Seperti tema Milad KAMMI-19, Dedikasi KAMMI untuk Indonesia. Karena kami tau bahwa Indonesia telah kehilangan persaudaraan. Indonesia telah hilang rasa cinta. Padahal, Indonesia ada dan menjadi Negara, semuanya itu karena cinta. Cintanya orang-orang Sumatra, Pedulinya orang-orang Jawa, Kuatnya orang-orang Kalimantan, Rekatnya orang-orang Kepulauan Maluku, Solidnya orang-orang Sulawesi, Kepercayaan orang-orang Nusa Tenggara Bali, dan Menyatunya orang-orang Papua.
Dengan dedikasi, KAMMI diharapkan bisa mengimplementasikan narasi Gerakan Dakwah Sosialnya secara baik. Sungguh, sekali lagi, dengan cintalah semua akan hadir.
Walau kita tidak memungkiri, adanya tragedi di akhir tahun 2016, bahwa menduanya kekuatan Alumni, ini hanya sebuah kesalahpahaman sejarah. Dan sebagai kader aktif, mari kita anggaplah ini angin lalu. Biarkanlah menjadi bagian terkecil dalam timbunan sejarah. Sebab, luka dan duka, ku bawa berlari, berlari, hingga hilang pedih perih. Aku masih ingin hidup 1000 tahun lagi,” itulah pekik Chairil Anwar dalam puisinya AKU.
Bahwa kata Anis Matta,” kita adalah pemikul sejarah.Sebagai pemikul sejarah, tugas kita bukan sebagai perusak tetapi sebagai Kontributor. Dan ekspresi seorang kontributor adalah selalu dekat dengan orang-orang pinggiran. Bergaul dengan lapisan masyarakat akar rumput. Hidupnya diabdikan untuk kemaslahatan manusia. “khairunnas, anfauhum linnas”. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain” ( Al Hadist)
Banyak sekali persoalan bangsa ini tidak habis-habisnya karena kelaparan sosial dimana-mana. Tema ini diangkat, agar kader tidak sok-sok elitis, atau bukan pula sok-sokkan peduli. Melainkan ini amanah organisasi dan juga amanah bangsa ini. “ Bumi, air dan kekayaan yang ada didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. (UUD 45, Pasal 33 ayat 3)
Tak terasa, gelombang laut terus memukul badan kapal. Pulau Ambon terlihat kabut di atasnya. Semoga Ambon bisa menjadi kota maju berseri di bawah Paparisa Baru. Hmm. Jangan dulu berpikir lain-lainJ
Seram Barat mulai terlihat bibir daratannya. Hamparan hutan hijau luas, laut yang biru di bawahnya kaya dengan aneka hayati, gunung-gunung yang menjulang. Semoga takdir kepemimpinan di Pulau Saka Mese Nusa ini beralih kepada orang-orang arifJ
Sampai disini, saya ingin menyampaikan,” mari katong bacumbu dengan laut. Selamlah lautan sedalam-dalamnya, hingga kau akan menemukan mutiara di dasarnya.”. Sungguh hidup dengan suka ba stel, manisosertabaku senggolakan menghancurkantatanan kehidupan.
***
Saya melanjut lagi. Setelah mogok di Desa Tala SBB beberapa saat lalu, sempat berdiskusi tentang naik-turunnya harga kebutuhan pokok dengan seorang penduduk. Disitu saya mengingat satu peristiwa kata-kata dalam kamus facebook. Sempat saya mengomentari status seorang akun,” ketertinggalan Maluku disebabkan oleh faktor “kesenangan” dan “ kekayaan” yang telah Tuhan berikan. Coba saja, jika setiap orang Maluku mau menjadikan rimba hutan dan luasnya lautan sebagai energi baru. Maka sesungguhnya, Maluku tidaklah terisolasi secara subtansial. Buktinya orang Maluku dulu adalah pelopor bahari dan penggagas NKRI. Dan kini sebenarnya masih bisa hidup normal, menghirup udara segar. So what is the problem?
Saya kira ini soal prespektif. Benar, salah itu bukan soal. Yang terpenting orang Maluku dengan sistem Ale Rasa Beta Rasanyasenantiasa terpatri dalam sanubari. Itulah yang kini, teman-teman kesatuan di daerah ini terus melakukan. To do, to be, to do forever.