"Kalau faktanya begitu. Untuk apa aku ada dalam kehidupanmu?" Tanyaku yang tak juga dia jawab dengan kata-kata. Akupun leluasa nyerocos sepuas hatiku.
"Jujur. Aku memang sudah muak dengamu. Aku tak tertarik lagi padamu. Aku enggan menerima teleponmu. Aku tak enggan membalas SMS-mu. Bahkan setahun ini aku tak berminat lagi menyentuhmu. Cintaku sudah pudar karena semua itu. Kalau bukan karena buah hati yang terlahir dari rahimmu, aku pasti sudah pergi jauh darimu" Jelasku diselingi lelehan air mata yang tak mampu kutahan membanjiri pipiku.
"Sekarang aku yang ingin bertanya padamu. Apa rencanamu?" Tanyaku setengah menangis. Dia hanya diam, dengan cucuran air mata yang aku tak tahu apa maknanya. Tiba-tiba dia memelukku erat-erat, yang lagi-lagi aku tak tahu untuk apa.
---***---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI