Mohon tunggu...
Muhammad Nasir
Muhammad Nasir Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor I\r\n\r\nAktif di Gerakan Pemuda Maritim Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pak Syam, dalam Balut Juang Nelayan Nunukan

16 Desember 2015   22:36 Diperbarui: 16 Desember 2015   22:42 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Pak Syam, nama panggilannya. Dia seorang nelayan dengan perahu motor tempel yang menggantukan hidupnya dari menjala ikan atau kail pancing jika kondisi air lagi tak bersahabat.

Dengan gaya ala nelayan tradisional yang lagi istirahat dengan segelas kopi dalam teko ukuran jumbo. *gelas besi yg corak belang-belang jaman tempo doloe, pasti kalian biasa melihatnya jika nenek atau kakek sedang duduk menikmati kopi di teras rumah sambil duduk dan menyilangkan kakinya.

Siang menjalang sore, pak syam menghabiskan waktunya menerima kehadiranku dengan penuh kekeluargaan dan candaan, beliau bersama istri dan seorang anak laki-lakinya bercerita banyak hal tentang perjalanan dan pengalaman hidupnya.

Awalnya saya berniat untuk menelisik kisah dan perilaku nelayan di Nunukan, berharap ada tanda atau kisi-kisi tentang aktifitas Destruktive Fishing. Bahasa kerennya "mattikeng bale na makkasolang". Hehe

Pak Syam Ganti Perahu "Model Kotak, Asal Terapung"

Beliau menunjuk ke haluan kiri rumahnya dan nampak tatakan rapih lembaran kayu berukuran panjang 7 meter, dia menjelaskan bahwa perahu yg iya miliki telah rusak dan bermaksud untuk membuat perahu baru.

Dengan spontan saya bertanya, perahu apa dengan 5 lembar papan itu? Tanpa ragu menjawab, perahu tempel yg bagian bawahnya 2 lembar papan dgn dinding seperti siku, "model kotak, yang penting terapung". Saya mencoba utk membayangkan model perahunya..... Tak lama, beliau melanjutkan ceritanya. Paling 2 atau 3 hari sudah jadi. Makin kuat saya berfikir, dan bertanya-tanya dalam diri, ini perahu apa yah...*%#@?

Giliran istri beliau yg menjawab, kan utk dipake sendiri, klo pesanan orang, baru dibuat bagus modelnya. *sambil senyum dan mencoba berfikir, cocok juga. Hehe.

Kalo Mau Melaut, Jangan ke Tanjung Aus. #PERAMPOK ANGKAT SENJATA

Saya coba mengalihkan cerita pak syam dari perahu miliknya ke lokasi dan area tangkap nelayan di Nunukan.

Dimana bapak menangkap ikan? Tanyaku. Di sebaung, jawabnya. Dimana itu? Tanyaku kembali. Di daerah dekat sembakung sana, masuk sungai. Saya langsung menggoyangkan kepala naik turun, menunjukkan jika saya tau tempat itu. *kebetulan 2012 yg lalu pernah menyusuri sungai yg sama persis disebut pak syam, tapi kalian harus tau, sungai itu buanyak buayanya. Hehe.

#Lain Cerita
2012, saya bersama tim menelusuri sungai yg mengarah ke sembakung melakukan pendataan potensi perikanan, istilah para nelayan penangkap udang gala. *klo lihat ada gundukan seperti batu, ambil benda keras dan pukulkan ke dinding perahumu, jika batunya tidak berpindah, maka segera tancap gas perahu tinggalkan lokasi, #MOVE ON. Itu BUAYA. *Kerasnya Hidup di Tengah Arus Sungai Kalimantan.

Nyambung cerita #LOKASI TANGKAPAN IKAN PAK SYAM.

Saya kembali bertanya, Nd tangkap ikan ki di laut lepas sana pak?

#MUNCUL KISI-KISI YG DIHARAPKAN.

Beliau menjawab dengan berapi-api, "Jangan coba-coba tangkap ikan di Tanjung Aus dan sekitarnya". Kenapa pak? Tanyaku kembali. Klo disana banyak #PERAMPOK, pake senjata lagi. 🔫🔫

Pak syam menceritakan kisahnya kembali bahwa pernah di todong perampok di tengah lautan (Tanjung Aus Area). Kurang lebih ceritanya seperti ini.

Pak Syam : Saya berangkat berdua dengan teman utk melaut, sambil menunggu waktu menarik jala, saya baring-baring dengan teman di atas perahu di tengah laut, tetiba ada yg menabrak haluan depan perahu dan langsung menodongkan Senjata di kepala. Dengan tanpa basa-basi, sang perampok yang berjumlah 4 orang dengan topeng di kepala berdiskusi.

Perampok 1 : itu ambil mesinnya.

Perampok 2 : Mesin apa itu? DOMPENG. Besar sekali.

Saya tertawa dengan yg lainnya. Mendengar cerita pak syam, menyebut kata DOMPENG, dengan penekanan tertentu, seolah ingin menertawakan si perampok.

Para perampok, membatalkan utk mengambil mesin dompeng itu, dan langsung membuka box penyimpanan ikan milik pak syam yg sdh berisi lumayan banyak ikan.

Pak syam kembali melanjutkan ceritanya.

"Dia ambil semua isinya, ikan sm es batunya dikasi pindah di kapalnya, untung tidak diambil sama coolboxnya".

Setelah memindahkan ikan dan es, para perampok itu mengambil alat pemutar engkol mesin pak syam dan membuangnya ke laut, bukan hanya itu, minyak (solar) yang ada di kapal pak syam juga ditumpahkan ke laut, agar para perampok ini tdk terkejar. #Perampok pun pergi.

Pak syam menambahkan ceritanya, klo pemutar engkol memang sdh disediakan cadangan disimpan di celah-celah perahu. Tapi karena solar juga dibuang jadi tidak berbuat apa-apa, menunggu sampai besok ada nelayan yang bantu.

Saya bertanya kembali ke pak syam, belum pernah ada yg ditangkap? Sudah ada tapi sdh 4 tahun yg lalu. Yang tertangkap juga orang disini, tetangga saya disitu, sambil menunjuk salah satu rumah panggung yang diatapnya ada antena yang berwarna orange, tapi kan selama ini kita tidak tau, yang saya tau kalo siang sama-sama kita kerja, tapi tengah malam melancarkan aksinya.

*Cerita pelaku perampokannya, ntar dibuat edisi lain. #PERAMPOK NELAYAN DI TANJUNG AUS.

Hingga saat ini, perampokan di daerah tersebut masih marak, sulit memecahkan kasus perampok ini, berdasar info yg dihimpun. Aksi perampokan ini adalah kegiatan terorganisasi dengan baik, sistem tata niaga hasil rampokan juga begitu rapih tertata, yang pasti untuk saat ini ada bandar yang menyediakan kapal besar untuk menampung hasil rampokan tersebut dan beroperasi di perairan Tarakan, Nunukan dan sekitarnya. *Macam kisah detektif conan aja. Hehe. Tapi untuk urusan ini perlu dan sangat penting untuk diselesaikan oleh pihak yang berwenang.

Panjang juga ternyata saya bercerita dengan Pak syam. Masih ada satu topik lagi ttg
#Nelayan Penjala Rumput Laut

Tak perlu panjang utk kisah yang satu ini, nelayan yang pulang melaut, jika tak banyak menangkap ikan maka mereka akan menjala rumput laut yang terbawa oleh arus, utk satu perahu banyak juga hasil tangkapan rumput lautnya.
Begitu melimpahnya bentangan rumput laut di perairan ini, mampu menghasilkan puluhan hingga ratusan kilo rumput laut yang terlepas dari bentangan yang siap dimanfaatkan oleh SI NELAYAN PENJALA RUMPUT LAUT.

"Tak Perlu Pasang Bentangan, Pulang Bawa Rumput Laut" kalimat penutup pak syam dipertemuanku, tak terasa pukul 17.00 waktu setempat sehingga saya harus berpamitan dengan Pak Syam.

Kuucapkan sapa dan salam terakhirku kepada pak Syam dan istrinya, terima kasih Pak, terima kasih Bu, eh Lupa, makasih juga Teh Panasnya. 😃😃😃

Sei/Sungai Patimah
Nunukan, 16 Desember 2015

CoffeZone, 21.24 Wita.
@MNasir_MNasir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun