Luruhkah bintang dalam setianya yang meletup?
Bulanku yang manis, diamlah disana.
Biarkan aku menikmatimu dalam candu hingga lama
Dan lama.
Cahaya bulanku di puncak malam, kau kembali berlenggak malam ini. Seperti biasa, kau manis dan indah. Titisan embun dalam pekat malam. langit membiru gelap. Langit ramai oleh pendaran cahaya lintas galaksi. Aku memandangmu lekat-lekat. Juga lelaki disampingmu. Semakin kupandangi, semakin lekat terasa. Kau semakin bercahaya. Dan lelaki itu? Dia pun mendapat bias darimu.
Malam itu kau mengenakan kain bugis. Rambutmu kau sanggul ke atas. Kebayamu menciptakan lekuk yang indah. Mahadewi ratu. Aku tersenyum kala kau menatap ke arah tempatku berdiri. Aku yakin, kali ini aku pantas untuk kau perhatikan. Rambutku sudah kucukur rapi. Pun brewok dan kumis sudah tersapu bersih dari wajah tirusku. Aku menjadi lebih tampan sekarang. Itu sebabnya kau melihatku bukan?
Ah, tingkat kepercayaan diriku melampaui batas. Biarlah. Ini karena memujamu juga melampaui batas. Siapa suruh kau berani-berani mengusikku dari lamunan panjangku? Kau berhasil membuatku hanya melihatmu. Tidak kepada yang lain.
Kepada lelaki disampingmu?
 Aku tidak peduli. Persetan dengan dia !
Kepada cincin yang melingkar di jari manismu?
Apalagi itu ! Hanya benda mati berbentuk bulat dengan lubang di bagian tengah. Â Nonsen !