Pernah mendengar istilah "Terjebak Drama Pikiran?" bukan terjebak nostalgia yah, hehe. Judul terjebak drama pikiran ini, sudah pernah saya bahas di seminar Infinitive Literasi Indonesia, bahkan  saya telah menulis di buku laku yang judulnya sama seperti ini. Pertanyaannya, kenapa saya selalu mengulang-ulang kata ini, alasannya karena setiap orang pasti pernah mengalami hal yang berulang dan mengharuskan dirinya untuk lebih siaga terhadap apa yang akan ia hadapi.Â
Berbicara mengenai hal ini, apa yang terlintas dibenakmu ? kenangan, overthingking, people pleassure, gangguan citra diri, atau hal-hal lain yang menjebak? Â semuanya benar, menyangkut masalah peristiwa yang telah atau sedang kita alami bahkan yang belum terjadi pasti pun sudah sangat menyita perhatian dari pikiran kita sendiri. Relate gak ? Â
Sumber Gambar (photo/Ilustrasi/tefmedu.com)Â
Cara berpikir pun  tak selalu sama antara satu dengan yang lainnya, ada yang bisa berpikir cepat hanya seperkian detik saja bahkan ada pula yang berpikirannya sangat banyak pertimbangan, menyaring terbaik istilahnya. Memikirkan sesuatu yang terus menerus bahkan juga masih memikirkan hal yang tidak terlalu penting bisa membuat kita overthingking. Misalnya ingin menulis sebuah cerita, tekad sudah ada tapi niatnya masih ragu. Pikiran keman-mana, takut dihina tulisannya, dikata-katain atau mungkin bahkan tidak laku sama sekaali atau contoh lain, masalah fisik melihat orang lain dengan fisik yang sempurna,atau merasa dirinya tidak berharga sehingga mulai membandingkan diri dengan orang lain. Dari pemikiran tersebut membuat diri kita dipenuhi rasa bimbang, cemas, khawatir, sedih bahkan amarah.Â
Menurut Kuswana (2011), Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana dan
sistematis pada konteks ruang, waktu, dan media yang digunakan, serta menghasilkan suatu peubahan terhadap objek yang mempengaruhinya. Proses berpikir merupakan peristiwa mencampur, mencocokan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi-persepsi, dan pengalaman sebelumnya. Â Pikiran, suasana hati serta tingkah laku dapatsaling mempengaruhi satu sama lain. Dalam teori kognitif Aaron Beck, pikiran yang tidak baik akan menimbulkan suasana hati atau emosi yang tidak baik juga sertabisa memperlihatkan perilaku tidak adaptif (Susana, 2015).Â
Tahukah, asal negatif itu berasal dari pemikiran kita terhadap suatu keadaan, namun kesalahan dalam penalaran yang di bawa mengarah pada asumsi yang salah. Jika kesalahan dalam berpikir dibiarkan begitu saja , maka hal tersebut bisa saja mempengaruhi kondisi emosi lalu termanifestasi dalam perilaku kita.Â
Jadi, kalau dalam hal pandangan terhadap sesuatu yang membuat diri kita merasa tidak enak dalam hati atau hal lain yang membuat resah pikiran dengan istilah," apa aku bisa yah, kok aku begini dan begitu, blaa..bla.." sehingga terjebak pemikiran sendiri , cobalah merilekskan diri, tarik nafas dalam lalu menghembuskan pelan-pelan dan lebih tetap positif dalam menyikapi segala sesuatu. Keberhasilan ditentukan dari cara kita menyikapi suatu masalah. Jika kita ingin berhasil, mulailah dari diri kita sendiri, bagaimana mengontrol emosi, bagaimana menyikapi suatu persoalan, sebab kedewasaan bukan menjadi tolak ukur usia seseorang.Â
Agar keluar dari jebakan drama pikiran adalah mengubah cara berpikir serta berperilaku yang awalnya negatif menjadi positif. Supaya tidak terjebak dan berlarut-larut maka yang harus dilakukan adalah dengan mencoba mengurai simpul pikiran serta emosi negatif yang ada, karena orang yang memiliki emosi positif akan lebih kuat menghadapi stress serta masalah lainnya dengan lebih baik (Patrick, 2018).Â
Jangan membebani diri dengan pikiran yang tidak perlu, teruslah belajar dari setiap kesalahan. Karena kesalahan mengantarkan kita ke arah lebih baik untuk terus berproses. Bukan meratapi, atau mengingat - ngingat yang sudah berlalu kemudian mengasumsi sendiri untuk hal-hal yang belum pasti terjadi. Overthingking adalah hasil ciptaan yang dibuat pikiran sendiri dengan berbagai ekspetasi. Kekhawatiran akan sesuatu adalah hal yang wajar namun, jangan sampai kita berlebihan memikirkannya akibatnya bisa berdampak maladaptif, negatif. Pikiran seseorang itu akan mempengaruhi perasaan dan perilaku kita.Â
Ada beberapa pesan untuk yang membaca tulisanku ini,
- Di posisi apapun dirimu saat ini, jangan pernah menyerah, apapun itu bisa jadi kenyataan. Insya Allah.Â
Karena kita spesial dengan  versi masing-masing, jadi jangan pernah membandingkan diri kita dengan kelebihan orang lain. Yang membuat kita insecure adalah kita lupa bagaimana cara bersyukur.Â
- Jangan pernah meragukan dirimu sendiri walupun dunia mengajakmu berwisata overthingking, dan jangan takut walaupun dirimu lambat berproses, karena yang menentukan bukan seberapa cepat, tapi bagaimana mau berusaha walau dalam keadaan bertatih, yang menentukan kesuksesan keberhasilan dalam diri bukan orang lain, melainkan apa yang sudah kita lakukan hingga bertahan sampai detik ini.Â
Saya menyukai kata Ustad Hanan Attaki,"tidur itu rehat fisik. Sedangkan shalat adalah rehat jiwa (mental). Jadi kalau hati kita lagi capek  sama keadaan, dan tidak bisa di bawa tidur... berdirilah, rukuk, sujud.. hayati setiap bacaan di dalam shalat itu. Maka jiwa kita akan healing."
Sampai disini dulu yah, tulisanku ini semoga bermanfaat :)
Sumber :
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2011." Taksonomi Berpikir". Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Â
Susana. (2015). Analisis Didaktis Berdasarkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Kalor. Jurnal pengembangan dan pendidikan Fisika. Vol 1, No. 2.Â
Patrick M, Markey, Ph.D., Christopher JF, Ph.D. Internet gaming addiction: disorder or moral panic? The American Journal of Psychiatry 2017 Mar; 174(3): 195-6.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H