Maklum karena masih lumayan baru menjadi kompasianer, ibarat padi yang baru ditabur benih, masih besar kemungkinan diserang hama. Jadi sebagai "anti Hana" untuk tumbuh sempurna, saya membuka berbagai menu dan page yang ada di Kompasiana.com, termasuk membaca beragam tulisan dari para senior.Â
Singkat cerita, saya klik Topik Pilihan. Dari berbagai topik yang disajikan, saya menarik topik Atasi Krisis Pangan dari Rumah.
Apalagi topik ini berkolaborasi dengan Kompasianer Repa Kustipia! Peneliti independen bidang antropologi pangan di Center for Study Indonesian Food Anthropology (CS-IFA). Karena tidak ada informasi terkait deadline topik tersebut, saya beranikan diri menulis pengalaman ini, dan saya yakin akan mendapatkan respon langsung dari Kompasianer Repa Kustipia.
Saya memilih judul "Timun Aceh di Tanah Sejengkal". Judul ini untuk membantah pendapat umum bahwa untuk menanam butuh tanah yang luas, bagi saya tidak!
Dikutip dari www.id.my-best.com, Mentimun memiliki nama latin Cucumis sativus dan merupakan keluarga labu. Tanaman ini merupakan jenis tanaman merambat.Â
Jadi, Anda membutuhkan tiang penyangga untuk menanam tanaman mentimun. Mentimun adalah jenis tanaman semusim. Artinya, tanaman ini akan mati setelah berbunga dan berbuah.Â
Mentimun dapat tumbuh pada ketinggian 1--1.000 mdpl, tetapi pertumbuhan optimalnya pada ketinggian 400 mdpl. Agar pertumbuhannya makin optimal, mentimun membutuhkan cahaya matahari yang cukup serta suhu 21,1 C hingga 26,7 C.Â
Tanaman mentimun sayangnya tidak tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan bunga mentimun berguguran dan gagal berbuah.
Jenis mentimun ini memiliki nama lokal di Aceh, yaitu "Timon Aceh". Bibitnya cukup mudah didapat, semua toko tani menyediakan bibit Timon Aceh.
Memiliki halaman rumah yang sempit sudah menjadi hal yang lumrah bagi orang yang tinggal diperkotaan, termasuk kami yang tinggal di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Kondisi itu diperparah kembali sebagian besar halaman rumah dicor beton sehingga tidak memiliki ruang untuk menanam. Solusinya menggunakan karung/polibag atau pola hidroponik untuk menanam.
Keluarga kami hobi menanam dipekarangan rumah, termasuk anak-anak yang masih usia SD suka menanam. Kebetulan rumah kontrakan baru yang kami tempati terdapat sisa halaman yang tidak dicor beton. Ruang itu sebenarnya disisakan untuk space rel pintu pagar. Luasnya sekitar 15 cm x 5 meter.
Nah, space itu kami sulap sebagai lahan untuk menanam Timon Aceh, Alhamdulillah muat 15 batang. Karena ruang yang cukup sempit dan dihimpit oleh pagar beton, kami tidak gunakan batang kayu untuk tiang rambatan, tapi kami rangkai kawat seperti jaring net.
Saya sama istri percayakan anak-anak yang menanam sehingga mereka dapat bereksplorasi dan merasa memiliki untuk merawatnya. Hasil, semua Timon Aceh hidup dan tumbuh subur dengan perlakuan secara organik.
Anak-anak kami ajarkan bagaimana cara merawat, menyiram, dan menjaga buah sampai masa panen. Hasil panen Timon Aceh kami peurasa (tester) ke kerabat dan tetangga.
Selesai panen Timon Aceh, tanah sejengkal itu kami tanami jagung, hasilnya juga sempurna. Setelah panen jagung, batang jagung tidak kami cabut/tebang, hanya daun kering yang kami bersihkan sehingga terbentuk seperti tiang. Karena masih ada sisa bibit Timon Aceh, kami tanami kembali Timon Aceh, dan untuk rambatannya kami gunakan batang jagung.
Ini cerita kami teman-teman Kompasianer!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H