Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Bagaikan Awan yang Tak Berarah

24 Juli 2018   21:26 Diperbarui: 24 Juli 2018   21:31 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
                                                                                               foto pribadi

Aku berhenti bukan berarti pasrah, tetapi aku berhenti karena aku ingin mengatur strategi dengan misi yang besar. Aku rasa misi aku ini suatu misi yang mulia. Tentunya  misi aku hanya Allah dan aku yang tahu.

Bagian 1 (perasaan saat lulus PTN dan lulus sidang Sarjana)

Dua waktu yang tidak bersamaan tetapi memiliki perasaan yang sama.  Saat  aku dinyatakan lulus PTN, aku seakan tidak percaya, tetapi kenyataannya aku lulus. Mungkin karena kondisi pada saat itu yang tidak mendukung, maka aku merasa pesimis. Aku yang pesimis pada saat itu sekarang sudah menjadi manusia yang ke-pedean. Aku kepe-dean karena aku merasa pandai tetapi kenyataanya aku bukan orang yang diharapkan oleh orang yang aku prediksi akan memilih aku. 

Aku pikir aku akan dipilih oleh dosen aku untuk mengambil beasiswa langsung S3, tetapi dari bicara sang dosen aku dianggap hanya butiran debu. Aku dianggap butiran debu mungkin karena aku selama ini malas dan terkesan suka lalai dengan waktu. Sehingga beliau tidak memilih aku, dan aku merasa seperti patah hati atau pengalaman SMP (yang tidak lulus UN) akan terulang kembali.

 Oke bagi aku tidak mau lagi membuktikan bahwa aku yang terbaik. Karena aku sudah capek dengan keadaan seperti ini terus. Dengan hati yang sangat berat aku putuskan aku pulang kampung, dan aku berusaha untuk tidak kembali lagi atau tidak mau melihat wajah orang yang sudah buat aku patah hati lagi. Karena patah hati itu sakit, sangat sakit.

Aku tidak mau melihat bukan aku dendam, tetapi aku hanya tidak mau menambah dosa dengan orang yang pernah mengajari aku ilmu. Ilmu yang membuat aku tau arti sebuah sebuah kehidupan. Arti kehidupan yang aku dapat bahwa aku tidak boleh sombong. Karena sombong itu tidak ada gunanya.

Sekarang aku putuskan untuk lebih bisa menerima kenyataan, karena memang aku banyak kekurangan, kurang dana, kurang rajin dan kurang buat dosen aku bangga dengan aku. Jika suatu saat aku diberikan kesempatan untuk kuliah S2 lagi, aku akan berusaha dengan semangat sungguh-sungguh. 

Aku tidak bermaksud untuk membuktikan bahwa aku yang terbaik. Karena kalau itu biar waktu saja yang menjawab. Tetapi aku hanya mau bilang kalau aku tak seperti yang dipikirkan. Aku akan pergi dan terus pergi jauh. Apalagi aku sekarang sudah lulus sarjana. Aku bahagia setelah lulus sarjana tetapi hati ini lagi-lagi terganjal dengan keadaan yang tidak mendukung. Karena motto aku"jika sudah tak dianggap, apalah arti sebuah pembuktian"

Aku sekarang seperti butiran debu yang bisa terbang kemana saja, seakan aku menyesal dengan keputusan aku kuliah di fisika, tetapi karena aku keras kepala sehingga orangtua mau mengizinkan. Kalau aku boleh berandai aku tidak mau kuliah jika semua berakhir dengan perasaan yang patah hati alias kecewa. 

Namun, semua telah terjadi. Solusi yang mungkin aku lakukan adalah mencoba dengan sabar menerima kenyataan ini, dan instropeksi diri juga perlu sekali. Sekarang aku hanya mengandalkan do'a, karena aku sangat percaya bahwa Allah mengetahui  isi hatiku dan aku percaya bahwa pertolongan Allah sangat dekat sekali, sehingga tidak alasan bagiku untuk putus asa. Sekarang aku harus kuat. Kuat menerima rasa kecewa yang sangat dalam ini. Goodbye fisika dan masa lalu....

Tulisan lama tapi baru sekarang ketemu filenya...

dediated by my supervisor Mr Nazli Ismail Ph.D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun