Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pangeran Kecoa

21 Agustus 2013   09:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:02 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau bukan karena ketulusan cintanya, mungkin papa nggak bisa jadi manusia lagi seperti saat ini. Apalagi menjadi ustadz dan jadi panutan banyak orang" Jelasku lagi.

"Bener begitu, bu?" Tanya anak gadisku serius. Istriku hanya menganggup haru.

"Kisah-kisah masa lalu dibuat untuk mendidik anak-anak. Dikemas jadi cerita begitu supaya mudah diingat dan diceritakan. Karena itu, ajari adikmu bukan hanya dengan kekuatan kecerdasanmu, tapi juga ketulusan cintamu" Jelasku, yang disambut Zahra hanya dengan mengangguk-angguk.

"Papa pelnah jadi pangelan kecoa?" Tanya si kecil Salma yang masih cidal memecah keharuan.

"Hmm, sayang" sahutku mengiyakan.

"Kecoaknya segede apa?" Tanyanya yang membuat kami serentak tertawa, dan berebut menciuminya dengan gemas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun