Kesedihan yang selalu meliputi hati ini mungkin tak pernah hilang. Kesedihan ini bagaikan di awan-awan yang tak pernah bisa diam pada satu tempat. Karena angin selalu mengikutinya. Aku duduk sendiri termenung akan masa lalu. Masa lalu..kadang untuk aku untuk mengenangnya aku tertawa, kadang juga sedih dan selalu meneteskan air mata. Aku merasa hidup ini tak adil tapi aku juga merasa aku hidup seperti tak pernah bersyukur apa yang sudah diberikan oleh Allah SWT.
Sekarang aku mau pasrah dengan kehidupan ini. Tetapi keadaan aku tidak bisa hanya pasrah. Karena kehidupan ini memaksakan aku untuk terus bekerja dengan keras dan sekeras-kerasnya. Aku ingin berhenti tetapi waktu selalu berjalan dan rasanya hati ini tak sanggup hanya diam dan selalu memedam apa yang  akan dikerjakan. Masalah aku. Aku ingin mengerjakannya apa yang ada dihati ini tetapi keadaan selalu tidak mendukung aku. Mungkin pasrah jalan yang mungkin yang aku lakukan.
Dengan zaman yang selalu begini dan terus begini. Aku merasa tak perlu menyesali yang akan terjadi zaman sekarang dan masa depan. Karena manusia hanya menjalani kehidupan di dunia ini. Mungkin amalan yang akan menyelamatkan manusia pada zaman selanjutnya. Zaman dimana tidak ada lagi orang miskin dan tidak ada lagi orang kaya. Aku merasa pada zaman itu semua manusia pada satu derajat yang sama.
Hati kecil selalu bicara", jangan menyerah". Tetapi kenyataan yang aku hadapi tak sama dengan semangat yang aku miliki. Aku ingin berusaha tetapi aku hanya manusia bodoh yang tak mengerti apa itu arti kehidupan ini. Hati kecil selalu bilang kamu jangan menyerah. Aku bukannya menyerah tetapi aku berusaha didalam diam, dan tak berharap hasil yang maksimal karena aku sudah sering merasa sakitnya gagal dalam kehidupan .Â
Orang selalu bilang kegagalan hanyalah kesuksesan yang tertunda. Iya benar. Tapi aku tak sama dengan orang lain. Aku merasa gagal adalah kesalahan yang tak perlu terjadi. Karena kegagalan didapat pada saat persiapan tak maksimal. Tapi ini hati selalu bicara jangan takut gagal.Â
Aku merasa hatiku ini sudah tak sadar. Mungkin hati tak tahu betapa sakitnya gagal. Kegagalan sudah aku alami dalam kehidupan ini sudah banyak salah satunya gagal mendapatkan cinta pertama dan gagal lulus ujian nasional (UN) SMP. Aku merasa aku tak punya masa depan. Memang benar aku tak mempunyai masa depan seperti teman-teman dekat aku.
Dengan pelajaran masa lalu dan sering gagal. Aku merasa aku tunda dulu kegagalan yang akan aku alami sekarang. Aku tunda tidak berarti aku harus berhenti sementara dengan kompetisi yang ada pada saat ini. Menyerah ...tidak ada kata menyerah dalam misi hidup aku. Karena bagi aku menyerah berarti MATI. Mati? Tidak mungkin sebelum ajal datang. Jika Allah SWT memberikan kesempatan bagi aku untuk bisa kuliah lagi. Aku akan selesaikan kuliah aku sampai postdoctor...sampai postdoctor bukan janji tetapi akan aku usahakan.
Mimpi bagi aku adalah suatu yang harus dicapai. Karena bagi aku jika mimpi belum tercapai berarti hidup aku belum selesai. Bukan berarti belum selesai harus di selesaikan ..tetapi selesai pada saat hidup sudah berakhir dan kebahagiaan telah dicapai. Sekarang aku berpikir bahwa semua itu wajib di raih.Â
Tetapi terkadang kehidupan kurang beruntung bagi aku. Karena sekarang aku harus menerima kenyataan bahwa aku hanya lah orang miskin, anak  yatim dan tidak pintar. Oleh karena itu, aku akan mengatur ulang strategi serangan balik, artinya aku akan sedikit mundur dengan tujuan yang besar untuk masa depan. Terserah ada manusia yang mengejek aku, toh aku masih bahagia dan tentunya kebahagiaan itu tak perlu diraih dengan susah payah, karena kebahagiaan itu ada dalam hati aku.
