh menyiapkan segalanya untuk menyambut Idul Fitri.
Adapun tradisi Meugang untuk pasangan yang baru menikah adalah membawah masakan ke rumah mertua. Hal ini dilakukan sudah turun temurun.
Sebenarnya, bukan hanya untuk pasangan yang baru menikah saja namun juga jika sudah lama menikah maka harus membawa masakan ke rumah mertua.
Tujuan menantu membawakan masakan ke rumah mertua adalah sebagai bentuk tanggung jawab seorang laki-laki kepada ibunya walaupun sudah menikah. Oleh karena itu, biasanya anak laki-laki (suami) akan bekerja keras supaya bisa membawakan masakan istri ke rumah orangtuanya.
Dan jika misalkan sudah terdesak maka biasanya dijual kan emas atau berutang ke tempat suami bekerja supaya ada uang, hal ini dilakukan karena dalam tradisi orang Aceh sudah sepatutnya menyenangi orangtua atau mertua si istri untuk setahun sekali.
Karena sudah menjadi sebuah tradisi maka Meugang menjadi hari sakral bagi orang Aceh, Oleh karena itu, jika sudah Meugang jika bisa pulang kampung walaupun hanya sebentar saja.
Sebenarnya di Aceh, Idul Fitri hampir sama meriahnya dengan hari Meugang karena sama-sama hari yang ditunggu-tunggu oleh semua keluarga untuk silaturahmi atau hanya sekadar melepas rindu sama orangtuanya masing-masing.
Selain itu, hari Meugang juga memengaruhi suasana pasar. Biasanya jika pedagang perantau maka biasanya toko tempat mereka berjualan libur khusus untuk menyambut hari Meugang dan sekaligus Idul Fitri juga.
Oleh karena itu, di Aceh suasana rumah akan selalu ramai jika anak-anak menikah dekat dengan rumah mertua dan orangtua mereka. Dan jika pun jauh bisa juga dapat pulang dengan syarat cukup uang untuk pulang ke rumah
Adapun kelebihan dari tradisi Meugang hantar makanan ke rumah mertua dan orangtua adalah lebih eratnya hubungan antar keluarga. Dan tentu hikmahnya akan terjalin hubungan yang harmonis antara menantu dan mertua serta juga antara anak dengan orangtuanya sendiri, sehingga tidak ada kata pilih kasih yang menyebabkan retaknya hubungan kekeluargaan.
Dengan tetap adanya tradisi Meugang maka hubungan antar kekeluargaan akan terjalin dengan baik sehingga pertengkaran di dalam rumah tangga tidak akan terjadi.
Akibat dari tradisi Meugang ini maka banyak hal yang dilakukan oleh orang-orang menyiapkan segalanya dari baju, daging atau hadiah lainnya. Sehingga membuat ekonomi di Aceh benar-benar bergerak sangat cepat jika sudah masuk hari Meugang dan hari Raya Idul Fitri.
Sebenarnya dengan kondisi zaman sekarang, yang mana anak-anak milineal kurang literasi tentang budaya Aceh sendiri maka membuat budaya Meugang akan memudar dengan sendirinya. Padahal tradisi Meugang di Aceh perlu dipertahankan karena tradisi ini adalah suatu perbuatan yang sangat positif.
Dan dengan adanya ancaman semakin berkurangnya orang yang mau melakukan tradisi Meugang ini juga maka dapat dipetikan hikmahnya bahwa suatu budaya akan hilang dengan sendirinya jika tidak dilaksanakan secara ikhlas dan berkelanjutan.
Memang diakui jika hari Meugang identik dengan hanya membeli daging namun kenyataannya masih banyak tradisi sama orang Aceh yang belum bisa semua diceritakan semua karena dibutuhkan cerita utuh dan komprehensif dari sesepuhnya orangtua jaman dahulu.
Itulah sedikit tentang tradisi menantu dengan mertua di hari Meugang di Aceh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H