Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Tesis Kyai Imaduddin al-Bantani

29 November 2023   22:16 Diperbarui: 26 November 2024   21:30 4070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kyai Imaduddin Usman al-Bantani, yang popular dipanggil kyai Imad, secara mengejutkan telah menghentak diskursus sosial keagamaan kalangan Islam tradisionalis Indonesia. Tesisnya yang menyatakan bahwa secara akademis nasab klan Baalawi terputus (munqathi) dari jalur keturunan nabi saw, telah menimbulkan pro dan kontra, mengingat kaum Baalawi, yang tokoh-tokohnya di Indonesia disebut habaib (jama’ dari kata habib), terlanjur diyakini sebagai keturunan nabi saw.

Bukannya menjawab tesis kyai Imad dengan data dan anti tesis ilmiah, para tokoh Baalawi justeru merespon dengan emosional. Di berbagai kanal media sosial dapat dijumpai pernyataan hingga ceramah para habaib yang penuh kemarahan dan caci maki. Bahkan narasi kutukan ditebar bagi mereka yang dianggap pembenci dzuriyyah nabi, yang dikonotasikan dengan kebencian terhadap kalangan Baalawi. 

Kaum Baalawi juga melakukan penggalangan massa melalui berbagai kegiatan keagamaan untuk memamerkan besarnya pendukung masyarakat terhadap mereka. Lebih ironis lagi, tidak jarang pendukung Baalawi berupaya melakukan persekusi terhadap mereka yang mendukung tesis kyai Imad dan dianggap membenci habaib.

Para pendukung Baalawi berusaha keras memberikan counter opinion, tapi sayang sekali kebanyakan hanya berupa narasi di luar diskursus ilmu nasab secara ilmiah. Sebagian dari mereka mendasarkan validasi keshahihan nasab Baalawi hanya berdasarkan klaim bahwa penghormatan para ulama terdahulu terhadap habaib sebagai bukti pengakuan (itsbat nasab). 

Ada pula pendukung Baalwi yang memvalidasi keshahihan nasab Baalawi atas dasar sanad keilmuan dan beberapa wirid keagamaan yang sebagian sanadnya melalui jalur tokoh Baalawi. Hanif Alatan bahkan mengharamkan pembahasan nasab Baalwi dengan menggunakan fiqih versi mereka sendiri. 

Kaum Baalwi berusaha keras mendapatkan validasi dengan mencari dukungan tokoh-tokoh nasional maupun Timur Tengah meski sampai saat ini belum jelas naqabah mana yang memberikan pengakuan (isbat) resmi. Sampai saat ini kaum Baalwi masih relatif aman karena beberapa tokoh di tanah air terlihat berpihak pada mereka.

Tokoh-tokoh NU sendiri terlihat gamang dan kesulitan menyikapi masalah ini. Para tokohnya tampak berbeda pendapat dan berbeda dalam menyikapi masalah polemik nasab. Kegamangan ini dapat dipahami karena persoalan nasab merupakan masalah sensitif, sehingga sikap pro ataupun kontra akan berdampak tidak mengenakkan bagi keutuhan NU. 

Tidak mengherankan bila respon tokoh-tokoh NU berbeda-beda dan tidak satupun yang mewakili sikap resmi organisasi. Ada tokoh-tokoh yang berusaha tidak merespon, ada yang diam-diam mendukung salah satu pihak dan ada pula yang memilih prasangka baik (husnudzon) dibanding mempercayai tesis ilmiah.

Para pendukung Baalawi yang mampu berfikir akademis tampaknya tidak terlalu banyak, hingga kesulitan memberikan data pembanding yang mampu meruntuhkan tesis kyai Imad. Data-data pembanding yang diklaim diperoleh oleh Gus Rumeil, tidak juga dapat diverifikasi. Selain itu, data-data ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan yang mendukung keabsahan nasab Baalwi tampaknya hampir mustahil ditemukan, mengingat data-data terverifikasi berada di tangan mereka yang membatalkan nasabnya.

Tantangan tes DNA sebagai metode paling ilmiah di era saat ini juga dihindari oleh kalangan Baalawi dengan berbagai dalih. Penolakan tersebut justeru menambah ketidakyakinan bagi mereka yang mendukung tesis kyai Imad tentang keshahihan nasab Baalawi secara biologis.

Belakangan, kaum Baalawi dan pendukungnya sepertinya berusaha menurunkan tensi pedebatan dengan tidak banyak merespon propaganda para pendukung tesis Kyai Imad seperti masa-masa sebelumnya. Beberapa narasi memperlihatkan bahwa kaum Baalawi berusaha tidak menganggap tesis Kyai Imad sebagai sesuatu yang berpengaruh bagi umat Islam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun