Keluarga kami hobi menanam dipekarangan rumah, termasuk anak-anak yang masih usia SD suka menanam. Kebetulan rumah kontrakan baru yang kami tempati terdapat sisa halaman yang tidak dicor beton. Ruang itu sebenarnya disisakan untuk space rel pintu pagar. Luasnya sekitar 15 cm x 5 meter.
Nah, space itu kami sulap sebagai lahan untuk menanam Timon Aceh, Alhamdulillah muat 15 batang. Karena ruang yang cukup sempit dan dihimpit oleh pagar beton, kami tidak gunakan batang kayu untuk tiang rambatan, tapi kami rangkai kawat seperti jaring net.
Saya sama istri percayakan anak-anak yang menanam sehingga mereka dapat bereksplorasi dan merasa memiliki untuk merawatnya. Hasil, semua Timon Aceh hidup dan tumbuh subur dengan perlakuan secara organik.
Anak-anak kami ajarkan bagaimana cara merawat, menyiram, dan menjaga buah sampai masa panen. Hasil panen Timon Aceh kami peurasa (tester) ke kerabat dan tetangga.
Selesai panen Timon Aceh, tanah sejengkal itu kami tanami jagung, hasilnya juga sempurna. Setelah panen jagung, batang jagung tidak kami cabut/tebang, hanya daun kering yang kami bersihkan sehingga terbentuk seperti tiang. Karena masih ada sisa bibit Timon Aceh, kami tanami kembali Timon Aceh, dan untuk rambatannya kami gunakan batang jagung.
Ini cerita kami teman-teman Kompasianer!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H