Mohon tunggu...
Dewi Anggar
Dewi Anggar Mohon Tunggu... -

Aku terhenyak, Senyuman membias makna, melambung harapan, mengikis mimpi lalu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Denting Gadis

16 Mei 2016   08:47 Diperbarui: 16 Mei 2016   08:50 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gadis menginsafi diri betapa dunia berubah berpaling darinya setelah dia menjadi sampah.  Tidak ada tempat mengadu lagi baginya sekarang. Orang-orang sudah muak pada ceritanya. Gadis bingung menatap hari. Baginya jalan menjadi buntu dan hitam.

Saat hujan turun di tengah malam, Gadis terjaga dan ingatan tentang kenangan kembali mengelupas luka. Gadis ketakutan dalam sepi yang menyayat. Gadis kenyang dicibir. Gadis puas digurati luka.  Gadis lupa Tuhan. Gadis menjadi sendiri tanpa doa. Gadis mematung sebatang kara hingga pada suatu petang,  lantunan ayat menjadi komando baru baginya. Pelan-pelan Gadis dirambati aliran cahaya. Gadis kini merangkak menuju altar surga.

~0`0~

 Lelaki yang baik untuk perempuan yang baik. Lelaki yang keji untuk perempuan yang keji.  Bukankah itu janji Tuhan?

Gadis terpekur mendengar rinai hujan yang semakin menderas. Tiga tahun berlalu. Dalam metamorfosisnya yang cantik, Gadis menanti janji Tuhan setiap hari dan setiap hari. Gadis menulis sajak tentang doa dan cinta. Tentang penantian dan sepi. Juga tentang khianat dan karma setelahnya. Gadis menjadi kupu-kupu yang cantik dengan sayap setengah terbuka. Gadis menjadi kupu-kupu yang sibuk berjalan tertatih, meski belum terlatih untuk terbang.

Di malam-malam saat sepi benar-benar menghunuskan sedihnya menjadi sendirian, Gadis menggamit bantal dan merenungi luka lama. Menambal setiap kenangan dan bergerak semakin menjauh dari tempat berpijaknya dulu kala.  

Gadis tetap menyulam diri menjadi kupu-kupu yang memesona. Diam-diam mengembangkan sayap. Diam-diam menggoreskan warna. Gadis menunggu Tuhan menyempurnakan sayapnya hingga menjadi pantas untuk diterbangkan.

Pelan-pelan tapi pasti, Gadis percaya, Tuhan tengah menyiapkan penyempurna sayap untuknya.  Biarlah sepi menelannya dalam malam, juga dalam hujan yang membuat cicak diam membisu. Gadis percaya,dalam guliran waktu, penyempurna sayap akan datang melengkapinya. Dan saat mereka terbang beriringan, itulah pertanda Tuhan telah menepati satu janji dalam satu babak kehidupan.

Gadis menarik senyum. Malam bergulir menuju pagi. Hujan sudah berhenti. Rapalan doa menunggu fajar, Gadis berjingkat menuju tempat wudhu. Biarlah dia kembali bersedekap. Hingga untaian doa yang tak kunjung pupus agar doa terijabah. Kelak atau nanti, Gadis akan merekahkan sayap. Lalu terbang, tinggi dan meninggi, hingga bidadari mengiri padanya. Gadis menunggu kesempurnaan metamorfosisnya. Menjadi kupu-kupu yang sempurnya sayapnya. Lalu terbang dan tidak kembali lagi.

~0`0~

Minggu,15.05.2016/22.31

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun