Keyakinan itulah yang menguatkan kita bahwa pilkada Maluku bukanlah play off di lapangan hijau selama 90 menit. Korsel bantai Jerman. Indonesia pernah permalukan juga Korsel. Lalu, siapa pemenang sesungguhnya? Melainkan, output dari pilkada memuat efek kemajuan Maluku ke depan. Yakni, bukan soal siapa nama. Tetapi, perannya.
Sementara ini, matahari Maluku masih belum bersinar terang jika masih ada mendung di langitnya. Laut Banda akan senantiasa biking arus kuat, bilamana anginnya belum terkendali. Binaya akan senantiasa tinggi menjulang tapi susah disaksikan karena kabut menutupi, tanah emasnya akan berkarat jika tidak dikelola oleh manusia hati.
Betapa penting saling menjaga. Berbeda pilihan itu hanya satu jam. Basudara itu selamanya. Sehingga, Maluku ke depan bisa terconnecting secara hati, cinta dan rasa. Ale rasa beta rasa. Katong samua badiri untuk Maluku yang bermartabat dan berpandangan Siwalima.
Ambon, Â 3 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H