Setelah beberapa bulan berlalu, aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kian asyik dengan pekerjaan dan keluargaku. Aku bahkan sempat ikut lomba wirausaha mewakili tempatku bekerja.
"Pa kabar, Bos? Kok lama ga ngrayu istriku? Ga kangen, ta?" Â Sebuah SMS bernada sinis mengejutkanku beberapa hari yang lalu. Meski dari nomor yang aku tak kenal, tapi dari nadanya aku tahu itu dari suami Nia.
"Aku tak segila kamu" balasku beberapa lama setelah memberanikan diri.
"SMS balasanku masuk gak?" Sambungku tak sabar menunggu tanggapannya.
"Katanya masih suka?" jawabnya mengejutkanku.
"Aku tak pernah merayu siapapun" tegasku.
"Gimana kalau rekamannya aku kirim ke istrimu?" tanggapnya tidak mengenakkan.
"Istriku sudah tahu"
"Tapi rekaman lengkapnya belum, kan?" jawabnya membuatku deg-degan.
"Terserah. Yang jelas aku tak pernah merayu perempuan manapun" jawabku.
Beberapa saat aku menunggu balasannya, tetapi hingga hari berlalu dia tak lagi mengirim SMS lagi. Aku mulai tenang bisa melawan dia, meski dalam hati ada sedikit perasaan ciut. Hingga detik ini hari-hariku dihantui kegalauan.