Jika di tanah air yang kurang lebih sama, nenek moyang bangsa ini pernah menorehkan tinta emasnya, tidak ada alasan bagi manusia baru Indonesia untuk tidak dapat menyamai kegemilangan itu.  Tak ada yang tidak bisa. Karena yang tidak bisa, tidaklah berbuat. Dengan demikian ekspresi rasa syukur atas desain sunnatullah (hukum Tuhan) yang menciptakan perbedaan, dengan menjunjung tinggi kesetaraan dan kemuliaan manusia, dengan mengembangkan sikap positif terhadap kemajemukan bangsa, melalui perwujudan demokrasi permusyawaratan yang berorientasi keadilan sosial, sebagaimana sila ketiga Persatuan Indonesia harus diliputi dan dijiwai oleh sila-sila ke-Tuhanan yang Maha Esa serta kemanusiaan yang beradab, meliputi dan menjiwai sila-sila kerakyatan  yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Notonagoro, 1974). Mari menjaga.(*)
pernah diterbitkan di koran Malut Post, edisi 8 Juni 2017
ini link: http://portal.malutpost.co.id/en/opini/item/28512-menyulam-indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H