Namun, di pertengahan musim Persiraja sudah mulai kehilangan semangat militansi permainan dalam menekan lawan sepanjang pertandingan. Dan kembali semangat bermain di akhir musim.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua bermuara kepada pengaruh pelatih di dalam skuad Persiraja Banda Aceh.
Menurut saya sebagai fansnya Persiraja, sarannya adalah wajib persiraja Banda Aceh menggunakan pemain muda lokal yang asli orang Aceh.
Sebab, jika dilihat, potensi sangat banyak anak muda Aceh berbakat bermain bola level liga profesional. Dengan cara dengan melakukan pencarian bibit potensial untuk di bina dan dilatih oleh pelatih yang senior.
Sebab dengan menggunakan jasa anak muda maka permainan Persiraja Banda Aceh dipastikan sangat agresif dan mampu melakukan tekanan kepada lawan di sepanjang waktu.
Hal ini dapat dilihat dari klub liga 1 lainnya seperi Persebaya Surabaya, Bali united, Bhayangkara FC, dan Madura united yang banyak diisi oleh talenta muda.Â
Tidak heran semua klub tersebut mampu bertahan di peringkat 10 besar. Padahal, yang digunakan anak muda namun berhasil dibina dengan baik oleh pihak klub.
Oleh sebab itu, sudah saatnya pihak manajemen klub persiraja menyiapkan langkah-langkah apa saja yang diharuskan dilakukan supaya bisa bertahan selalu di liga 1. Apakah mendirikan sekolah bola atau akademi sepak bola seperti di tim-tim Eropa.
Di era sepak bola modern, sepak bola menjadi sebuah industri. Karenanya menghasilkan pemain berbakat muda dan mendunia adalah sebuah keharusan.
Tidak heran, klub sekelas Barcelona (klub liga Spanyol) yang banyak utang mampu bangkit dengan hanya mengandalkan pemain dari akademi sepakbola mereka La masia.
Selain masalah pemain muda ada hal lain yang harus diakui bahwa Persiraja tidak memiliki filosofi permainanya.