Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Runtuhnya Marwah Habaib Ba'alawi

11 November 2024   12:42 Diperbarui: 13 November 2024   01:49 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di lingkungan masyarakat muslim tradisionalis, situasi tersebut berlanjut sampai jauh setelah era kemerdekaan. Kesamaan sebagai muslim membuat relasi kaum Habaib Ba'alawi dan masyarakat nyaris tidak diwarnai masalah berarti. Apalagi keluarga Habaib Ba'alawi yang menyebar ke berbagai daerah memiliki beragam profesi, mulai dari akademisi, pengusaha, artis, pesohor, hingga pejabat tinggi.  

Popularitas Habaib Ba'alawi

Reformasi 1998 membuka jalan bagi Habaib mendapatkan panggung besar di tengah umat Islam. Riziq Shihab, sebagai tokoh Fron Pembela Islam (FPI), sukses membranding Habaib hingga semakin banyak masyarakat percaya mereka keturunan nabi. Banyak Habaib populer di bidang masing-masing, seperti Habib Lutfi Pekalongan yang dikenal sebagai tokoh spiritual dan Habib Syech yang menjadi icon panggung sholawatan. Di berbagai daerah bermunculan banyak Habib yang menjadi tokoh di berbagai kelompok pengajian atau grup sholawatan.

Situasi ini membuat harapan para Habaib, yang diperjuangkan sejak era kolonial untuk diakui dan diperlakukan istimewa sebagai keturunan nabi, nyaris menjadi kenyataan. Bukan hanya jumlah pengikut yang semakin besar, para Habaib berhasil membangun kelompok masyarakat pecinta (muhibbin) Habaib berserta laskar loyalis yang militan.

Meroketnya popularitas membuat para Habaib memiliki bergaining luas dengan tokoh-tokoh keagamaan pribumi, kyai dan tuan guru, maupun berbagai kekuatan sosial politik. Banyak politisi, pejabat hingga petinggi negara mendompleng popularitas Habaib dalam menggalang dukungan politik.

Di pihak lain, para tokoh agama lokal, khususnya kyai dan tuan guru, semakin inferior di hadapan para Habaib. Mereka tergeser menjadi tokoh agama kelas dua di belakang Habaib, bahkan tidak sedikit yang suka rela menjadi pengikut dan pengawal setia Habaib hingga saat ini.

Tingginya penghargaan masyarakat membuat para Habaib leluasa menyuarakan apa saja, bahkan bebas memutar-balikkan fakta tanpa kritik berarti. Belakangan, para Habaib bahkan berani membangun narasi bahwa berdirinya republik ini terjadi atas jasa mereka. Mereka juga mengklaim Wali Songo, penyebar Islam di nusantara, berasal dari klan mereka, Ba'alawi.

Klaim ini mendorong sebagian kyai pribumi yang merasa sebagai keturunan Wali Songo menuntut diakui sebagai keturunan (sadah) nabi dari Rabithah Alawiyah (RA), tetapi ditolak mentah-mentah. Kalangan Habaib menyatakan bahwa keturunan Wali Songo sudah tidak ada, nasabnya terputus. Riziq Shihab bahkan mencibir para kyai tersebut dengan menyatakan bahwa tidak sembarang orang berhak mengaku sebagai keturunan nabi dan menuntut tes DNA bagi siapapun yang mengklaim sebagai keturunan nabi, meski belakangan tes DNA diharamkan Hanif Alatas, menantunya sendiri.

Puncak Arogansi

Kokohnya posisi sosial keagamaan dan politik membuat sebagian Habaib seakan bisa berbuat sekehendak hati. Keruhnya situasi politik akibat kuatnya politik identitas yang diusung pendukung Prabowo yang dilanjutkan Anies Baswedan membuat Riziq bebas bernarasi apapun, meski banyak di antaranya keluar jauh dari nilai-nilai moral dan ajaran agama.

Kuatnya militansi kelompok pembela Habaib sukses menciptakan ketakutan bagi masyarakat yang tidak sepaham dengan prilaku Habaib. Para pembela Habaib tidak segan bertindak melangkahi norma hukum maupun moral. Banyak orang menjadi korban persekusi dan kekerasan tanpa mampu melawan, karena para pendukung Habaib tak segan melakukan persekusi, pengancaman dan kekerasan bahkan saat tampil live di televisi nasional, tanpa konsekwensi apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun