Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadis Palsu di Pagar Rumah

26 November 2024   07:56 Diperbarui: 26 November 2024   07:58 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kalau saya tidak menganggapnya sebagai hadis apakah berdosa? Kalau saya menganggap ini hanya prinsip dan moto hidup saya bagaimana?" Sahut pak Darman balik bertanya. Beberapa saat tokoh-tokoh agama itu terdiam dan kamipun menunggu jawabannya.

"Bagi saya. Sekali lagi, bagi saya, moto ini sama halnya dengan kata mutiara rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya, berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudian dan sejenisnya. Apakah berdosa menjadikan itu sebagai prinsip hidup kita?" jelas pak Darman panjang lebar.

"Kami hanya mengingatkan, pak. Kalau bapak mau mengikuti silakan, kalau tidak terserah saja" Sahut tokoh-tokoh agama itu terlihat kesal menanggapi penjelasan pak Darman.

"Apakah sumber kebenaran hanya al-Qur'an dan Hadis saja?" Pak Darman kembali bertanya, tetapi tidak seorangpun menjawab.

"Mungkin bagi bapak-bapak sumber kebenaran hanya al-Qur'an dan Hadis saja, tapi bagi saya kebenaran bisa datang dari mana saja. Asal bisa membawa kebaikan, apa salahnya kita ikuti?" Lanjut pak Darman bertanya tapi beberapa saat tidak ada yang menjawab.

"Kalau sekedar moto atau prinsip hidup dan tidak bertentangan dengan ajaran agama saya kira tidak masalah", sahut ustadz Karim dan kamipun mengangguk-angguk, sementara tokoh-tokoh agama itu hanya terdiam dengan raut kecewa.

"Kalau bapak tidak mengikuti saran kami silakan saja. Dosa bapak tanggung sendiri", tiba-tiba tokoh-tokoh agama itu berseloroh lalu pergi meninggalkan kami.

Sejenak kami hanya bisa terdiam, tapi terus terang saya terkejut mendengar penjelasan pak Darman. Saya sama sekali tidak menyangka, pak Darman yang selama ini kami kenal bukan ahli agama mampu menanggapi dengan bijak sikap dan pandangan orang-orang yang hanya menghabiskan hidupnya untuk mempelajari agama.

Secercah cahaya serasa menyinari pikiranku. Tiba-tiba otakku serasa bergumam, kebenaran tidak harus berasal dari agama, tapi bisa datang dari mana saja. Memaksakan segalanya harus dari agama layak dipertanyakan kebenarannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun