Tereksposenya berbagai video ceramah yang sarat tahayul, khurofat, glorifikasi terhadap leluhur dan tanah asal mereka (Tarim) melalui dongeng-dongeng tidak masuk akal melahirkan keyakinan atas adanya agenda terselubung Habaib untuk membelokkan arah dan tradisi keagamaan Islam. Apalagi para Habaib ternyata memiliki ajaran (thariqah) keagamaan berbeda dari tradisi keagamaan Islam nusantara dan memperlihatkan ada usaha mengubah ajaran dan tradisi keagamaan Islam di Indonesia ke arah ajaran atau paham (thariqah) keagamaan khas Ba'alawi dengan menempatkan para Habaib sebagai panutan.
Di luar mimbar-mimbar keagamaan, masyarakat juga menemukan sikap dan perilaku kaum Ba'alawi yang "bermain politik" yang cenderung provokatif yang bahkan dilakukan di media massa nasional. Beberapa publik figur semacam Najwa Shihab dan Faisal Assegaf diketahui menebar narasi-narasi provokatif hingga memunculkan persepsi negatif terhadap kaum Ba'alawi secara keseluruhan. Tidak sedikit masyarakat meyakini bahwa mereka memiliki agenda jahat yang perlu diwaspadai bagi kelangsungan tradisi Islam Indonesia dan masa depan NKRI. Meski penampilan Habaib berbeda-beda, masyarakat berkesimpulan bahwa mereka pada dasarnya satu komplotan dengan peran masing-masing dalam memuluskan agendanya di negeri ini.
Tentu saja banyak masyarakat yang masih percaya pada Habaib, tetapi semakin banyak yang kini kehilangan rasa hormat, menjauh, memandang miring, bahkan membangun perlawanan terhadap komunitas yang dulu dipandang penuh hormat. Berdiri komunitas Perjuangan Wali Song (PWI) dengan laskar sabilillah di berbagai daerah merongrong pengaruh dan wibawa Habaib. Mengulik nasab dan membongkar citra buruk Habaib Ba'alawi bahkan dipandang sebagai perjuangan menjaga kemuliaan nabi dan meluruskan ajaran Islam.
Penutup
Runtuhnya marwah Habaib yang begitu dramatis merupakan konsekwensi yang harus dibayar akibat keterlibatan mereka dalam aksi dukung-mendukung politik praktis hingga lupa diri dan melampaui batasan etika. Doktrin (thariqah) Habaib yang konon mengajarkan bahwa Habaib pasti ahli surga dan pemberi syafaat meski pelaku dosa, sepertinya membenarkan mereka melampaui batasan moral bahkan ajaran agama. Padahal rendahnya moral itulah yang membuat manusia kehilangan marwahnya.Â
Kepongahan yang membabi buta telah memancing perlawanan tak terduga dan mematikan. Tanpa perlu kekerasan, marwah Habaib runtuh setelah berbagai kajian ilmiah menguliti habis-habisan jati diri mereka, hingga semua kepalsuan dan kebusukan yang terkuak membuat masyarakat sampai pada kesimpulan, bahwa Habaib bukan dzuriyah nabi, bukan orang suci, bukan pula pahlawan dan tidak harus dimuliakan. Rasa percaya dan rasa hormat terhadap mereka telah runtuh dan hampir mustahil dipulihkan.  Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI