Semua stakeholder harus bergotong-royong dalam kerja nyata ini, agar cita-cita fundamental bangsa ini bangkit untuk Indonesia jaya esoknya. Itulah impian kita bersama bukan?
Sambil menikmati alunan syair Nike Ardila,” Mama O Mama. Disitulah aku rindu Rahim pendidikanku pertama kali. Mama, bukan duren atau bunga yang mama butuhkan. Tetapi, dasar cinta tulus dan menjaga nama harumnya. Mama jangan tinggalkan beta. Hidupku tiada arti tanpamu. Beta bagaikan burung dalam sangkar, bila kau pergi. L
Wah. Jangan terbawa sedih dulu guys. In sya Allah mama masih mencintaimu. Tegarlah sambil berdoa padaNya. Agar harapan jua berkumpul di dunia juga akhirat.
Hujan telah berhenti. Sampai-sampai status tentangnya pun tiada lagi di wall facebookku. Ternyata dibalik airnya turun serentak tadi, dan seketika airnya terkubur dalam tanah. Ada pesan yang tumbuh,” wahai pak menteri, 2 Mei kok UN ya?” Kalau gini jadinya, aku (baca: siswa) ngga bisa memberi bunga lagi buat guru favoritku. Hmmm.
Tak mungkin aku beriin duren. Karena hadiah musim pendidikan bukan buah duren. Tetapi bunga. J
baca juga nih guys, jangan lupa yach beri komentarnya:
http://agupena.or.id/2017/04/30/naluri-guru-abad-ke-21/
eh pula sambil ngopi simak yach: http://fiksiana.kompasiana.com/nasirpariusamahu/menari-di-atas-gelombang-seram_590597a84723bd9f797a3bdd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H