Perasaan aku sekarang seperti mau menangis akan tetapi hati ini tetap teguh dengan keputusan yang ada. Keputusan aku pulang kampung dan ingin lama bersama ibunda tercinta. Karena bagi aku ibunda adalah segalanya, dan hanya ibunda yang bisa membuat aku semangat, bukan berarti aku tak suka cewek tetapi belum ada cewek yang pas buat hatiku senang.Â
Sekarang aku hanya berdo'a dan selalu berdo'a karena aku percaya bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat, dan aku berharap hanya kepada Allah tidak kepada manusia. Karena jika aku berharap pada manusia pasti aku kecewa, jika berharap pada Allah jika gagal Insya Allah hikmahnya sangat besar. Aku sudah merasakan hikmah dari berharap kepada Allah dan semua melebihi apa yang aku harapkan dariNya.
Aku berhenti bukan berarti pasrah, tetapi aku berhenti karena aku ingin mengatur strategi dengan misi yang besar. Aku rasa misi aku ini suatu misi yang mulia. Tentunya  misi aku hanya Allah dan aku yang tahu.
Bagian 1 (perasaan saat lulus PTN dan lulus sidang Sarjana)
Dua waktu yang tidak bersamaan tetapi memiliki perasaan yang sama.  Saat  aku dinyatakan lulus PTN, aku seakan tidak percaya, tetapi kenyataannya aku lulus. Mungkin karena kondisi pada saat itu yang tidak mendukung, maka aku merasa pesimis. Aku yang pesimis pada saat itu sekarang sudah menjadi manusia yang ke-pedean. Aku kepe-dean karena aku merasa pandai tetapi kenyataanya aku bukan orang yang diharapkan oleh orang yang aku prediksi akan memilih aku.Â
Aku pikir aku akan dipilih oleh dosen aku untuk mengambil beasiswa langsung S3, tetapi dari bicara sang dosen aku dianggap hanya butiran debu. Aku dianggap butiran debu mungkin karena aku selama ini malas dan terkesan suka lalai dengan waktu. Sehingga beliau tidak memilih aku, dan aku merasa seperti patah hati atau pengalaman SMP (yang tidak lulus UN) akan terulang kembali.
 Oke bagi aku tidak mau lagi membuktikan bahwa aku yang terbaik. Karena aku sudah capek dengan keadaan seperti ini terus. Dengan hati yang sangat berat aku putuskan aku pulang kampung, dan aku berusaha untuk tidak kembali lagi atau tidak mau melihat wajah orang yang sudah buat aku patah hati lagi. Karena patah hati itu sakit, sangat sakit.
Aku tidak mau melihat bukan aku dendam, tetapi aku hanya tidak mau menambah dosa dengan orang yang pernah mengajari aku ilmu. Ilmu yang membuat aku tau arti sebuah sebuah kehidupan. Arti kehidupan yang aku dapat bahwa aku tidak boleh sombong. Karena sombong itu tidak ada gunanya.
Sekarang aku putuskan untuk lebih bisa menerima kenyataan, karena memang aku banyak kekurangan, kurang dana, kurang rajin dan kurang buat dosen aku bangga dengan aku. Jika suatu saat aku diberikan kesempatan untuk kuliah S2 lagi, aku akan berusaha dengan semangat sungguh-sungguh.Â
Aku tidak bermaksud untuk membuktikan bahwa aku yang terbaik. Karena kalau itu biar waktu saja yang menjawab. Tetapi aku hanya mau bilang kalau aku tak seperti yang dipikirkan. Aku akan pergi dan terus pergi jauh. Apalagi aku sekarang sudah lulus sarjana. Aku bahagia setelah lulus sarjana tetapi hati ini lagi-lagi terganjal dengan keadaan yang tidak mendukung. Karena motto aku"jika sudah tak dianggap, apalah arti sebuah pembuktian"
Aku sekarang seperti butiran debu yang bisa terbang kemana saja, seakan aku menyesal dengan keputusan aku kuliah di fisika, tetapi karena aku keras kepala sehingga orangtua mau mengizinkan. Kalau aku boleh berandai aku tidak mau kuliah jika semua berakhir dengan perasaan yang patah hati alias kecewa.Â
Namun, semua telah terjadi. Solusi yang mungkin aku lakukan adalah mencoba dengan sabar menerima kenyataan ini, dan instropeksi diri juga perlu sekali. Sekarang aku hanya mengandalkan do'a, karena aku sangat percaya bahwa Allah mengetahui  isi hatiku dan aku percaya bahwa pertolongan Allah sangat dekat sekali, sehingga tidak alasan bagiku untuk putus asa. Sekarang aku harus kuat. Kuat menerima rasa kecewa yang sangat dalam ini. Goodbye fisika dan masa lalu....
Tulisan lama tapi baru sekarang ketemu filenya...
dediated by my supervisor Mr Nazli Ismail Ph.D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H