Tibalah mereka di kos-kosan anaknya. Anaknya malah pergi dengan alasan ada kerja dan siapkan hal teknis soal wisuda besok. Eh...orang tua sudah jauh-jauh malah ditinggal pergi.
Matahari pagi telah keluar, pintu mentari terbuka, masih saja orang tua dengan sabar menanti anaknya yang berpamitan semalam. Jam terus berputar, iring-iringan para wisudawan telah berlalu, orang tua si anak X sudah gusar, padahal pesta sudah mau digelar.
Tamu undangan sudah tiba. Masakan lokal, papeda, ulang-ulang, umbi-umbian, kasbi, gudangan, ikan bakar, colo-colo, suami dan aneka jenis makan lainnya sudah dihidangkan. Lalu kemana anak ini?
Tetiba ditelusuri, ternyata selama ini, anaknya tidak pernah ke kampus. Uang kiriman perbulan dari orang tua digunakan untuk berfoya-foya.
Info itu sampai juga di telinga ibunya. Ibunya langsung pingsan tak sadarkan diri. Ini maling kundang atau kambing dikandangkan?
Barangkali pertanyaan untuk apa anda disekolahkan tinggi-tinggi oleh orang tua harus diluruskan. Jangan sampai kita mengabaikan hak orang tua kita.
Agar pesta intelektual tidak sia-sia maka amanahlah dengan harapan orang tuamu!
Toh negara tidak butuh "intelektual" pengangguran.
Wallahu 'alam bi shawab...
Ambon, 22/15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H