Mohon tunggu...
Nasrul Haq
Nasrul Haq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Ar-Raniry .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konsep Museum yang Ideal di Bumi Serambi Mekkah

24 Juni 2023   19:59 Diperbarui: 24 Juni 2023   20:04 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam tuisan ini, saya akan sedikit membahas bagaimana konsep museum yang ideal bagi penulis. Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan acuan bagi museum-museum yang berada di Aceh khususnya Museum UIN Ar-raniry, menjadi museum yang lebih baik kedepannya. Adapun beberapa hal konsep dasar museum ini berdasarkan pemikiran penulis sendiri, dan bahan ajar kuliah penulis di jurusan sejarah dan kebudayaan islam.

Bagi seseorang yang berkecipung di dunia pendidikan, museum memiliki peranan yang sangat besar dalam bidang pembelajaran sejarah. Hadirnya museum disuatu wilayah akan mampu mengubah pola pendidikan sejarah dari suatu proses kajian terhadap barang jadi, kepada proses yang berhubungan dengan bahan dasar. 

Di museum menyimpan berbagai koleksi benda-benda yang bernilai akan suatu kejadian sejarah, bisa kita ambil contoh di museum Aceh; Boh dogma adalah perhiasan wanita Aceh jaman dulu, yang dipakai di baju bagian dada sebelah kiri/ kanan, bertujuan utk melindungi diri dari ancaman laki-laki asing yang ingin berniat jahat. 

Jadi biasanya laki-laki yang mau melakukan tindakan tidak sononoh sama perempuan tu bakal tertusuk dengan perhiasan boh dogma, perhiasan itu terbuat dari logam yang berbentuk runcing diujung sehingga akan menancap di jantung. Jadi selain berfungsi sebagai perhiasan yang berbentuk bros yang menghiasi pakaian perempuan Aceh, boh dogma juga sebagai alat untuk mempertahankan diri. Melalui museum, masyarakat khususnya para pelajar dapat mengetahui mengenai suatu peristiwa sejarah yang dimiliki setiap barang yang berada di museum. (wawancara dengan salah satu mahasiswa SKI UIN Ar-Raniry)

Sebagai sumber media pembelajaran, di museum juga dapat menjadi kelas memperoleh informasi dan pengetahuan, serta memberikan kemudahan bagi para pelajar menerima sarana ilmu pengetahuan oleh guru misalnya. Dalam hal ini peran penting museum dikalangan dunia pendidikan memang sangat signifikan, dikarenakan museum menjadi tempat penyimpan barang-barang bersejarah yang memiliki makna budaya dalam setiap barangnya. 

Barang-barang yang berada di museum dapat penulis artikan sebagai bukti akan peristiwa kemegahan sejarah disuatu wilayah (majestic of History). Museum yang menggunakan konsep dasar museum sejarah, mencakup segala pengetahuan sejarah dan mempunyai keterkitan dengan masa kini dan masa depan. Beberapa di antara museum ini memiliki benda koleksi yang sangat beragam, mulai dari suatu dokumen, artefak, patung, senjata perang, koin, stempel kesultanan, dan barang barang peralatan rumah.

Konsep museum yang di bangun oleh museum-museum yang berada di daerah Aceh, masih menggunakan konsep museum kuno. Yang dimaksud kuno dalam tulisan ini ialah, museum di Aceh tidak bisa berbaur dengan dunia masyrakat setempat, memang pihak museum sudah mengupayakan pengembangan di sektor promosi. Akan tetapi, upaya tersebut masih kurang efektif di dunia masyarakat Aceh. Penggunaan media sosial di industri 5.0 sudah menjadi jawaban kunci untuk mempromosikan kehadiran museum di jantung hati masyarakat Aceh.

Pihak museum bisa menggunakan platform media sosial seperti menggunakan aplikasi penunjang yang sedang viral di dunia yaitu, tiktok, instagram, youtube, face book dan aplikasi lainnya. Sehingga ketika upaya promosi yang di lakukan oleh pihak museum bisa sampai ke seluruh masyarakat Aceh. Manfaat dari upaya promosi ini, dapat menjadikan museum yang berada di wilayah Aceh bisa diketahui oleh seluruh elemen masyarakat Aceh, baik dari kaum terpelajar, ulama, dan masyarakat biasa pada umumnya.

Ketika penulis masih semester enam. Penulis pernah mengikuti pembekalan magang di lingkungan museum Aceh. Saat pembekalan magang tersebut, ada satu narasumber yang bernama bapak Reza Idria mengatakan; ketika saya kuliah di Amerika, museum disana dijadikan tempat orang untuk menghilangkan penat dari kerasnya dunia pekerjaan, tempat anak muda untuk melampiaskan rasa kegalauan percintaannya yang gagal, dan museum di Amerika dijadikan tempat untuk orang menghabiskan waktu luang dengan pasangannya (museum Date). 

Dalam hal ini, peneliti sangat setuju bagaimana konsep yang di gagas oleh museum di Amerika, disalurkan ke museum-museum di daerah Aceh ini. adapun manfaatnya, pengunjung akan selalu berdatangan ke museum walaupun hanya sekedar ingin berekreasi dengan keluarganya.

Layanan yang disediakan oleh pihak museum harus mencakupi bebarapa hal. Seperti, tour guide atau pemandu wisata yang bertanggung jawab mendampingi para wisatawan dan pengunjung sehingga dapat memberikan petunjuk serta bimbingan kepada seluruh wisatawan. 

Ada beberapa problematika yang dihadapi oleh pihak museum dalam pemilihan tour guide ini. Kebanyakan para pemandu wisata yang berada di museum wilayah Aceh tidak memiliki integritas menjadi seorang pemandu wisata, dikarenakan para pemandu wisata tidak memiliki daya tarik untuk memberikan kenyamanan kepada para pengunjung. 

Seperti, para pemandu wisata memberikan penjelasan yang tidak jelas tentang benda bersejarah, sehingga para wisatawan mudah merasa bosan dengan pelayanan yang disediakan oleh pihak museum. Penulis berharap pihak museum yang berada di wilayah Aceh harus menyeleksi dan sering melakukan pelatihan bagaimana menjadi pemandu wisata yang baik dan memiliki daya tarik lebih kepada pengunjung. Adapun benefit yang didapatkan oleh pihak museum yaitu nantinya para pengunjung akan merekomendasikan kepada khalayak ramai bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak museum kepada mereka.

Dalam memberikan layanan kepada pengunjung, penting untuk diperhatikan apa sesungguhnya harapan pengunjung. Harapan ini harus dipenuhi sehingga museum mendatangkan manfaat bagi pengunjung. Kategori atau tipe  pengunjung memiliki keberagaman kebutuhannya. Seperti, tipe pengunjung yang individual, mereka adalah pengunjung yang memiliki alasan khusus, seperti ingin melakukan suatu riset peneltian untuk memperoleh informasi yang detail. 

Tipe kelompok dewas, biasanya tipe ini banyak menghabiskan waktu di museum untuk berdiskusi secara santai, atau hanya sekedar untuk berkunjung saja. Dan tipe yang terakhir ialah tipe kelompok keluarga, biasanya memiliki kebutuhan untuk membawa keluarga kecil mereka untuk berekreasi ke tempat yang memiliki media pembelajaran seperti museum.  Namun pihak museum harus memiliki kreatifitas yang tinggi untuk menarik minat anak-anak supaya sering berkunjung ke museum seperti permainan, kuis, display, serta brosur atau komik bersejarah yang menarik. Maka anak-anak pun dapat mengapresiasi kegiatan yang berada di dalam museum.

Dari tulisan yang telah penulis paparkan, penulis berharap kepada semua penggagas museum dapat memberikan suatu hal yang menarik bagi minat masyarakat Aceh, bukan hanya bagi kaum penggiat pendidika akan tetapi museum harus menjadi rumah identitas daerah bumi serambi mekkah ini. mungkin hanya ini yang bisa penulis sampaikan, see you and bye bye...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun