Bunga-bunga dan beberapa daun cantik mewarnai gubuknya, deretan rak dengan buku-buku tua itu menciptakan sebuah ruang rahasia, ruang yang ia katakan titik awal pencarian.Â
Di atas meja ada kertas hasil revisian dari penerbit yang berserakan. Kertas-kertas itu berbincang kepada dirinya, membiarkan dirinya yang lain tetap hidup dalam dunia yang ia jalani.
Yah, dia seorang penulis dan wartawan senior di Trans Grup. Sekarang ia memliki perusahaan media sendiri dengan total karyawan lebih dari 10 orang.Â
Betapapun indahnya hari itu, saya tidak akan perna menyesal dengan apa yang sudah terpilih. Lagipula membadingkan kerap menumbuhkan luka-luka yang nyeri. Mungkin benar, pekerjaan yang paling menyenangkan itu hobi yang dibayar dan menjalankan hidup dari apa yang kita mimpikan itu membahagiakan. Kendati belajar mencintai  hidup yang kita jalani itu keharusan.Â
Ada yang yang disebut prinsip pun ada yang disebut kondisional. Menyesuikan dengan apa yang kita dapatkan dan jalani adalah kewajaran hidup. Barang kali itu kita bisa survive pada setiap getir kehidupan yang selalu berubah. Â Bahwa selalu ada jalan berbeda bagi setiap orang untuk kembali kepada dirinya sendiri. Jiwa yang kerap berkelana membutuhkan jangkar agar ia tahu jalan kembali. Dan setiap kepulangan itu membawakan pertarungan dalam banyak hal.
Agustus, 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI