Mohon tunggu...
Nasruddin Leu Ata
Nasruddin Leu Ata Mohon Tunggu... Lainnya - Pengangguran Berbakat

Menulis apa saja yang jauh lebih matang dari kesepian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyoal Judi Online: Giliran Soal Moral, Negara Kritik Rakyatnya

13 Agustus 2024   17:11 Diperbarui: 13 Agustus 2024   17:11 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dadu, kripik, judi online (Pixabay/AidanHowe)

Entah kenapa setiap kali ada khasus yang berkaitan dengan moral dan kinerja masyarakat, ramai mendapat krtikan bahkan paling banyak dan besar gonggongannya dari kekuasaan. Seakan-akan negara tidak terlibat dalam urusan semacam ini.

Kenapa judi menjadi tema yang  populer justru karena berkaitan dengan kinerja dan moral masyarakat? Bagimana jika sederet fakta-fakta hari ini justru menambah panjang daftar kegagalan negeri ini dalam berinovasi?

Atau jangan-jangan yang mendorong maraknya khasus-khasus semacam ini justru negara, yaitu gaya politik kita?

Menjawab pertanyaan-pertanyaa itu, jangan perna berharap tulisan ini akan membahas soal moralitas masyarakat yang sering dikasususkan oleh negara sendiri, baik dan buruknya.

Melainkan lebih dari itu tulisan ini adalah jalan lain melihat khasus judi online sebagai bagian dari kekuasaan.    

Pertama, tidak ada sesuatu di luar teks. Meminjam konteks Derriderian, tidak ada tindakan perjudian yang terjadi di luar struktur. Dengan kata lain,  khasus perjudian online sulit dipahami di luar konteks ketidakadilan struktural tertentu.

Maksudnya, fenomena tersebut membangkitkan ingatan kolektif kita tentang wajah kekuasaan hari ini yang dicerminkan oleh negara melalui struktur politik dan ekonomi. Dalam struktur politik, masyarakat haya komuditas partai yang bisa digadaikan dan dipertaruhkan suaranya untuk menembus ambang batas suara di Parlemen (Parliamentary Threshold). 

Sementara itu dalam bidang ekonomi, masyarakat atau kita-kita ini sulit hadir secara konsolidatif karena dibuat saling sikut secara internal anatar usi produktif dan non produktif.

Pun demikian dalam bidang ekonomi melalui nomenklatur GenZ dan sebagainya, secara perlahan menciptakan Anak Muda Indonesia bukan sebagai subjek kelas produksi melainkan semata-mata sebagai masyarakat konsumsi yang aktif. Jujur saya pribadi lebih suka menyebutnya kaum muda.

Kedua, sampai tulisan ini dibuat, suara masyarakat Indonesia melalui mendat kekuasaan selalu diperjual belikan secara legal dan terang-terangan baik oleh kesewenang-wenangan  maupun oleh kemiskinan.

Namun, dalam kasus judi online ini menjadi penting persis ketika yang disorot hanya soal moral dan kinerja masyarakat yang dibicarkan kekuasaan. Belum kelar keluar dari ketimpangan ekonomi politik, rakyat Indonesia harus berhadapan dengan bentuk "penghinaan" lain atas rusaknya moral bangsa karena judi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun